PENYEBAB-PENYEBAB SARIAWAN
Ada beberapa Penyebab-Penyebab
Sariawan Yang Harus Kita Ketahui. Seperti dikemukakan Dr. drg. Harmas Yazid
Yusuf, SpBM dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sariawan merupakan
bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang timbul di rongga mulut.
Biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-hari pada rongga mulut
disebut Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).
Gejalanya
berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian bisa
timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan
ini membuat kita susah makan dan minum. Sehingga kadang pasien dengan SAR
datang ke dokter gigi dalam keadaan lemas.
Berikut penyebab tak terduga munculnya sariawan,
seperti dilansir Boldsky, Sabtu (14/9/2013) dan pengalaman pribadi.
Tergigit
Ini
merupakan penyebab sariawan yang paling sering terjadi. Biasanya hal ini
terjadi ketika Anda makan terburu-buru. Jadi, cobalah untuk makan perlahan dan
hati-hati.
Makanan pedas
Makanan
yang sangat pedas juga bisa menyebabkan sariawan. Sebab makan makanan pedas
berlebihan dapat meningkatkan panas tubuh Anda. Akumulasi panas tubuh tersebut
pada gilirannya nanti dapat menjadi penyebab sariawan.
Trauma
Dalam
hal ini, trauma bukanlah yang berhubungan dengan faktor berkembangnya SAR,
melainkan sebagai faktor pendukung terbentuknya SAR. Pada umumnya sariawan
terjadi karena bibir tergigit saat berbicara atau saat mengunyah, akibat
perawatan gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi.
Genetik
Faktor
genetik dianggap berperan sangat besar pada pasien penderita SAR. Bila kedua
orangtua menderita SAR, besar kemungkinan anak-anaknya akan terjangkit SAR.
Pasien dengan riwayat keluarga yang mengalami SAR, terancam menderita SAR sejak
usia muda dan kondisinya lebih berat.
Gangguan immunologi
Menurut
salah satu penelitian, respon imun yang berlebihan pada pasien pengidap SAR
bisa menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa.
Pasta gigi dan obat
kumur sodium lauryl sulphate (SLS)
Penelitian
menunjukkan bahwa produk yang mengandungi SLS yaitu agen berbusa yang banyak
ditemukan dalam pasta gigi dan obat kumur, berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya sariawan karena SLS dapat menyebabkan permukaan rongga mulut
menjadi kering dan lebih rentan terhadap iritasi.
Alergi dan
sensitivitas
Alergi
adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas)
terhadap alergen tertentu. SAR dapat terjadi karena sensitivitas jaringan mulut
terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik,
permen karet, bahan gigi palsu atau bahan tambalan, serta bahan makanan.
Setelah kontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang.
Gejala ini disertai rasa panas, kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk
vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi
kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.
Stres
Stres
merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres
dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung
terhadap ulser stomatitis rekuren ini.
Defisiensi nutrisi
SAR
dapat terjadi karena kekurangan nutrisi, antara lain defisiensi zat besi,
defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, defisiensi Zink. Faktor nutrisi
lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6.
Hormonal
Pada
wanita, sering terjadi SAR di masa pra-menstruasi. Bahkan banyak yang
mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor
hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan
progesteron. Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan
progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya
penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan
terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat
proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap
jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR.
Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.
Merokok
Terdapat
hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita
SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat keparahan yang lebih rendah
dari SAR di antara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa
pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.