Faktor-faktor Penentu Fluktuasi Mata Uang
Ada beberapa faktor-faktor penentu fluktuasi mata uang. Seperti halnya
komoditi lainnya, mata uang pada dasarnya dapat dianggap sebagai komoditi
selain sebagai alat pembayaran. Dengan demikian harga atau daya beli satu mata
uang terhadap mata uang negara lain ditentukan oleh hukum pasar melalui
kekuatan permintaan dan penawaran. Fluktuasi mata uang yang terjadi karena
mekanisme pasar dapat ditentukan oleh beberapa faktor.
Menurut Sartono, Agus (2005) faktor- faktor yang menyebabkan fluktuasi
mata uang adalah:
Jumlah Permintaan Barang dan Jasa
Jumlah permintaan barang dan jasa dari satu negara kepada negara lain
akan mempengaruhi nilai mata uang, misalnya perubahan nilai tukar antara Rupiah
dan Dollar Amerika dimana Indonesia dan Amerika Serikat melakukan transaksi
ekspor dan impor. Permintaan Rupiah ditentukan oleh permintaan barang dan jasa
buatan Indonesia oleh orang Amerika Serikat. Semakin banyak impor Amerika
Serikat dari Indonesia maka semakin besar kebutuhan Rupiah untuk membayar impor
dari Indonesia. Transaksi impor dari Indonesia juga akan mempengaruhi penawaran
Dollar Amerika, semakin besar impor dari Indonesia berarti penawaran Dollar
Amerika meningkat, karena semakin banyak Dollar Amerika harus ditukar /
ditawarkan terhadap Rupiah untuk membayar impor tersebut. Akibatnya Rupiah akan
terapresiasi terhadap Dollar Amerika.
Sedangkan permintaan Dollar Amerika ditentukan oleh permintaan orang Indonesia
atas barang dan jasa buatan Amerika Serikat. Semakin banyak permintaan barang
dan jasa dari Amerika Serikat atau semakin besar impor Indonesia dari Amerika
Serikat, maka semakin besar permintaan Dollar Amerika. Ini berarti semakin
besar pula penawaran Rupiah untuk ditukarkan dengan Dollar Amerika guna
membayar impor dari Amerika Serikat. Akibatnya Rupiah akan terdepresiasi
terhadap Dollar Amerika. Nilai tukar antara Rupiah dan Dollar Amerika akan
menuju keseimbangan baru sesuai dengan arus barang dan jasa diantara kedua
negara.
Tingkat Inflasi
Menurut Boediono(1995) inflasi adalah kecendrungan harga naik secara
terus menerus dan konsisten. Tingkat inflasi ternyata berpengaruh terhadap
nilai tukar mata uang. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1998 mencapai
80% berarti terjadi kenaikan harga barang-barang secara umum sebesar 80%.
Sementara itu inflasi di Amerika Serikat pada tahun yang sama hanya sekitar 4%.
Akibat inflasi yang tinggi di Indonesia tersebut maka orang indonesia akan
melihat bahwa barang-barang buatan Amerika Serikat menjadi relatif lebih murah.
Akibatnya orang Indonesia akan meminta atau mengimpor barang dan jasa dari
Amerika Serikat lebih banyak. Impor yang meningkat mengakibatkan permintaan
Dollar Amerika meningkat untuk membayar impor tersebut. Di sisi lain
barang-barang dan jasa buatan Indonesia akan mengalami kenaikan harga akibat
inflasi yang tinggi. Hal itu menyebabkan barang dan jasa buatan Indonesia akan
terlihat relatif lebih mahal dari sudut pandang orang Amerika Serikat.
Akibatnya permintaan orang Amerika Serikat atas barang dan jasa buatan
Indonesia turun atau ekspor Indonesia ke Amerika Serikat berkurang, barang dan
jasa tidak lagi kompetitif dan perolehan devisa Dollar Amerika menurun berarti
penawaran Dollar Amerika turun. Kedua hal tersebut mengakibatkan Rupiah akan
mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika sebagai akibat inflasi di
Indonesia yang lebih tinggi dibanding inflasi di Amerika Serikat.
Tingkat Bunga
Tingkat bunga ternyata juga berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar.
Jika inflasi di Indonesia sekitar 80% maka tingkat bunga deposito Rupiah secara
teoritis harus di atas 80%. Sementara itu apabila tingkat inflasi di Amerika
Serikat sebesar 4% maka tingkat bunga deposito Dollar Amerika di atas 4%.
Tetapi apabila dalam kenyataannya tingkat bunga Rupiah hanya 50% berarti
keuntungan riil penabung di Indonesia akan mengalami penurunan. Jika ini
terjadi maka pemilik modal lebih senang menanamkan dananya dalam bentuk Dollar
Amerika. Akibatnya permintaan Dollar Amerika meningkat karena orang lalu
menukarkan Rupiah menjadi Dollar Amerika untuk didepositokan dalam Dollar
Amerika, sehingga Rupiah akan mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika.
Begitu juga sebaliknya jika keuntungan deposito Dollar Amerika ternyata lebih
rendah dibandingkan dengan Rupiah maka diperkirakan Rupiah akan mengalami
apresiasi terhadap Dollar Amerika.
Pengharapan Pasar atau Market
Expectation
Apabila berpengharapan inflasi akan tinggi dimasa datang, maka pemilik
modal akan segera membelanjakan uangnya untuk membeli barang yang diperkirakan
mengalami kenaikan harga ataupun untuk dibelanjakan / ditukarkan dalam bentuk
mata uang lain yang nilainya stabil. Transaksi yang dilakukan bersama-sama oleh
pelaku pasar yang memiliki pengharapan yang sama bahwa inflasi tinggi semula
masih diharapkan akan terjadi benar-benar menjadi kenyataan. Dari sudut pandang
yang lain, mata uang pada dasarnya tidak berbeda dengan komoditas lain yang
diperdagangkan, sehinga kesediaan orang untuk mempertahankan atau memiliki
suatu mata uang sangat dipengaruhi oleh pengharapan akan nilai mata uang
tersebut di masa datang. Jika diperkirakan nilainya akan mengalami penurunan di
masa datang maka orang cenderung untuk mengurangi risiko penurunan nilai dengan
cara menukarkan dengan mata uang lain yang dianggap lebih stabil. Cara-cara
seperti ini dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang
tesebut.
Intervensi Bank Sentral
Bank Sentral sebagai pegendali pembayaran pemerintah juga perlu melakukan
intervensi, baik melalui mekanisme tingkat bunga ataupun melalui operasi pasar.
Apabila dipandang depresiasi Rupiah terlalu besar maka bank sentral dapat
melakukan intervensi dengan cara menjual Dollar Amerika langsung di pasar atau
dengan cara menaikan tingkat bunga. Dan sebaliknya apabila Rupiah diperkirakan
mengalami apresiasi terlalu tinggi maka bank sentral melakukan intervensi
dengan membeli Dollar Amerika atau menurunkan tingkat bunga.
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa fluktuasi nilai
mata uang terjadi karena beberapa faktor, yaitu jumlah permintaan barang dan
jasa, tingkat bunga, tingkat inflasi, pengaharapan pasar dan intervensi bank
sentral.