Pakai Kondom, Kurang Nikmat… Gimana Nih…
Setelah pada tanggal 2 Desember SMK mereka (Sekolah Menengah Kenthir)
disambangi mobil kondom dan petugas-petugas yang menjelaskan kegunaan kondom
untuk mencegah tertular virus HIV dan dilanjutkan bagi-bagi kondom, maka siswa
SMK pun mulai mencoba menerapkannya.
Namun beberapa siswa seperti Elang, Wepong, Lumba, Herry, Roni dan
Revangga mulai mengeluh tidak nyaman dalam beraktifitas.
“Kayak lengket.”Kata Herry.
“Kalau ‘pipis’ susah keringinnya.”Tambah si Lumba.
“Lecet.”Kata Revangga.
“Dapat cuma satu, gimana gantiinnya?”Lapor si Wepong.
“Kekecilan.”Alasan Roni.
Dan mereka berenam sepakat menyampaikan aspirasi mereka ke bu guru BP
(Bimbingan Perkenthiran) Mak Ngerotnik Utami, mewakili teman-teman lainnya. Bu
guru inilah yang bekerja sama dengan perusahaan kondom memasyarakatkan
bagi-bagi kondom ke sekolah untuk mencegah virus HIV.
“Enggak nyaman banget bu.” Mereka melapor.
“Apanya yang tidak nyaman?” Bu guru heran.
“Pakai kondom.”
“Ya, daripada terkena penyakit virus yang tidak bisa disembuhkan, lebih
baik dipakai. Tapi nanti dulu, kalian berenam kan sedari kecil tidak pernah
dekat dengan wanita. Tetapi ibu yakin kalian bukan pencinta sesama jenis.”
Keenamnya mengangguk. Pikiran bu guru berkecamuk, ini 6 murid cowok tidak
ada pacar, tidak homoseksual, namun memakai kondom-kondom yang dibagikan? Untuk
dipakai dengan siapa atau dengan apa? Spesies lain? Waduh…
“Kalian beneran pakai itu kondom-kondom?”Si ibu bertanya penasaran.
“Iya…”Jawab keenamnya serempak.
“Pakai untuk berhubungan sex dengan siapa? Itu kondom dibagikan hanya
untuk memasyarakatkan cara memakainya dan kalau ‘kepepet’ saja. Tetapi
sebaiknya jangan berhubungan sex sebelum menikah dan harus dengan pasangan
resmi……”Dan seterusnya si ibu berceloteh soal moral, kesetiaan dan sex yang
aman.
Keenam remaja ini pun melongo dan bingung.
“Maaf,bu. Kami kira kondom itu gunanya dipakai untuk mencegah tertular
virus HIV.”Kata Herry si gorilla merah.
“Iya, dipakai kalau berhubungan seksual dengan orang-orang yang beresiko
punya penyakit itu.”Si ibu menjelaskan lagi.
“Waduh, kami berenam pikir itu dipakai saja setiap hari untuk mencegah
kena virus. Enggak tahu kalau harus berhubungan badan dulu baru dipakai. Waduh,
salah mengerti nih bu.”Wepong jadi garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
“Jadi kalian sudah pakai 3 hari ini terus-terusan tanpa berhubungan
badan?” Si ibu guru tersenyum geli.
Keenamnya menggeleng.
“Diganti, gak?”Tanyanya lagi.
“Wepong sama Roni cuma kebagian satu. Jadi gak pernah diganti. Makanya
sudah agak alergi mereka kegatalan. Kalau kami berempat sih sehari ganti satu.
tapi kebagian cuma 5-7 kondom, jadi gak ngerti kalau harus tiap hari pakai
seumur hidup.” Kata Revangga.
Nah, akhirnya bu guru BP kembali memanggil mobil kondom ke SMK itu dan
menjelaskan kembali kegunaan kondom memang untuk mencegah penularan HIV/AIDS,
tetapi hanya dipakai untuk berhubungan badan dengan pasangannya. Kalau tidak
berhubungan sex, maka kondom tidak usah dipakai karena virus HIV tidak menular
melalui udara atau air hujan atau kontak dengan kain biasa, tetapi hanya dengan
cairan tubuh ke luka di tubuh.
Untuk itu murid-murid yang tidak punya pasangan atau punya pacar tetapi
belum ada rencana berhubungan sex dengan pacarnya disarankan mengembalikan
kondom-kondom tersebut.
Hebatnya hampir semuanya mengembalikan.
“Yang bekas dipakai dikembalikan juga?”Tanya Lumba.
“Enggak usah. Itu tempel di dinding rumahmu saja, untuk kenang-kenangan
‘tragedi kondom SMK’, hehehe.”Si petugas sexy yang namanya Jumpe tertawa geli.
Dan keenam remaja tanggung kenthir itupun tersenyum malu-malu.
Note: Bu Mentri Harus Tanggung Jawab...~~~
Perusak moral anak bangsa ... ~~~~
Apakah Bu Mentri saat SMA pakai kondom juga gak ???
Apakah Pekan Kondom Nasional adalah pengalaman masa lalu Bu Mentri???