Perubahan pada Lanjut Usia
Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari
segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua adalah proses alami yang
terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem
tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi pada waktu
yang sama (Nugroho, 2008). Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses
penuaan adalah sebagai berikut: perubahan fisik antara lain ketidaknyamanan
seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur
tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa
kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan
berdebar-debar. Selain itu terdapat perubahan yang umum dialami lansia,
misalnya perubahan sistem imun yang cenderung menurun, perubahan sistem
integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada
sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan
metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan kemampuan penglihatan dan
pendengaran.
Penurunan fungsi fisik
tersebut yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau
melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan fisik yang cenderung
mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga
mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia
(Setyoadi, Noerhamdani dan Ermawati, 2011)
Perubahan mental,
dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia, dapat berupa sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki
sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir
setiap lanjut usia, yaitu keinginan berumur panjang dengan sedapat mungkin tenaganya
dihemat, mengharapkan tetap diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap
berwibawa dengan mempertahankan hak dan hartanya, ingin meninggal secara
terhormat (Nugroho, 2008).
Perubahan psikososial
yaitu nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya
dengan peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang mengalami pensiun
(purnatugas), maka yang dirasakan adalah pendapatan berkurang (kehilangan
finansial); kehilangan status (dulu mempuyai jabatan/ posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan semua fasilitas); kehilangan relasi; kehilangan kegiatan,
akibatya timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta
perubahan cara hidup (Nugroho, 2008). Hal tersebut sejalan dengan yang di
ungkapkan oleh Netuveli, et al (2006), yaitu penghasilan berbanding lurus
dengan status kesehatan seseorang, artinya orang dengan kesejahteraan baik
mempunyai status kesehatan yang baik juga. Kesimpulannya adalah strata sosial
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.
Perubahan spiritual
pada lansia ditandai dengan semakin matangnya lansia dalam kehidupan keagamaan.
Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola berfikir
dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu
lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun
merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan (Setyoadi, Noerhamdani
dan Ermawati, 2011).