15 PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Prinsip-prinsip
komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang
beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.
Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi.
Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi.
Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru
yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Berikut 15 prinsip komunikasi yaitu :
Prinsip 1 :
Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi
adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu
titik, tetapi terus berkelanjutan.
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap
orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah
(komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu
stimulus.
Prinsip 3. Komunikasi
Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan
Komunikasi,
berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern
bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut
hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata
kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana
ini mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan
(relational).
Aspek
isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui
atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi
dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan
adanya perbedaan status di antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan.
Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan
memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak
karena melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.
Dalam
setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek
hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isinya
berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan “Sebaiknya anda
menjumpai saya setelah rapat ini” atau “Dapatkah kita bertemu setelah rapat
ini?” Dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama—artinya, pesan
dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama—tetapi dimensi
hubungannya sangat berbeda. Dalam kalimat pertama, jelas tampak hubungan
atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan. Pada yang kedua,
atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan
kepada bawahan.
Prinsip 4 :
Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap
tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)
Prinsip 5 :
Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6 :
Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak
dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang
berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa
pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka
orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Prinsip 7 :
Komunikasi Adalah Paket Isyarat
Perilaku
verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem
pesan biasanya bekerja sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak
mengutarakan rasa takut dengan kata sementara seluruh tubuh kita bersikap
santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh
tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja sama untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan kita.
Prinsip 8 :
Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam
diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal
seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 9 : Semakin
mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika
dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Prinsip 10 :
Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses
komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima
dan dimengerti.
Prinsip 11 :
Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi
dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu
dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 12 :
Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian
Komunikasi
hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang
sama. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa
anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari
bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama.
Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda,
melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan.
Prinsip 13 :
komunikasi bersifat irreversible
Setiap
orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa
terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak
dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 14 :
Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam
arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
Prinsip 15 :
Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer
Hubungan
dapat berbetuk simetris atau komplementer (Watzlawick dkk., 1967). Dalam
hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Jika salah
seorang mengangguk, yang lainnya mengangguk, jika yang satu menampakan rasa
cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain
pasif. hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan
perbedaan diantara kedua orang yang bersangkutan.
Dalam
hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. perilaku
salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain.
Dalam hubungan komplementer perbedaan diantara kedua pihak dimaksimumkan. yang
satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat yang lain lemah; pada masanya,
budaya yang membentuk hubungan seperti ini.