Sifat Antibakteri Madu
Sifat antibakteri madu sangat penting. Di zaman
Yunani dan Mesir
kuno, madu sering
digunakan untuk mengawetkan daging
sehingga hasilnya masih
tetap segar setelah
beberapa minggu disimpan. Selain
itu madu sudah
dimanfaatkan untuk mengobati
luka bakar dan luka
akibat benda tajam.
Sifat antibakteri dari
madu membantu mengatasi infeksi
pada luka (Adji, S, 2004).
Berdasarkan
hasil penelitian paling
tidak terdapat empat
faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula yang tinggi akan
menghambat bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang.
Kedua, tingkat keasaman
madu yang tinggi (pH
3,65) akan mengurangi pertumbuhan
dan daya hidup
bakteri, sehingga bakteri
tersebut akan mati. Ketiga,
adanya senyawa radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang
bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Keempat,
adanya senyawa organik yang
bersifat antibakteri. Yang
telah teridentifikasi antara
lain polifenol, flavonoid, dan
glikosida (Kamaruddin, 2002).
Senyawa
organik yang telah
teridentifikasi memiliki aktivitas
antibakteri yaitu “inhibine”.
Berbagai mikroba ternyata
sangat peka terhadap inhibine, bakteri gram
negatif lebih peka
dari bakteri gram
positif.
Kadar inhibine dalam madu ternyata
sangat bergantung pada
jenis, umur dan
kondisi madu. Inhibine sangat sensitif
terhadap panas suhu 60oC , keaktifan inhibine dalam madu hilang hanya
dalam waktu 15 menit (Winarno, 1981).