Mikroskopis Kerusakan Hepar
Mikroskopis kerusakan hepar dapat diamati melalui pemeriksaan. Kematian sel
dan kematian jaringan
pada tubuh yang
hidup disebut nekrosis. Nekrosis
merupakan kematian sel
lokal (Price dan Wilson,
1994). Nekrosis juga
dapat diartikan sebagai
proses perubahan morfologi sebagai
akibat tindakan degenerasi
progresif oleh enzim -enzim
pada sel yang
terjejas letal (Robbins
dan Angell, 1976). Hepar normal memiliki
kapasitas regenerasi yang
luar biasa karena
hepar merupaka n organ tubuh
yang paling sering
menerima jejas. Pada
jejas ringan, hepar dapat
segera beregenerasi kembali
pada fun gsi semula. Namun, kapasitas
cadangan hepar dapat
habis apabila hepar
terkena penyakit yang menyerang
seluruh parenkim hepar
sehingga timbul kerusakan pada
hepar (Robbins et al ., 2003).
Kerusakan hepar yang
berupa nekrosis dapat
terjadi sebagai akibat dari
pemberian parasetamol dengan
dosis yang berlebihan
(dosis toksik) (Insel, 1991).
Umumnya perubahan-perubahan yang terjadi pada sel nekrotik dapat terjadi
pada semua bagian sel. Tetapi perubahan pada inti sel adalah petunjuk yang paling
jelas pada kematian sel. Bagian sel yang telah mati intinya menyusut, batas
tidak teratur dan berwarna gelap dengan zat warna yang biasa digunakan oleh
para ahli patologi anatomi. Proses
ini dinamakan piknosis
dan intinya disebut piknotik (Price
dan Wilson, 1994).
Nekrosis hati akibat
peroksidase lipid maupun
radikal bebas dapat bersifat
fokal, sentral, pertengahan,
perifer atau masif.
Kematian sel terjadi bersamaan
dengan pecahnya membran
plasma. Perubahan morfologis awal
berupa edema sitoplasma,
dilatasi retikulum endoplasma dan
disagregasi polisom. Terjadi
akumulasi trigliserid sebagai
butiran lemak dal am sel dan
terjadi pembengkakan mitokondria progresif dengan
kerusakan krista (Wenas,
1996).
Stadium selanjutnya sel dapat
mengalami degenerasi hidropik,
susunan sel yang
terpisah-pisah, inti sel
piknotik (kariopiknosis) yaitu pengerutan inti
sel dan kondensasi kromatin .
Kemudian terjadi karioreksis yaitu fragmentasi inti yang meninggalkan pecahan
-pecahan sisa inti berupa zat kromatin yang tersebar didalam sel. Selanjutnya
terjadi kariolisis yaitu kromatin
basofil menjadi pucat. Dengan
perjalanan waktu, terjadi
penghancuran dan pelarutan inti
sel sehingga inti
sel sama sekali
menghilang, pecahnya membran
plasma, dan nekrosis (Thomas, 1988).