Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning
Ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi self
regulated learning. Thoresen dan Mahoney (dalam Zimmerman, 1989) memaparkan
dari perspektif sosial-kognitif, bahwa keberadaan self regulated learning ditentukan
oleh tiga wilayah yakni wilayah person, wilayah perilaku, dan wilayah
lingkungan.
Faktor
pribadi (Person). Persepsi self-efficacy siswa
tergantung pada masing-masing empat tipe yang mempengaruhi pribadi seseorang:
pengetahuan siswa (students' knowledge), proses metakognitif, tujuan dan
afeksi (affect). Pengetahuan self-regulated learning harus
memiliki kualitas pengetahuan prosedural dan pengetahuan bersyarat (conditional
knowledge). Pengetahuan prosedural mengarah pada pengetahuan bagaimana
menggunakan strategi, sedangkan pengetahuan bersyarat merujuk pada pengetahuan
kapan dan mengapa strategi tersebut berjalan efektif. Pengetahuan self
regulated learning tidak hanya tergantung pada pengetahuan siswa, melainkan
juga poses metakognitif pada pengambilan keputusan dan performa yang
dihasilkan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan atau analisis tugas yang
berfungsi mengarahkan usaha pengontrolan belajar dan mempengaruhi timbal balik
dari usaha tersebut. Pengambilan keputusan metakognitif tergantung juga pada
tujuan (goals) jangka panjang siswa untuk belajar. Tujuan dan pemakaian
proses kontrol metakognitif dipengaruhi oleh persepsi terhadap self-efficacy
dan afeksi (affect).
Faktor
perilaku (Behavior). Tiga cara dalam merespon berhubungan
dengan analisis self regulated learning: observasi diri (self-observation),
penilaian diri (self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction).
Meskipun diasumsikan bahwa setiap komponen tersebut dipengaruhi oleh berbagai
macam proses pribadi yang tersembunyi (self), namun proses dari luar
diri individu juga ikut berperan. Setiap komponen terdiri dari perilaku yang
dapat diamati, dilatih dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, self-observation,
self-judgment, dan self-reaction dikategorikan sebagai faktor
perilaku yang mempengaruhi self-regulated learning. Selanjutnya, Bandura
menengarai bahwa dinamika proses beroperasinya self regulated learning antara
lain terjadi dalam subproses yang berisi self-observation, self-judgment
dan self-reaction. Ketiganya memiliki hubungan yang sifatnya
resiprositas atau timbal balik seiring dengan konteks persoalan yang dihadapi.
Hubungan timbal balik tidak selalu bersifat simetris melainkan lentur dalam
arti salah satunya di konteks tertentu dapat menjadi lebih dominan dari aspek
lainnya, demikian pula pada aspek tertentu menjadi kurang dominan.
Faktor
lingkungan (Environment). Setiap gambaran faktor
lingkungan diasumsikan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor pribadi
dan perilaku. Ketika seseorang dapat memimpin dirinya, faktor pribadi
digerakkan untuk mengatur perilaku secara terencana dan lingkungan belajar
dengan segera. Individu diperkirakan memahami dampak lingkungan selama proses
penerimaan dan mengetahui cara mengembangkan lingkungan melalui penggunaan
strategi yang bervariasi. Individu yang menerapkan self regulation biasanya
menggunakan strategi untuk menyusun lingkungan, mencari bantuan sosial dari
guru, dan mencari informasi. Pemaparan di atas, menunjukkan bahwa selama proses
self regulated learning berlangsung, ada tiga faktor yang dapat
berpengaruh. Faktor-faktor tersebut adalah faktor person, perilaku, dan
lingkungan. Penilaian
kinerja merupakan kegiatan yang sifatnya siklikal, artinya terjadi secara
berkala dalam kehidupan kekaryaan seseorang dalam suatu organisasi.
Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan tujuan penilaian kinerja adalah sumber data
yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja yang ditunjukkan oleh
pegawainya, dan juga sebagai landasan untuk pengambilan keputusan.
Penilaian
kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk
mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,
perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Dengan demikian penilaian
prestasi adalah merupakan hasil kerja perawat dalam lingkup tanggung jawabnya.
Para perawat juga ingin mendapatkan umpan balik bersifat positif atas berbagi
hal telah mereka lakukan dengan baik, walaupun kenyataanya hasil penilaian
prestasi tersebut masih lebih banyak berupa koreksi / kritik.