HUBUNGAN LOGIKA DENGAN PSIKOLOGI, BAHASA DAN METAFISIKA
Berikut
hubungan antara logika dengan psikologi,
bahasa dan metafisika:
Logika dan Psikologi
Dalam
psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian,
psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangn berpikir. Logika
sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana
seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus
mengetahui tentang bagaimana manusia itu berpikir.
Logika dan Bahasa
Bahasa
adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan
bahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang
disampaikan, misalnya melalui bahasa isyarat , tertulis atau lisan. Jadi bahasa
adalah alat komunikasi. Komunikasi dapat lancar apabila permasalahannya disusun
dalam bentuk kaidah bahasa yang baik dan benar. Ini dipelajari dalam ilmu
bahasa (gramatika).
Ilmu
bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika
meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu,
keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalm praktik kehidupan
sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar
setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis
tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat
menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat
berhubungan erat dengan bahasa.
Logika dan Metafisika
Metafisika
adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas
dapat dicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab
itu, metafisika selalu mencari kebenaran/hakikat realitas di balik yang tampak
dan nyata. Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu sikap yang selalu ingin tahu
dan membuktikan segala sesuatu yang sudah atau selalu dianggap benar.Teori dalm
metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitas bukanlah apa yang tampak,
tetapi apa yang berada di balik yang tampak.
Dalil-dalil,
hukum dalam logika bagi metafisika buka apa yang telah dirumuskan yang menjadi
hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada di balik rumusan tersebut. Dengan
demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan
hukum-hukumnya. Semakin erat hubungan metafisika dengan logika, kebanran logis
semakin dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kebenaran lois mendekati
pada hakikat realitas, semakin mampu berpikir logis, orang tidak mudah tertipu
oleh kebenaran yang tampak (Iriyanto Widisuseno, 1995).