Klasifikasi Gaya Belajar
Klasifikasi gaya belajar terdiri dari
beberapa macam pendekatan. Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang
dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara
memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada 7 pendekatan umum
dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli
yang berbeda dengan variansinya masing – masing.
Gunawan
(2004) adalah seorang pakar mind technology dan transformasi diri yang dalam
bukunya “Born to be a genius” merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:
- Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru.
- Pendekatan berdasarkan kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda–beda.
- Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu.
- Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial dan instruksional.
- Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain.
- Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda.Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak.
Banyaknya pendekatan dalam mengklasifikasikan
atau membedakan gaya belajar disebabkan karena setiap pendekatan yang digunakan
mengakses aspek yang berbeda secara kognitif. Dari berbagai pendekatan tersebut
yang paling terkenal dan sering digunakan saat ini ada 3, yaitu pendekatan
berdasarkan preferensi kognitif, profil kecerdasan, dan preferensi sensori.
Gregorc dalam Sagitasari (2010)
mengklasifikasikan gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu:
gaya belajar konkret-sekuensial, gaya belajar abstraksekuensial, gaya belajar
konkret acak, dan gaya belajar abstrak acak. Menuru Gardner dalam Sagitasari
(2010) manusia mempunyai 7 kecerdasan yaitu: linguistik, logika/matematika,
musik, spasial, interpersonal, intrapersonal dan kinestetik. Teori kecerdasan
ganda ini mewakili definisi sifat manusia, dari perspektif kognitif, yaitu
bagaimana seseorang melihat, bagaimana seseorang menyadari sesuatu hal. Ini
benar – benar memberikan indikasi yang sangat penting dan tidak dapat dihindari
untuk orang – orang preferensi gaya belajar, serta perilaku siswa dan kekuatan
alami siswa. Jenis – jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak hanya
menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara atau metode dimana seseorang
lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan dan juga untuk mengembangkan
kelemahan–kelemahannya sendiri.
Penjelasan dan pemahaman tujuh kecerdasan
Gardner dalam Sagitasari (2010) dapat lebih diterangi dan diilustrasikan dengan
melihat klasik kecerdasan lain dan model gaya belajar, dikenal sebagai model
gaya belajar visual–Auditorial–kinestetik, bisaanya disingkat VAK. Para VAK
pendekatan multiindera (preferensi sensori) untuk belajar dan mengajar ini
awalnya berkaitan dengan pengajaran anak–anak menderita disleksia dan pelajar
lain untuk metode pengajaran konvensional yang tidak efektif. Spesialis VAK
awal diakui bahwa orang belajar dalam berbagai cara : sebagai contoh yang
sangat sederhana, seorang anak yang tidak bisa dengan mudah mempelajari kata –
kata dan huruf dengan membaca (Visual) mungkin misalnya belajar lebih mudah
dengan menelusuri bentuk huruf dengan jari (kinestetik). Model gaya belajar
Visual-Auditorial-Kinestetik tidak menutup kecerdasan ganda Gardner, melainkan dengan
model VAK memberikan perspektif yang berbeda untuk memahami dan menjelaskan
pilihan seseorang atau dominan berpikir dan gaya belajar. Dalam Sagitasari
(2010), teori Gardner adalah salah satu cara melihat gaya berpikir, VAK adalah
hal lain.
Dari tiga pendekatan tersebut yang dikenal
luas di Indonesia adalah pendekatan berdasarkan preferensi sensori. Macam–macam
gaya belajar berdasarkan preferensi sensori ini menurut Barbe Dan Swassing
dikutip oleh Hartanti dan Arhartanto dalam Sagitasari (2010) terdiri atas tiga
modalitas (gaya belajar), yaitu: Visual-Auditorial-Kinestetik.
Oleh karena ketenaran dan penggunaannya yang
luas maka penelitian ini hanya menitikberatkan pada pengklasifikasian gaya
belajar menurut preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial, dan gaya belajar kinestetik.