Macam-macam Kloning
Macam-macam kloning yang ada saat ini, hampir
dapat dilakukan untuk semua jenis makhluk hidup. Walaupun pada dasarnya, kloning
masih menjadi perdebatan yang sengit antara ilmu pengetahuan, penelitian dan
kemanusiaan. Di bawah ini dijelaskan macam-macam kloning, yaitu sebagai
berikut:
Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau
menstek tanaman untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama
dengan induknya.
Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada
tahun 1950-an pada hewan katak, tikus, kera dan bison juga pada domba, dan
dalam kelanjutannya proses yang berhasil hanyalah percobaan Kloning pada domba.
Awal mula proses pengkloningan domba adalah dengan mengambil inti sel dari
tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya lalu sifat khusus yang
berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan, kemudian inti sel tersebut
dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti selnya dibuang
kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar memperbanyak diri, berkembang
berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini
mempunyai kode genetic yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber
pengambilan sel ambing.
Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang
berasal dari rahim istri yang terbentuk dari pertemuan antara sel sperma
suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu dibagi dengan satu teknik
perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi untuk membelah dan
berkembang. Kemud¬ian sel-sel embrio itu dipisahkan agar masing-masing menjadi
embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio pertama yang menjadi
sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam
rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami
bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya
akan menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio yang sudah
ada. Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio
ini dengan kode genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber
Kloning.
Kloning pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara.
Petama, Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan
dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh
laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel telur
perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung
dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer ke dalam rahim seorang
perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan
akhirnya dila¬hirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh.
Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung
di antara perem-puan saja tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini
dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh seorang perem¬puan, kemudian inti
selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang
inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung dengan inti sel tubuh perem-puan–
lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memper¬banyak diri, berkembang,
berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang
dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan perempuan
yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang
telah berhasil dilakukan pada hewan domba.
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam
proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan hanya berasal dari orang yang
menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak
yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal
penampilan fisiknya –seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit– dan juga
dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersi¬fat asli. Dengan kata
lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari
induknya. Sedang¬kan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah
dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau
mujtahid besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi
ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat
asli.