LEBAH PANGHASIL MADU

Apakah semua lebah penghasil madu? Meskipun banyak jenis madu dari berbagai lebah, misalnya Apis indica (lebah lokal, nyiruan, atau tawon madu), Apis dorsata (lebah hutan, odeng atau tawon gung) serta Trigona sp, (gala-gala, teuwel atau klenceng). Lebah-lebah tersebut tergolong rendah produksinya serta sulit menanganinya. Lebah unggul jenis Apis mellifera banyak diternakan di luar negeri dan telah dikembangkan pula di Indonesia yang dikenal sebagai lebah Italia.  Di pasaran dalam negeri, jaminan akan keaslian dan mutu madu masih belum ada, sebaliknya kecurigaan akan pemalsuan madu selalu ada. Departemen Perdagangan Republik Indonesia telah mengeluarkan suatu Standar Industri Indonesia (SII 0156-77) mengenai mutu dan cara uji madu. Standar tersebut pada hakekatnya maih merupakan standar konsensus yang dalam pelaksanaannya masih perlu penggarapan lebih lanjut, terutama konsekuensi terhadap pelanggaran persyaratan mutu. Disamping itu persyaratan mutu masih sangat umum dan diharapkan di kemudian hari lebih diperinci lagi sesuai dengan kemajuan pasaran, produksi dan permintaan.
Usaha-usaha pengembangan peternakan lebah secara sistem modern telah mulai dirintis sejak sebelum kemerdekaan dan mulai digairahkan sudah mulai dapat dilihat diberbagai tempat misalnya di Sumba, Sumbawa, Kalimantan Timur, Riau, Lampung, dan Jawa. Sayang bahwa madu-madu tersebut sebagian besar masih belum memenuhi kebutuhan ekspor. Keterampilan beternak madu secara tradisional sudah berabad-abad dimiliki oleh nenek moyang kita dan paling sedikit seusia dengan kebudayaan seni batik di Indonesia, dimana malam (lilin) tawon digunakan untuk proses membatik.
Di bidang perkelebahan di Indonesia, dikenal empat jenis lebah lokal yang dapat menghasilkan madu yaitu:
  1. Apis indica yaitu lebah lokal yang disebut nyiruan (Sunda) atau tawon (Jawa).
  2. Apis dorsata yaitu lebah hutan yang disebut odeng (Sunda) atau tawon gung (Jawa).
  3. Trigona sp yang juga disebut gala-gala, teuwel (Sunda) atau klanceng (Jawa).
  4. Lebah unggul dari Australia yaitu Apis mellifera var Ingustica SPIN. Lebah ini juga disebut lebah Italia.
Dari keempat jenis lebah tersebut, jenis Apis indica dan Apis mellifera lebih umum diternakkan.  Semua lebah adalah mahluk sosial yang terdiri dari tiga kasta atau kelas yaitu: kelas pekerja yang mempunyai jenis kelamin betina tidak berkembang biak. Ratu yang juga mempunyai jenis kelamin betina tetapi lebih besar dari pekerja, tugasnya kawin dan bertelur. Kelompok pejantan yang mempunyai bentuk tubuh lebih besar dan pekerja.
Lebah pekerja dan ratu mempunyai alat penyengat karena itu dapat menyengat, sedang pejantan tidak dapat menyengat. Baik ratu maupun pekerja dapat bertelur. Ratu mempunyai telur yang dibuahi oleh sperma dan kelak bila menetas semuanya menjadi betina, sedang telur pekerja tidak mengalami pembuahan dan bila menetas akan menjadi lebah jantan.
Sebagian besar dari anggota koloni lebah adalah lebah pekerja (30.000 – 40.000) tugasnya berganti-ganti menurut umurnya, kecuali memberi makan larva di ruang eraman yang terbuat dari lilin, lebah pekerja juga memberi makanan khusus yang disebut sele ratu (royal yelly) kepada larva ratu dalam ruang ratu. Larva-larva ini adalah calon ratu dalam koloninya.
Larva ratu dibesarnya dalam sel yang khusus, yang biasanya lebih besar dari sel biasa dan agak aneh bentuknya, yaitu menyerupai kulit kacang yang kosong.  Larva ratu tidak dilahirkan dari telur khusus sebagai calon telur, tetapi dari telur biasa yang diproduksi oleh ratu sama halnya dengan telur yang akan menjadi lebah pekerja. Halnya mereka mendapat perlakuan khusus, yaitu mendapat makanan spesial yang disebut “royal jelly”, suatu bahan yang diproduksi oleh selapur lendir lebah pekerja.
Biasanya telur menetas dalam waktu tiga hari, dan menjadi larva. Mula-mula larva mendapat menu “royal jelly” pada dua hari pertama, tetapi hanya calon ratu yang diberi terus dengan “royal jelly”. Larva kemudian menjadi pupa dan pupa ratu dalam waktu 16 hari sudah menjadi dewasa dan ke luar dari sarangnya, sedang larva pekerja setelah 3 minggu baru menjadi dewasa dan larva pejantan lebih lama lagi yaitu beberapa hari setelah lebah pekerja menjadi dewasa.
Setelah ke luar sarang, para calon ratu saling berkelahi hingga tinggal satu saja yang tinggal dan menang. Ratu baru ini kemudian menyerang ratu lama (ibu suri) dan setelah ia terusir ke luar, terbang dengan membawa anggota para pekerja yang biasanya ke luar sarang untuk membentuk koloni baru.
Ratu yang sedang mengungsi biasanya ditangkap orang dan dapat dijualbelikan sebagai lebah bibit kepada peternak lebah lain untuk menambah jumlah koloni yang ada. Biasanya lebah tersebut mempunyai berat sekitar 1 – 2 kg dengan isi 8.000 – 10.000 lebah hidup.
Bila musim bunga tiba, maka suplai nektar menjadi banyak sekali dan lebah baru, berkembang biak dengan cepat sehingga perlu membentuk koloni baru. Koloni baru tersebut selalu berasal dari ratu yang tua yang mengungsi dengan membawa sekitar separuh dari lebah pekerja dengannya. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan terjadinya kelangsungan generasi, karena lebah tersebut telah terbukti subur dan mampu membina koloni.

Artikel Terkait :