Madu dan Pengobatan

Madu dan pengobatan sudah dikenal beradab-abad.  Kebijaksanaan dalam memilih jenis  obat-obatan di zaman kuno telah membuka lembaran baru dan berjasa bagi pengembangan ilmu pengobatan yang modern. Sebagai contoh  perlu disampaikan bahwa digitalis, quinine, atropin dan cocadin sesungguhnya merupakan obat-obatan zaman dulu. Bahkan penggunaan obat-obatan modern seperti penicilin sesungguhnya telah lama digunakan orang berpuluh-puluh tahun yang lalu dan bentuk jamur (kapang) hijau. 
Ilmu pengobatan merupakan cabang ilmu  yang tergolong paling tua. Beribu-ribu tahun yang lalu nenek moyang kita yang selalu hidup sangat akrab dengan alam telah mulai secara coba-coba atau secara empiris untuk menggunakan berbagai kekuatan dan anugerah alam untuk memusnahkan berbagai penyakit dan malapetaka. 
Sejak zaman dulu madu telah digunakan sebagai obat masuk angin, tidak saja dalam bentuk madu tanpa campuran mapun campuran dengan bahan lain, misalnya dengan kombinasi susu hangat atau dengan sari jeruk peras (lemon juice), biasanya ½ -1 jeruk sudah cukup untuk  setiap 100 gram madu. Biasanya dalam pengobatan sakit flu atau masuk angin, si penderita dianjurkan untuk diam di tempat tidur paling sedikit 1 – 2 hari. Hal ini disebabkan karena dengan mengkonsumsi madu dapat meneybabkan persiprasi yang berlebihan. 
Dalam pengobatan penyakit lambung dan alat pencernaan, madu merupakan obat yang baik di samping itu madu juga merupakan makanan sobat bagi perut kita. Dari berbagai literatur, madu ternyata dapat membantu pencernaan, mungkin hal ini disebabkan karena kandungan madu akan mangan dan besi yang dapat membantu proses pencernaan dan penyerapan bahan pangan. Disamping itu madu juga merupakan obat sembelit (contipasi) yang mujarab.
Meskipun keasaman (pH) madu rendah, tetapi madu karena kandungan mineralnya dapat meningkatkan pH dari isi lambung. Mineral-mineral tersebut diantaranya adalah K, Na, Ca dan Mg. Jenis makanan yang dikonsumsi sebaiknya diatur sedemikian rupa untuk menjaga  keseimbangan reaksi cairan tubuh (alkalinitas) karena pemupukan asam bebas dapat menyebabkan gangguan-gangguan fisiologis, alhasil akan menurunkan daya tahan tubuh. 
Madu merupakan sumber potensial bagi  alkali, semakin gelap warna madu semakin tinggi kandungan mineralnya, karena  itu lebih tinggi daya alkalinitasnya. Karena itu madu mempunyai potensi yang tinggi dalam mengatasi penyakit lambung dan usus yang disebabkan oleh pemupukan asam di lambung.  Madu telah dicoba dengan hasil baik   pengobatan radang usus kecil serta lambung karena madu dapat membantu  mengurangi derajat keasaman dan membantu mencegah terjadinya pendarahan lambung. 
Dalam pengobatan penyakit paru-paru, madu sejak berabad-aba yang lalu telah sangat manjur, bagi tingkat awal penyakit tuberkulosis. Pasien-pasien tuberkulosis yang diberi madu 100 – 150  gram setiap hari, keadaannya sangat membaik, beratnya bertambah, batu menjadi reda, haemoglobin meningkat serta lalu sedimentasi darahnya menjadi lebih lambat. 
Berabad-abad lamanya madu telah digunakan untuk berbagai pengobatan penyakit jantung, seperti angina pectoris dan “cardiac insufficiency”. Otot-otot jantung bekerja tanpa istirahat, karena itu selalu memerlukan glukosa sebagai sumber tenaga untuk mengganti tenaga  yang hilang. Karena madu sebagian besar terdiri dari glukosa, khasiatnya terhadap jantung  mudah untuk dimengerti. Menurut para ahli (Colomb dan Raff), konsumsi madu 70 gram setiap hari selama satu sampai 2 bulan oleh pasien jantung berat, akan menghasilkan perbaikan kondisi, penerimaan darah semakin normal serta tonusnya meningkat. 
Madu untuk pengobatan sakit mata telah pula dipraktekkan di zaman kuno dahulu. Kelopak mata yang terbakar kena air panas dapat ditutup dengan madu dan dalam waktu 6 hari pulih kembali. Untuk  penyakit mata lain dapat digunakan salep madu murni atau dicampur dengan senyawa lain. Banyak kasus sakit mata yaitu keratitis dan tukak pada kornea dapad diobati matu dngan hasil yang baik. 
Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menganggap madu sebagai “sedative dan soporific”. Avicenna menyarankan bahwa madu dengan  dosis kecil baik bagi insomnia, ia berpendapat bahwa madu dengan dosis yang terlalu banyak akan menyebabkan rangsangan yang berlebihan bagi susunan syaraf. 
Di bidang kosmetik dan kesehatan kulit, madu sejak dahulu kala telah menepati tempat yang penting. Khususnya  untuk kecantikan sebagai lulur muka dengan ramuan tersusun sebagai berikut : 100 gram madu, 25 ml alkohol dan 25 ml air, dicampur hingga merata. Adonan  tersebut kemudian dilulurkan pada muka dengan kain/kapas bersih dan dibiarkan selama 15 menit, bersihkan dengan air hangat. Lulur madu akan lebih efektif dari penggunaan “cream” atau minyak-minyak lain, karena disamping dapat menyebabkan  kulit dapat pula memberikan gizi pada kulit. Karena sifatnya yang sangat hidroskopis madu dapat menyerap sekresi dan lemak dari kulit, disamping mengandung  senyawa inhibine yang dapat bekerja sebagai desinfektan. Praktek lulur muka dengan madu, menyebabkan kulit muka menjadi halus, menghilangkan noda-noda yang tidak perlu serta sehat. 
Cara lain dalam lulur muka dapat dilakukan sebagai berikut : cuci muka dengan air hangat dan lakukan kompres panas, luluskan pada wajah dengan madu setipis mungkin. Tutup muka dengan kain tipis dimana telah diberi lubang pada mata dan mulut. Di atas kain tipis tersebut dilulurkan adonan madu yang terdiri dari 30 gram tepung gandum, 20 gram  air dan 50 gram madu. Biarkan selama 20 menit. Buka kain tipis tersebut dan gunakan kompres panas 2 dan 3 kali, baru cuci dengan air biasa. 
Untuk tujuan pengobatan,  madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air, karena dengan demikian komponen-komponen lebih mudah diserap dan mudah mencapai ke dalam  pembuluh darah yang kemudian dapat diangkat ke tenunan-tenunan tubuh. Dari pengalaman para ahli, jumlah optimal konsumsi madu untuk orang dewasa adalah 100  – 200 gram per hari yang dikonsumsi 3 kali, yaitu pagi 30 – 60 gram, siang 40 – 80 gram dan 30 – 60 gram di sore hari. Sebaknya 2 jam sebelum makan atau 3 jam sesudah makan.    
Untuk anak-anak dianjurkan untuk  memberikan madu sebanyak 30 gram sehari. Bila ita mengkonsumsi madu  terlalu banyak akan dapat menyebabkan gangguan fungsional dan insulin dan pangkreas.

Artikel Terkait :