PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KAYU NANGKA
ABSTRAK: Pewarna tekstil
dibagi menjadi dua, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis. Pewarna alami
berasal dari hewan maupun tumbuhan
sedangkan pewarna sintesis
dapat dihasilkan dari
bahan-bahan kimia.Tanaman nangka merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk tekstil dengan cara
mengekstrak kayunya. Pembuatan zat warna
dari kulit kayu nangka dilakukan dengan
metode ekstraksi secara continyu dengan menggunakan soxhlet.
Hasil ekstraksi pada perbandingan 1
: 15 diketahui bahwa semakin
lama waktu ekstraksi maka yield yang diperoleh semakin tinggi. Waktu
optimum untuk ekstraksi adalah 5 jam dengan yield
yang diperoleh 2.62 % untuk serbuk
kayu dan 1.31 %
untuk tatal pada
kandungan air dalam
bahan 10%. Sedangkan
pada kandungan air
dalam bahan 50% hasil
ekstraksi yang diperoleh
yaitu 2,08 %
untuk serbuk kayu
dan 1,08 %
untuk tatal. Pada perbandingan 1
: 10 yield
yang diperoleh 1.68
% untuk serbuk
kayu dan 0.94
% untuk tatal
pada kandungan air dalam
bahan 10%. Sedangkan
pada kandungan air
dalam bahan 50% hasil
ekstraksi yang diperoleh yaitu
1.43 % untuk serbuk kayu dan 0.89
% untuk tatal.
Variabel yang sangat berpengaruh
adalah ukuran bahan
dan kadar air
dalam bahan. Pada
ekstraksi zat warna, solven
dengan perbandingan 1:15, kandungan air 10% dan ukuran bahan 100 mesh
menghasilkan yield yang paling
besar yaitu 2.62
% dengan regresi
linier yang didapat
yaitu Y =
1,328 + 0.256
x dengan persen
kesalahan sebesar 0.16 %.
Pada uji kain dilakukan dengan dua metode yaitu dengan metode
loundrymeter untuk pencucian dan metode crock meter untuk penodaan. Hasil
analisa dari kain yang telah diwarnai kemudian di cocokan dengan alat grayscale
dan stainning scale.
Kata Kunci: Pewarna Alami,
Nangka, Ekstraksi
Penulis: Dany Eka Parasetia,
Ritaningsih, Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA
Kode Jurnal: jpkimiadd120069