Pengobatan Hernia
Pengobatan
operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnose ditegakkan. Prinsip dasar operatif
hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada
hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia
bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap
kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi
hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada hernia inguinalis
sinistra (Jong, 2004).
Komplikasi Hernia
Komplikasi
hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial.
Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi
isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total
atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih
sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua
segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada
dalam rongga peritonium, seperti huruf “W”.
Jepitan
cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya
udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong
hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local,
fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan rongga perut
(Jong, 2004).
Gambaran
klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi,
terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan
sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri
akan menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan
local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri
tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau
abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena
itu, perlu mendapat pertolongan segera (Jong 2004).