KONSEP-KONSEP DASAR KONSELING TRAIT & FACTOR
Terdapat
konsep-konsep dasar konseling Trait & Factor. Ancangan
(pendekatan) konseling “Trait &
Factor” memiliki beberapa penamaan lain. Ancangan tersebut sering dikenal
sebagai ancangan rasional, dengan
demikian masuk pada kelompok ancangan kognitif. “Minnesota point of view” dalam
konseling juga sering digunakan untuk menunjukkan ancangan “Trait and Factor”
yang pada galibnya dikaitkan dengan sumber pengenalnya, yaitu University of
Minnesota, tempat dimana Edmund Grift Williamson sebagai pendiri utamanya
mengembangjkan model konseling tersebut.
Sebutan lain bagi ancangan ini adalah “directive counseling” dan “countselor
centered counseling”. Dua sebutan terakhir ini agaknya dikaitkan dengan sifat
ancangan konselingnya Williamson yang memberikan porsi lebih besar kepada
konselor dalam mengadakan intervensi, konselor lebih berperan aktif dalam
membantu klien.
Ancangan Trait and Factor dalam konseling
pada mulanya merupakan ancangan konseling vokasional, tetapi pada perkembangan
selanjutnya lebih peduli pada perkembangan total individu, bukan pada
masalah-masalah vokasional saja. Sehubungan dengan perkembangan ancangan
konseling Trait and Factor tersebut, Pepinsky and Pepinsky (Bark, 1997)
mengidentifikasinya menjadi tiga tahap.
Tahap pertama ditandai dengan kepedulian ancangan ini pada cara-cara untuk
mengukur atribusi klien, seperti : aptitude, abilitie, interest, attitude, dan
personality, yang menjadi prediktor bagi keberhasilan seseorang dalam pendidikan
dan jabatan.
Model konseling
Trait and Factor Williamson ini bersifat rasional, logis dan intelektual.
Williamson menamakan falsafahnya adalah Personalisme, individu didekati sebagai
satu sosok yang utuh dan secara keseluruhan perlu dikembangkan : Perkembangan
intelek, sosial, emosional, bahkan kewarganegaraannya.
Menurut Williamson, individu dapat berkembang
secara optimal hanya mungkin melalui pendidikan termasuk pandangan optimis
dalam pendidikan dan konseling pada hakikatnya sama dengan pendidikan. Tujuan
yang ingin dicapai melalui pendidikan juga merupakan tujuan konseling.
Konseling merupakan bagian yang komprehensif yang dipergunakan untuk menolong
individu tumbuh, , memilih, dan menetapkan tujuan baik tujuan pribadi maupun
tujuan sosial-tujuan yang ditetapkan oleh lingkungannya : keluarga, tetangga
dan sebagainya.
Sekaitan dengan hal tersebut, tentu terpikir
oleh konselor ala Williamson untuk mendeteksi individu macam mana yang layak
didekati melalui model konseling “Trait and Factor”? Pada dasarnya perlu
dipelajari dua hal pokkok, yaitu hakikat manusia dan hakikat konseling menurut
Trait and Factor.