MODEL-MODEL KOMUNIKASI POLITIK

Ada beberapa model-model komunikasi politik. Model-model komunikasi politik dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
TEORI JARUM HIPODERMIK (hypodermic needle theory)
Asumsi dasarnya: Khalayak tak berdaya dan media perkasa.
Dikenal juga dengan nama teori sabuk transmisi (transmission belt theory) atau teori peluru (the bullet theory of communication)
Tokoh-2nya: Wilbur Schramm, Everett M. Rogers dan Shoemaker.
Komunikator politik (politisi, aktifis, dan profesional) selalu memandang bahwa pesan politik apapun yang disampaikan kepada khalayak, apalagi melalui media massa, pasti menimbulkan efek positif berupa citra yang baik, penerimaan atau dukungan.Jadi peran media sangat dipentingkan.
TEORI KHALAYAK KEPALA BATU (the obstinate audience theory)
Asumsi dasarnya: 
Bahwa khalayak justru sangat berdaya dan sama sekali tidak pasif dalam proses komunikasi politik. Khalayak memiliki daya tangkal dan daya serap thd semua terpaan pesan kepada mereka.
Tokoh-2nya: L.A. Richard (1936), Raymond Bauer (1964), Schramm & Robert (1977).
Teori ini didukung oleh model uses and gratification (guna dan kepuasan) oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler & Michael Gurevitch (1974) yang beranggapan bahwa manusia merupakan makhluk yg rasional, aktif, dinamis dan selektif terhadap semua pengaruh dari luar dirinya. Aspek kegunaan dan kepuasaan bagi diri pribadi menjadi pertimbangan dalam pilihan khalayak.
TEORI INFORMASI DAN NON-VERBAL
Menurut teori informasi, komunikasi politik adalah semua hal harus dianalisis sebagai tindakan politik (bukan pesan) yg mengandung berbagai alternatif. tindakan politik adalah komunikasi politik non-verbal. Tanpa menggunakan kata dan bicara, tetapi tindakan dan peristiwa. Berbagai tindakan dan peristiwa politik itulah disebut informasi politik.
Sesuai dg paradigma pragmatik bahwa bertindak sama dengan berkomunikasi. Informasi diartikan sebagai pengelompokan peristiwa-peristiwa dengan fungsi untuk menghilangkan ketidakpastian. Bertindak juga merupakan sebuah informasi yg mudah diprediksi berdasarkan pola-pola peristiwa dari waktu ke waktu.
TEORI MEDIA KRITIS atau teori komunikasi kritis
Asumsinya: Media massa merupakan produk yag dipengaruhi oleh politik, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah. Jadi fokus kajiannya adalah fungsi- fungsi apa yang harus dilakukan oleh media massa di dalam masyarakat.
Tekanannya bukan kepada efek komunikasi kepada khalayak, tetapi lebih memusatkan perhatian kepada Siapa yg mengontrol atau mengendalikan komunikasi massa atau media massa.
Alvin Toffler, mengatakan siapa yang menguasai dan mengendalikan informasi dan komunikasi akan dapat mengendalikan dan menguasai dunia. Inilah yang disebut dengan abad informasi.
TEORI EMPATI & TEORI HOMOFILI
Komunikasi didasarkan oleh kesamaan (homofili) akan lebih efektif dan lancar ketimbang oleh ketidaksamaan (derajat, usia, ras, agama, ideologi, visi dan misi, simbol politik, doktrin politik, dsb). Tokoh-2nya: Berlo (1960), Daniel Lerner (1978), Everet M. Rogers & F Shoe maker (1971).

Artikel Terkait :