FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial merupakan
syarat adanya pergaulan sosial. Interaksi sosial
antarmanusia terjadi karena manusia ditakdirkan hidup untuk saling membutuhkan
satu sama lain. Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial tentu karena
seseorang melakukan interaksi sosial dengan orang lain yang didasari oleh
dorongan-dorongan yang bersifat psikologis sosiologis pada dirinya dan
dorongan-dorongan yang dimaksud adalah:
Faktor Internal
Secara
naluriah, manusia mempunyai dorongan-dorongan yang berasal dari dalam dirinya
sendiri dalam melakukan interaksi sosial. Dorongan naluriah ini dibawa dan
melekat secara alami pada diri individu masing-masing di dalam masyarakat,
yakni dorongan-dorongan untuk:
- Meneruskan keturunan
- Memenuhi kebutuhan
- Mempertahankan hidup
- Berkomunikasi dengan sesama.
Faktor Eksternal
Faktor
pendorong yang berasal dari luar dirinya sendiri dalam melakukan interaksi
sosial. Mengenai faktor eksternal banyak pakar Sosiologi telah mengadakan
penelitian, yang kemudian menyatakan bahwa proses interaksi sosial baru berlaku
apabila melahirkan suatu reaksi. Adapun bentuk-bentuk reaksi sebagai berikut:
Imitasi
Imitasi
adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa
dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Misalnya, gaya bicara, tingkah laku,
adat dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan
oleh seseorang.
Namun
demikian, dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidaklah berjalan dengan
sendirinya. Perlu ada sikap menerima, sikap mengagumi, dan sikap menjunjung
tinggi apa yang akan diimitasi itu. Menurut Dr. A.M.J. Chorus, ada syarat yang
harus dipenuhi dalam mengimitasi, yaitu adanya minat atau perhatian terhadap
obyek atau subyek yang akan ditiru, serta adanya sikap menghargai, mengagumi,
dan memahami sesuatu yang akan ditiru. Contoh imitasi terdapat pada kegiatan
seorang anak melihat ayahnya menyetir mobil. Tanpa diajari, anak itu
berlari-lari sambil kedua tangannya menirukan gerakan seolah-olah tengah
menyetir mobil.
Imitasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Imitasi
dapat mendorong seseorang untuk mematuhi norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Contohnya, seorang anak akan meniru orang dewasa
menyeberang lewat jembatan penyeberangan. Namun demikian, imitasi juga dapat
mengakibatkan sesuatu yang negatif jika tindakan yang ditiru adalah tindakan
yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Contohnya, seorang pemuda meniru ayahnya yang mabuk atau seorang pelajar meniru
temannya yang membolos sekolah.
Sugesti
Sugesti
berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu
diterima oleh orang lain. Biasanya, sugesti muncul ketika si penerima sedang
dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat berpikir rasional. Segala
anjuran atau nasihat yang diberikan langsung diterima dan diyakini
kebenarannya. Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.
- Orang yang berwibawa, karismatik, atau punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya orangtua, cendekiawan, atau ulama.
- Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang disugesti, misalnya pejabat negara atau direktur perusahaan.
- Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Misalnya dalam suatu rapat OSIS, ada seorang yang berpendapat berbeda terhadap suatu masalah. Tetapi karena semua teman-temannya setuju, maka ia pun mengubah pendapatnya.
- Reklame atau iklan di media massa. Contoh, iklan yang menggambarkan suatu produk deterjen mampu menghilangkan noda dalam hitungan detik dapat menggiring pendengar atau penonton untuk membeli produk itu karena terpengaruh.
Terjadinya
sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, tapi karena beberapa faktor
yang ada di diri orang yang diberi sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut.
- Terhambatnya daya berpikir kritis. Makin kurang kemampuan orang mengkritisi sesuatu atau seseorang, makin mudah orang itu menerima sugesti dari pihak lain. Daya kritis mengalami hambatan jika individu yang terkena stimulus sedang dalam keadaan emosional. Misalnya, orang yang tengah marah besar pada tetangganya akan mudah terprovokasi untuk melakukan perkelahian fisik.
- Kemampuan berpikir terpecah belah (dissosiasi). Dissosiasi terjadi ketika orang sedang dilanda kebingungan karena dihadapkan pada berbagai persoalan. Jika dalam suasana yang demikian ada pandangan, saran, atau pendapat-pendapat orang, ia akan dengan mudah menerimanya tanpa pikir panjang.
- Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu pada umumnya akan mudah tersugesti atau akan mudah menerima pendapat atau saran dari pihak lain, apalagi pendapat itu searah sehingga orang yang ragu-ragu itu tidak bisa berkomunikasi langsung dengan pihak tersebut. Misalnya, pada kasus iklan deterjen sebenarnya kita meragukan kebenaran iklan tersebut. Tetapi, karena kita melihat dan mendengarnya setiap hari tanpa bisa bertanya tentang kebenarannya, kita pun membelinya. Pada kasus tersebut, sugesti berfungsi untuk lebih meyakinkan pendapat yang sudah ada, walaupun masih ada keraguan.
Identifikasi
Identifikasi
merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi sifatnya lebih mendalam
dibandingkan imitasi karena dalam proses identifikasi, kepribadian seseorang
bisa terbentuk. Orang melakukan proses identifikasi karena seringkali
memerlukan tipe ideal tertentu dalam hidupnya. Contoh identifikasi terdapat
pada seorang anak yang mengidolakan ayahnya. la berusaha mengidentifikasi
dirinya seperti ayahnya karena sikap, perilaku, dan nilai yang dimiliki oleh
ayahnya merupakan tipe yang ideal dan dapat berguna sebagai penuntun hidupnya.
Proses
identifikasi dapat berlangsung secara sengaja dan tidak sengaja. Meskipun tanpa
sengaja, orang yang mengidentifikasi tersebut benar-benar mengenal orang yang
ia identifikasi sehingga sikap atau pandangan yang diidentifikasi benar-benar
meresap ke dalam jiwanya. Contoh, biasanya pemain bulu tangkis junior punya
pemain idola. Setiap idolanya bertanding, dia akan mengamati secara cermat
bagaimana gaya dan strategi bermain idolanya tersebut. Kemudian ia meniru dan
yakin bisa menjadi seperti idolanya.
Simpati
Simpati
merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan
orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang
lain tersebut. Dalam proses ini, perasaan memegang peranan penting walaupun
alasan utamanya adalah rasa ingin memahami dan bekerja sama dengan orang lain.
Contoh, ketika ada tetangga yang sedang tertimpa musibah, kita ikut merasakan
kesedihannya dan berusaha untuk membantunya. Pada umumnya, simpati lebih banyak
terlihat pada hubungan teman sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan
pekerjaan.
Empati
Empati
merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik
seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang
bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut
sehingga jatuh sakit. Contoh lain, seorang pria baru saja menjenguk keluarganya
yang mengalami kecelakaan. Orang tersebut kemudian jatuh sakit karena selalu
membayangkan dan memikirkan kejadian yang menimpa keluarganya.
Faktor-faktor
yang diuraikan di atas (imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati)
merupakan faktor minimal yang menjadi dasar proses interaksi sosial. Simpati,
empati, dan identifikasi lebih dalam pengaruhnya, namun prosesnya agak lambat
jika dibandingkan dengan sugesti dan imitasi. Sugesti dan imitasi pengaruhnya
kurang mendalam, namun prosesnya berlangsung cepat. Kelima faktor tersebut,
cenderung berasal dari satu pihak individu atau bersifat psikologis.