HACKER INDONESIA YANG PALING BERBAHAYA DI DUNIA
Hacker Indonesia yang paling berbahaya di dunia. Tahukah
Anda, ternyata Indonesia memiliki Putra Bangsa yang cukup disegani di dunia.
Jim Geovedi (lahir 28 Juni 1979). Adalah
seorang pakar keamanan teknologi informasi ternama asal Indonesia yang berfokus
pada penemuan celah keamanan komputer dan jaringan dengan kekhususan sistem
telekomunikasi dan satelit.
BBC
News menjulukinya sebagai sosok yang “tidak mirip seperti penjahat Bond, tetapi
memiliki sejumlah rahasia yang akan mereka kejar habis-habisan”. Bisa dibilang Jim Geovedi
adalah seorang peretas (hacker) paling berbahaya didunia. Julukan tersebut
tidak terlalu berlebihan, pasalnya sejumlah aksi dan sepak terjangnya didunia
keamanan teknologi informasi sudah diakui dunia.
Pada
masa ketika nyaris semua informasi dan manusia terkoneksi, jika dia mau, Jim
bisa saja keluar masuk melihat percakapan Anda di dunia maya. Lebih dari itu, dia bisa
saja mencuri data-data penting seperti lalu lintas transaksi bank, laporan
keuangan perusahaan atau bahkan mengamati sistem pertahanan negara.
“Kalau
mau saya bisa mengontrol internet di seluruh Indonesia,“ kata Jim dalam
percakapan dengan Deutsche Welle. Menurut pengamat IT Enda Nasution, dia
mengaku percaya Jim Geovedi memang bisa melakukan itu.
Hacker
Indonesia yang paling berbahaya di Dunia : Jim Geovedi....!!!
Wartawan
Deutsche Welle pun memilih percaya dan tidak mau menantang Jim untuk membobol
situs Deutsche Welle.
Dia
adalah hacker Indonesia dengan reputasi global. Berlin, Amsterdam, Paris,
Torino, hingga Krakow adalah tempat-tempat dimana Jim menjadi pembicara
pertemuan hacker internasional yang sering dibalut dengan nama seminar sistem
keamanan.
Dalam
sebuah pertemuan hacker dunia, Jim memperagakan cara meretas satelit. Benar
sekali, Jim bisa mengubah arah gerak atau bahkan menggeser posisi satelit.
Keahliannya ini bisa anda lihat di Youtube.
Sejak
2012, Jim Geovedi pindah ke London dan mendirikan perusahaan jasa sistem
keamanan teknologi informasi bersama rekannya. Dia menangani para klien yang
membutuhkan jasa pengamanan sistem satelit, perbankan dan telekomunikasi. Dua
tahun terakhir, dia mengaku tertarik mengembangkan artificial intelligence
komputer.
Tapi
Jim Geovedi menolak disebut ahli. Dalam wawancara, Jim lebih suka menganggap
dirinya “pengamat atau kadang-kadang partisipan aktif dalam seni mengawasi dari
tempat yang jauh dan aman.“
Jim
bukan lulusan sekolah IT ternama. Lulus SMA, Jim menjalani kehidupan jalanan
yang keras di Bandar Lampung sebagai seniman grafis. Beruntung seorang pendeta
memperkenalkan dia dengan komputer dan internet. Sejak itu, Jim Geovedi belajar
secara otodidak menelusuri ruang-ruang chatting para hacker dunia.
Berikut
wawancara Deutsche Welle dengan Jim Geovedi.
Deutsche
Welle
"Apa
saja yang pernah anda hack?"
Jim
Geovedi
"Saya
tidak pernah menghack…kalaupun ya, saya tidak akan mengungkapkannya dalam
wawancara, hehehe. Tapi saya banyak dibayar untuk melakukan uji coba sistem
keamanan. Saya punya konsultan perusahaan keamanan untuk menguji aplikasi dan
jaringan. Klien saya mulai dari perbankan, telekomunikasi, asuransi, listrik,
pabrik rokok dan lain-lain."
Deutsche
Welle
"Bagaimana
anda membangun reputasi sebagai hacker?"
Jim
Geovedi
"Saya
tidak memulai dengan menghack sistem, kemudian setelah terkenal membuka
identitas dan membangun bisnis sistem keamanan. Sejak awal, saya lebih banyak
bergaul dengan para hacker dunia ketimbang Indonesia, dan dari sana saya sering
diundang menjadi pembicara seminar atau diwawancara media internasional.
Beberapa tahun setelah itu saya mulai diperhatikan di Indonesia. Tahun 2004,
saya diminta membantu KPU (saat itu data pusat penghitungan suara Pemilu
diretas-red) yang kena hack. Saya disewa untuk mencari tahu siapa pelakunya
(seorang hacker bernama Dani Firmansyah akhirnya ditangkap-red). Ketika
wireless baru masuk Indonesia tahun 2003, saya sudah diminta menjadi pembicara
di Kuala Lumpur tentang bahaya sistem itu. Tahun 2006, saya diminta menjadi
pembicara isu sistem keamanan satelit, dan itu yang mungkin membuat nama saya
naik."
Deutsche
Welle
"Apakah
anda bisa menghack satelit?"
Jim
Geovedi
"Ya
bisa, satelit itu sistemnya cukup unik. Orang yang bisa mengontrol satelit
harus tahu A sampai Z tentang isi satelit. Dan satu-satunya cara adalah anda
harus masuk ke ruang operator atau berada dalam situasi kerja sang operator
(dengan meretasnya-red). Dari sana anda akan memahami semua hal: satelit ini
diluncurkan kapan, bagaimana cara kontrol, sistem apa yang digunakan. Setelah
itu anda akan bisa memahami: oh di sini toh kelemahan sistemnya. Itu semua
total insting. Semakin sering anda mempelajari kasus, jika berhadapan dengan
kasus lain, anda akan bisa melihat adanya kesamaan pola. Kalau anda sudah
melihat kesamaan pola, maka anda akan tahu."
Deutsche
Welle
"Satelit
mana saja yang pernah anda hack?"
Jim
Geovedi
"Hahaha…saya
harus berada di lingkungan operatornya."
Deutsche
Welle
"Tapi
anda bisa masuk ke lingkungan itu dari jarak jauh (meretas-red) kan?"
Jim
Geovedi
"Hahaha,
untuk satu atau dua kasus itu bisa dilakukan".
Deutsche
Welle
"Satelit
mana yang anda hack?"
Jim
Geovedi
"Itu
satelit klien saya hahaha…satelit Indonesia dan satelit Cina."
Deutsche
Welle
"Apa
yang anda lakukan dengan satelit itu?"
Jim
Geovedi
"Saat
itu saya diminta menguji sistem keamanan kontrol satelit, dan saya melihat: oh
ini ada kemungkinnan untuk digeser atau dirotasi sedikit… lalu ya saya
geser…dan itu membuat mereka panik karena agak sulit mengembalikan satelit itu
ke orbit. Untung mereka punya bahan bakar ekstra. Mereka bilang: oke cukup
jangan diteruskan. Satelit yang dari Cina bisa saya geser tapi kalau yang dari
Indonesia saya ubah rotasinya."
Deutsche
Welle
"Dengan
kemampuan seperti ini, bagaimana anda mengatasi godaan?"
Jim
Geovedi
"Kalau
mau, saya bisa mengontrol internet seluruh Indonesia. Saya bisa mengalihkan
traffic (lalu lintas data-red), saya bisa mengamati traffic yang keluar ataupun
masuk Indonesia. Saya bisa memodifikasi semua transaksi keuangan…dengan
kapasitas saya itu mungkin saja dilakukan. Tapi buat apa? Saya termasuk orang
yang bersyukur atas apa yang saya punya. Saya nggak punya interest berlebihan
soal materi."