Leonardo Da Vinci Kemungkinan Seorang Arab

Leonardo Da Vinci mungkin seorang Arab, menurut para ilmuwan yang mempelajari sebuah sidik jari utuh yang ditemukan pada salah satu lukisannya.
Sidik itu, diambil dari jari telunjuk kiri sang seniman, ditemukan setelah tiga tahun penyelidikan yang melelahkan terhadap karya-karyanya oleh periset di Universitas Chieti.
Profesor Luigi Capasso, antropolog yang memimpin tim tersebut, mengatakan bahwa gelungan tengah sidik jari itu merupakan pola lazim di Timur Tengah.
“Sekitar 60% penduduk Timur Tengah mempunyai struktur yang sama,” katanya.
Pengungkapan ini akan memberi bobot kepada teori akademis yang kian populer bahwa ibu Da Vinci, Caterina, adalah budak yang datang ke Tuscany dari Istanbul.
Alessandro Vezzosi, pakar mengenai sang jenius Renaissance tersebut dan direktur museum di kota Vinci, mengatakan: “Kami punya dokumen yang mengindikasikan bahwa ibunya adalah orang Timur, sekurangnya dari area Mediterania.”
“Dia bukan petani Vinci. Lebih jauh, namanya adalah Caterina, yang mana sangat lumrah di kalangan budak di Tuscany waktu itu.”
Hampir tak ada yang tersisa dari Da Vinci, atau keluarganya.
Setelah kematiannya pada 1519, jenazahnya tersebar akibat serangkaian perang agama.
Penemuan sidik jari ini terjadi setelah tiga tahun menyelidiki 52 manuskrip dan lukisan yang diatributkan kepada sang seniman.
Menggunakan teknologi pemindaian spektrum yang mutakhir, tim menemukan lebih dari 200 sidik, tapi hanya satu spesimen yang sempurna, pada sebuah lukisan yang berjudul “Portrait of a Lady with an Ermine”.
Da Vinci memakai jarinya untuk memulas bayangan kalung dalam lukisan tersebut, yang berasal dari museum Czartoryski di kota Krakow (Polandia).
Tidak semua jejak dalam berbagai dokumen ditinggalkan oleh Da Vinci.
Banyak dari mereka merupakan jejak murid magangnya, atau jejak orang-orang yang mengurus manuskrip, kata Prof. Capasso.
Da Vinci yang kidal sering makan sambil bekerja, sehingga beberapa tanda kotor adalah berbahan makanan, dan riset sedang dijalankan untuk mengetahui makanan macam apa yang dikonsumsi sang seniman.
Sidik jari itu juga tengah dipakai untuk mengidentifikasi dua lukisan, yang harganya mungkin bisa meroket sampai £70 juta jika keduanya didapati asli.
“Kami senang sidik jari ini bisa digunakan untuk membuktikan keaslian karya-karya tak dikenal, atau karya-karya yang tidak kami yakini pasti apakah dikerjakan oleh jenius hebat tersebut,” kata Prof. Capasso.
Sebuah tim beranggotakan polisi forensik dari Roma telah menguji “La Madone de Laroque” dan “Saint Catherine of Alexandria” untuk mencari sidik jari yang mungkin cocok dengan sidik baru Da Vinci ini.
Kedua lukisan tersebut sedang dipamerkan di History of Biomedicine Museum di Universitas Chieti.
Gambar madonna dibeli di sebuah pasar jalanan Prancis seharga £142 dan sampai kini dianggap, bersama dengan “St. Catherine”, sebagai karya Giampietrino, salah seorang murid Da Vinci.
Namun, studi terhadap kedua lukisan menunjukkan bahwa ujung jari senimannya dipakai untuk memulas efek soft-focus, salah satu teknik khas Da Vinci.
Kolonel Gianfranco de Fulvio, pakar forensik kepolisian Italia, mengatakan timnya telah memfoto permukaan kedua lukisan dan tengah sibuk mengeceknya untuk menemukan kecocokan.
“Saya biasa mengerjakan sidik jari yang ditinggalkan oleh Mafia, tapi ketrampilannya serupa. Kami amat yakin dapat membereskan urusan ini,” katanya.
Oleh: Malcolm Moore(Sumber: www.telegraph.co.uk --- 7 Desember 2007)

Artikel Terkait :