MADU TIRUAN

Madu tiruan banyak beredar dipasaran.  Gula yang diproduksi dalam  bentuk nektar belum dapat disebut madu, kecuali apabila gula-gula tersebut telah diolah di dalam perut  lebah dan telah mengalami banyak penurunan kandungan air.  Madu yang dibuat tanpa pertolongan lebah atau dengan menggunakan gula selain nektar dianggap madu palsu atau  madu buatan. Yang termasuk madu palsu yaitu madu asli yang telah dicampur dengan sirup atau bahan lain.
Sejak lama madu palsu telah diproduksi orang, yaitu dengan cara mencampur glukosa dan fruktosa dengan rasio yang sama dengan gula pasir, buah, flavor serta zat warna. Di laboratorium madu palsu  akan mudah dikenali  berdasarkan analisa kandungan HMF (5-hydroxil methyl furfural) dengan jumlah maksimum 3 mg/100 gram; aktifitas enzim diastase minimal 5,  serta rasio kandungan kalium (K) dan natrium (Na) di madu asli berkisar 4.0, sedang madu palsu antara 0.05 – 0.10. 
Hydroxyl methyl furfural (HMF) merupakan produk hasil pemecahan glukosa dan fruktosa. Secara normal madu selalu terdapat HMF. Ukuran kandungan HMF merupakan salah satu terdapat HMF. Ukuran kandungan HMF merupakan salah satu parameter mutu madu. Di negara-negara maju kadar HMF dalam madu diatur melalui peraturan pemerintah, yaitu maksimal 80 mg/kg atau 80 ppm. Kandungan HMF akan meningkat bila madu dipanaskan terlalu kuat, dan adanya HMF yang tinggi dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur atau petunjuk bahwa madu telah dipalsukan dengan dicampur sirup. 
Dalam madu asli selalu terdapat tepung sari (pollen), sedang yang palsu tidak terdapat tepung sari. Bahkan di Jerman jumlah minimal tepung sari untuk madu asli tertentu. Di samping itu madu asli memiliki  sifat dapat memutar optik ke kiri. Jadi dengan alat polarimeter dapat dideteksi apakah madu itu madu asli atau madu campuran (palsu), misalnya dicampur dengan sirup jagung  (glukosa), maka campuran tersebut akan memutar ke kanan kira-kira sekitar +17. tetapi hasil analisa tersebut dapat terkecoh bila campurannya sirup fruktosa dan bukan glukosa. 
Di dalam madu secara normal terdapat khamir (ragi) yang tahan terhadap kadar gula tinggi. Khamir tersebut dapat  memfermentasi gula dalam madu menjadi alcohol. Tetapi mikroba tersebut biasanya dapat dirusak atau mati setelah madu mengalami proses pasteurisasi. Bila tidak dipasteurisasi akan terjadi proses fermentasi. Proses fermentasi dapat pula dihambat oleh tingginya kadar karbohidrat yaitu lebih tinggi 83%, atau oleh kadar air di bawah 17% atau dengan cara menyimpan produk pada suhu di bawah 110C.

Artikel Terkait :