ASPEK-ASPEK HUBUNGAN INTERVIEW KONSELING
Harapan
untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidup, sukses dalam cita-cita dan memperoleh
segala hal yang ideal dan mulia, merupakan dambaan setiap individu. Tetapi pada
kenyataannya, hal ini tidak dapat dicapai oleh setiap oang. Ada sejumlah orang
yang tidak banyak menghadapi kendala ketika menjalaninya, namun bagi sebagian
yang lain, hambatan itu serasa tiada hentinya.
Munculnya
masalah dalam kehidupan individu dapat dikatakan secara pasti memerlukan
pemecahan, akan tetapi tidak setiap orang mampu menemuklan cara pemecahannya
sendirian, sehingga memerlukan bantuan pihak lain, salah satunya melalui
konseling.
Lalu,
bagaimana hubungan antara konselor dan klien sebenarnya? Untuk memperoleh pemahaman yang jelas tentang
konseling, dapat dikemukakan aspek-aspek hubungan interview konseling menurul
Williamson sebagai berikut:
- Interview konseling bersifat individual
- Hubungan interview tersebut sangat pribadi. Ini artinya, sebagai seorang konselor, dituntut untuk selalu menjaga kerahasiaan pribadi kliennya. Apapun hal yang diketahuinya dari pribadi kliennya, tidak boleh untuk diungkapkan ke publik. Menjaga kerahasiaan pribadi klien adalah tanggung jawab moral dan merupakan bagian dari kode etik seorang konselor.
- Interview konseling bersifat life-centerd (berpusat pada kehidupan), dalam arti memusatkan perhatian pada perkembangan individu terutama self-concept dan self-perception.
- Interview konseling memusatkan perhatian ke usaha menggunakan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
- Interview konseling merupakan hubungan dengan afeksi (unsur-unsur emosi)meskipun bersifat rasional dan unsur ini tidak dihapuskan atau diabaikan, melainkan digunakan sebagai tenaga penggerak atau untuk memotivasi.
- Interview konseling merupakan hubungan yang bersifat develop mental, memperhatikan masa depan klien.
- Interview konseling merupakan hubungan yang bersifat membantu dan konseling memanfaatkan perhatiannya kepada klien.
- Hubungan interview konseling menekankan pada martabat dan harga diri individu sebagai pribadi
Berdasarkan ke delapan aspek di atas, dapat
ditegaskan bahwa hubungan konselor-klien adalah dekat, akrab dan pribadi. Namun
begitu, hubungan konselor-klien janganlah seperti hubungan orangtua dengan
anak. Karena itu, misalnya klien gagal dalam UMPTN, wajar jika orang tua
menangis, tetapi konselor tidak boleh ikut menangis.
Hal lain yang juga mungkin perlu ditegaskan
adalah tentang tugas konselor. Ia bukan saja bertugas mengembangkan
potensi siswa/klien, tetapi juga
bertugas mempengaruhinya untuk berkembang ke arah tertentu. Misalnya dalam nilai,
konselor mempunyai landaasn yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk mempengaruhi dan bukan untuk menentukan lagi
keterikatan nilai yang akan diambil siswa. Konselor boleh menunjukkan
nilai-nilainya untuk dipertimbangkan siswa/klien, tetapi tidak boleh
memaksakannya.