Pengertian Stres Kerja
Ada beberapa pengertian stres kerja. Secara
umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan
yang melampaui kemampuan individu tersebu, maka dikatakan bahwa individu
tersebut mengalami stres kerja. Stres kerja adalah suatu respon fisik dan emosi
yang membahayakan yang terjadi saat tuntutan pekerjaan tidak seimbang dengan
kemampuan, sumber dan kebutuhan dari para karyawan
Stres secara definite, menurut Cornelli seorang Psikolog (dalam brecht, 2000)
stres kerja dapat didefenisikan sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Stres dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
Menurut Handoko (dalam Kuspratiwi, 2005)
Stres kerja adalah suatu kondisi keteganggan yang mempengaruhi emosi, proses,
berpikir dan kondisi seseorang. Stres dapat membantu, tetapi dapat juga
berperan salah (dysfunctional) atau
merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai
potensi untuk mendorong atau menggangu pelaksanaan kerja.
Stres dapat ditemui dan mungkin dirasakan
pada segala aspek dalam dunia kerja. Setiap hari mungkin individu melakukan
pekerjaan yang penuh dengan ketegangan menuntut konsentrasi, berinteraksi
dengan atasan/ bawahan, permasalahan dengan rekan kerja, permasalahan dengan
gaji, diperlakukan tidak adil dan sebagainya, semua kejadian dapat menimbulkan
stres.
Secara etimologis stres (dalam Diana)
bermakna gangguan atau kekacauan mental dan emosional. Namun dalam
terminologinya stres tidak selalu berkonotasi negative (distres), stres sendiri bisa berakibat positive (eustres). Sebagai makhluk pengalaman
menunujukkan bahwa tubuh manusia membutuhkan kejutan, rangsangan, dan tekanan.
Stres menjadi eustres atau distres, dipengaruhi oleh penilaian dan daya tahan
setiap individu terhadap hal, peristiwa, orang dan keadaan potensial atau
netral kandungan daya stresnya. Oleh karena stres itu bersifat subjektif dan
pribadi untuk mengatasi dan mengahadapinya (Hardjana, 1994)
Menurut Donley (dalam Ellitan & Anatan
2007) stres sebagai suatu tanggapan penyesuaian yang dilatar belakangi oleh
perbedaan individu atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi setiap
tindakan dari luar (lingkungan), situasi, peristiwa, yang menetapkan permintaan
psikologis / fisik yang berlebihan kepada seseorang. Selain itu, Grant juga
mendefenisikan stres sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan sebagai
akibat seseorang menghadapi ketidakpastian apakah dia dapat mengatasi tantangan
terhadap nilai-nilai yang penting. Dalam defenisi ini terdapat tiga komponen
penting yaitu tantangan yang dirasakan (perceive
challenge) yang timbul akibat interaksi seseorang dengan persepsi mereka
terhadap lingkungan, nilai-nilai penting (important
value) yang timbul karena seseorang mengalami kejadian, dan ketidakpastian
resolusi (uncertainity resolution)
yang terjadi bila seseorang menginterpretasikan situasi bahwa ada kemungkinan
untuk sukses dalam menghadapi suatu tantangan.
Menurut Anaroga (2005) stres merupakan suatu
bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental terhadap suatu
perubahan di lingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam. Dengan kata lain, stres juga merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya,
dan kondisi tersebut dapat ditimbulkan dari dalam diri individu maupun dari
luar individu tersbut. Stres juga merupakan suatu tanggpan dalam menyesuaikan
diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu sebagai konsekuensi dari tindakan
lingkungan. Sebab, di dalam bekerja stres sebagai reaksi-reaksi jasmaniah dan
rohaniah yang meliputi kelakuan sikap menarik diri, bertingkah agresif, serta
tingkah laku yang tak terorganisir, sehingga banyak karyawan yang mogok kerja,
sering mangkir atau tidak masuk kerja karena alasan yang tidak jelas. Jadi
dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah tekanan pada tenaga kerja yang
menimbulkan reaksi fisik maupun emosional.
Stres yang ditimbulkan oleh berbagai faktor
dalam pekerjaan sebenarnya merupakan hal yang alamiah, jika dialami terus
menerus selama individu masih bekerja, dapat menimbulkan akibat yang serius (Schultz & Schultz, 1990).
Kemungkinan setelah peristiwa itu berlalu, individu yang bersangkutan
melupakanya tetapi ada juga yang terpengaruh oleh peristiwa tersebut, baik
persepsinya terhadap pekerjaan atau kesehatan mentalnya. Apabila kondisi
pekerjaan tersebut menimbulkan
pengalaman-pengalaman negatif yang berlangsung lebih lama, maka keadaan
ini dapat menimbulkan masalah psikologis yang lebih berat.