BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Ada beberapa Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial. Interaksi
sosial yang dilakukan manusia mengarah ke dua kutub yang berlawanan. Adakalanya
mengarah pada suatu kerja sama, namun pada saat lain dapat mengarah ke bentuk
perlawanan. Interaksi sosial yang mengarah kebentuk kerja sama disebut
interaksi asosiatif, sedangkan interaksi
sosial yang mengarah ke bentuk perlawanan disebut interaksi disosiatif.
Kedua
kutub itu memiliki variasi bentuk yang bermacam-macam.
Interaksi Asosiatif
Interaksi
sosial asosiatif dapat berupa kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi,
dekulturasi, dominasi, paternalisme, diskriminasi, integrasi, dan pluralisme.
Kerja Sama
Satu
tim sepak bola harus bekerja sama untuk dapat menciptakan gol ke gawang lawan.
Sangat jarang terjadi seorang pemain sepak bola mencetak gol tanpa bantuan temannya.
Kekompakkan tim sepak bola merupakan salah satu contoh bentuk kerja sama. Dari
contoh ini dapat dilihat bahwa kerja sama dapat timbul karena adanya orientasi perorangan
terhadap kelompoknya sendiri (ingin timnya menang) atau kelompok orang lain
(ingin tim lawan kalah). Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang
utama. Tanpa adanya kerja sama, mustahil manusia mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri. Kerja sama adalah proses saling mendekati dan bekerja sama
antarindividu, antara individu
dan
kelompok, atau antarkelompok, dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan
bersama. Kerja sama dapat kita temukan pada semua kelompok umur, mulai anak-anak
sampai orang dewasa. Pada hakikatnya, kerja sama timbul apabila:
- Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama
- Masing-masing pihak menyadari bahwa mereka hanya mungkin memenuhi kepentingan-kepentingan mereka tersebut melalui kerja sama.
Akomodasi
Akomodasi
adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan. Akomodasi
dilakukan dengan tujuan tercapainya kestabilan dan keharmonisan dalam kehidupan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Artinya, akomodasi merupakan bentuk penyelesaian tanpa mengorbankan salah satu
pihak. Adakalanya, pertentangan yang terjadi sulit diatasi sehingga membutuhkan
pihak ketiga sebagai perantara. Misalnya, perkelahian antara dua orang siswa di
sekolah. Guru dapat menjadi perantara untuk mendamaikan kedua siswa setelah
guru mempelajari penyebab terjadinya perkelahian.
Adapun
tujuan akomodasi adalah seperti berikut:
- Mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok sebagai akibat perbedaan paham.
- Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.
- Memungkinkan terwujudnya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan.
- Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran.
Asimilasi
Asimilasi
merupakan bentuk proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan di antara orang-orang atau kelompok manusia. Mereka tidak
lagi merasa sebagai kelompok yang berbeda sebab mereka lebih mengutamakan
kepentingan dan tujuan yang akan dicapai bersama. Bila kedua kelompok
masyarakat telah mengadakan asimilasi, batas antara kedua kelompok masyarakat
itu dapat hilang dan keduanya berbaur menjadi satu kelompok. Misalnya, orang
Jawa yang bertransmigrasi ke Papua akan berasimilasi dengan penduduk setempat
sehingga
batas-batas antara kelompok masyarakat tidak begitu jelas lagi terlihat satu dengan
lainnya. Banyak di antara mereka yang menikah dengan penduduk setempat.
Proses
asimilasi timbul bila terdapat hal-hal berikut:
- Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
- Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu lama.
- Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Proses
asimilasi dapat berlangsung dengan mudah atau dapat juga dihambat. Faktor yang
dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah sebagai berikut:
- Toleransi
- Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
- Sikap menghargai kehadiran orang asing dan kebudayaannya
- Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
- Memiliki persamaan historis dalam unsur-unsur kebudayaan
- Perkawinan campuran antarkelompok yang berbeda
- Adanya musuh bersama dari luar
Akulturasi
Akulturasi
adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi percampuran dua kebudayaan
atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Dalam akulturasi,
sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing
itu, sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Contoh akulturasi yang mudah
ditemui ialah dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam
dengan kebudayaan asli Indonesia. Bentuk-bentuk akulturasi yang masih ditemukan
saat ini misalnya upacara Sekaten, Gerebeg Maulid, dan lainnya.
Interaksi Disosiatif
Interaksi
sosial disasosiatif selalu mengarah pada proses oposisi. Oposisi terjadi
apabila ada kelompok atau organisasi dalam suatu sistem mempunyai kekuasaan
dominan yang memengaruhi kelompok lain untuk mengikutinya.
Oposisi
menjadi bentuk perlawanan dari kelompok minoritas terhadap kelompok mayoritas.
Misalnya, dalam sistem demokrasi partai politik A mendukung pemerintah,
sedangkan partai B beroposisi terhadap pemerintah.
Wujud
oposisi atau proses disosiatif dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu persaingan,
kontraversi, dan konflik.
Persaingan
Persaingan
adalah suatu proses sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok saling
bersaing untuk berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui
bidangbidang tertentu dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil.
Misalnya, persaingan antara dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan
siapa yang layak dapat bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi
antara dua orang merupakan persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang
bersifat kelompok. Misalnya, persaingan antara Persipura Jayapura dan Persib
Bandung dalam memperebutkan tempat di putaran final Liga Indonesia.
Pertentangan
Pertentangan
adalah suatu proses sosial di mana seseorang atau kelompok dengan sadar atau
tidak sadar menentang pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk
mencapai tujuan atau keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya
perbedaan paham dan kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang
pemisah) yang dapat mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang
bertikai. Pertentangan dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu
atau kelompok, mulai dari lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan
dapat timbul karena:
- Perbedaan pendapat, prinsip, aturan antarindividu
- Perbedaan adat istiadat, kebudayaan
- Perbedaan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial
- Perubahan sosial, disorganisasi, dan disintegrasi
Kontravensi
Kontravensi
ialah bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap
seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi.
Sikap tersembunyi tersebut dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak
sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
Menurut
sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai berikut:
- Umum: penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
- Sederhana: menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
- Intensif: penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
- Rahasia: mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
- Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan intimidasi.