IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN STRES INFERTILITAS

Abstrak: Tujuan dilaksanakannya pernikahan oleh pasangan suami isteri adalah membentuk keluarga yang bahagia. Membentuk keluarga yang bahagia erat hubungannya dengan masalah keturunan Kebahagiaan seringkali diartikan sebagai tercapainya tujuan hidup, sementara tujuan utama berlangsungnya suatu pernikahan adalah mengembangkan keturunan. Kehadiran anak sangat bernilai baik dari segi ekonomi, sosial, psikologis, dan agama. Dalam realisasinya tidak semua pasangan mudah memperoleh keturunan seperti yang diharapkan. Diperkirakan sekitar 20% penduduk Indonesia mengalami gangguan infertilitas. Hal ini menunjukkan angka infertilitas di Indonesia yang cukup tinggi. Infertilitas yang dialami baik oleh salah satu atau kedua pihak dari pasangan suami isteri akan menimbulkan reaksi-reaksi stres yang disebut dengan stres infertilitas. Pasangan yang mengalami infertilitas dipertimbangkan berada dalam kondisi krisis mayor karena tercapainya tujuan utama kehidupan pernikahan mereka terancam gagal. Stres infertilitas bersumber dari stresor internal dan stresor eksternal. Secara teoritis, aspek-aspek stres infertilitas meliputi aspek seksual, interaksi dengan pasangan, emosional, sosial, dan ekonomi. Stres infertilitas dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, berupa ketidakharmonisan dalam hubungan pernikahan, bahkan dapat mengarah ke perceraian. Dengan demikian masalah infertilitas merupakan masalah kependudukan yang perlu segera ditangani. Menggunakan pendekatan  mind-body connection, perlu dipilih upaya pengelolaan stres yang tepat. Berbagai bentuk menejemen stres yang dapat ditawarkan antara lain training  coping-skills, relaksasi,  guided imajery, terapi kognitif, terapi kelompok, terapi agama, membiasakan pola hidup sehat, dan upaya medis yang sesuai.
Kode Jurnal: Kata kunci: stres, infertilitas
Penulis: Nurul Hidayah
Kode Jurnal: jpkebidanandd070001

Artikel Terkait :