UHAMMADIYAH TEMANGGUNG TAHUN 2006, 2007 DAN 2008
ABSTRAK: Pengelolaan obat di
rumah sakit meliputi tahap selection, procurement, distribution, dan use.
Ketidakefisienannya dapat berdampak negatif
secara medik, sosial
maupun ekonomi. Hasil
observasi pendahuluan menunjukkan sejumlah permasalahan
pengelolaan obat di
Instalasi Farmasi RS
PKU Muhammadiyah Temanggung.
Untuk itu, perlu upaya
perbaikan pengelolaan obat
beserta pendukung manajemennya
di Instalasi Farmasi
tersebut. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui efisiensi pengelolaam obat di IFRS PKU Muhammadyah
Temanggung dan gambaran manajemen pendukungnya. Rancangan penelitian
deskripsi data diambil
secara retrospektif dan
concurrent. Data berupa
kualitatif dan kuantitatif
disertai wawancara dengan pihak terkait. Seluruh tahap pengelolaan obat diukur
efisiensinya dengan menggunakan
indikator WHO, Pudjaningsih,
dan Depkes RI
kemudian dibandingkan dengan
nilai terbaik hasil penelitian terpilih. Hasilnya
menunjukkan bahwa pengelolaan obat belum
efisien di tahun 2006, 2007 dan 2008 pada tahap Selection terlihat belum
efisien dari indikator kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN 2005;
pada tahap Procurement juga belum efisien ditinjau dari frekuensi pengadaan
obat dan jumlah item obat yang disediakan
namun sudah efisien pada alokasi dana obat dan ketertundaan pembayaran faktur. Pada tahap
distribution, belum efisien pada ketepatan
data kartu stok; dan nilai kadaluwarsa obat di tahun 2008, sedangkan nilai TOR
sudah efisien. Untuk tahap use, belum efisien pada jumlah item perlembar resep
rawat inap di tahun 2007 dan 2008; peresepan obat generik rawat inap
dan jalan; peresepan
antibiotika di rawat
jalan; peresepan injeksi
di rawat inap
dan jalan; peresepan sesuai standar obat rumah sakit di
rawat inap dan jalan; serta persentase obat yang diserahkan di rawat inap,
namun sudah efisien pada jumlah item perlembar resep rawat inap di tahun 2006
dan rawat jalan di tahun 2006, 2007 dan 2008; peresepan antibiotika di rawat
inap; kecepatan pelayanan sediaan; persentase obat yang diserahkan di rawat jalan;
dan kelengkapan label obat. Hasil pengamatan pada pendukung manajemennya
menunjukkan bahwa: IFRS belum memiliki visi dan misi tersendiri, namun sudah
berfungsi sebagai revenue center bagi rumah sakit, manajemen informasi IFRS
sudah terkomputerisasi, dan sudah ada upaya dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di IFRS.
Kata kunci: Pengelolaan obat,
indikator, efisiensi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Penulis: Akhmad Fakhriadi,
Marchaban, Dwi Pudjaningsih
Kode Jurnal: jpfarmasidd110035