SEJARAH AGAMA KHONGHUCU
Sejarah
Agama Khonghucu, tepatnya disebut Ru Jiao, sudah ada 2000 tahun sebelum Nabi
Khongcu lahir. Para raja dan rakyat harus menjalankan upacara agama dan
menjunjung tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para luhur raja. Nabi
Khongcu lahir pada tahun 551 SM. Ia ditugaskan oleh Tuhan untuk menata kembali
tata upacara agama Ru Jiao dan mengajarkan kepada raja dan rakyat Tiongkok
tentang spiritual dan moral agar rakyat Tiongkok hidup lebih sejahtera dan
damai. Pada waktu itu di Tiongkok terjadi perpecahan yang menjadikan negeri
Tiongkok kacau balau. Para kepala daerah ingin menjadi raja, mereka saling
berperang berebut wilayah. Zaman itu disebut zaman Chun Qiu ( Musim Semi dan
Musim Gugur).
Nabi
Khongcu mendirikan sekolah yang menampung murid sebanyak 3000 orang. Setelah
para murid itu pandai banyak yang mendirikan sekolah meneruskan ajaran Nabi
Khongcu. Namun, ada juga murid yang mendirikan sekolah dengan aliran lain. Pada
waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di Tiongkok, bakan ada aliran yang
bertentangan dengan ajaran Nabi, antara lain aliran Mohist yang didirikan oleh
Mo Zi.
Dua
tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu Meng Zi atau Mencius (371-289
SM) dan Xun Zi (326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran Rujiao
dari Kong Zi, namun mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam beberapa hal
karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup
pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir saat kekacauan itu
sudah memuncak.
Meng
Zi mengajarkan: manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan sejahtera,
untuk itu menusia harus melaksanakan Perintah Tuhan, yaitu menjalani hidup
lurus, jujur, dan tidak serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena
banyak orang tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi
lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat diperhatikan. Meng Zi
menyakini bahwa watak dasar manusia itu baik.
Xun
Zi mengajarkan bahwa manusia bisa hidup bahagia apabila negaranya kuat dan
kaya. Untuk mewujudkan negara yang kuat dan kaya perlu dibuat undang-undang
yang berlandaskan cinta kasih dan keadilan, dan ditentukan sistem
kemasyarakatan yang jelas. Rakyat perlu dididik untuk hidup sesuai dengan
sistem kemasyarakatan yang ada. Ajaran Xun Zi lebih mengarah kepada ajaran
Filsafat Konfusianisme. Xun Zi tidak yakin bahwa watak dasar manusia itu baik, maka dia
menyarakan adanya penegakan hukum yang serius agar rakyat hidup lurus dan
benar.
Ajaran
kedua tokoh ini telah memperkuat posisi ajaran Rujiao sebagai agama, pandangan
hidup, sistem filsafat bagi masyarakat Tionghoa. Sejak awal dinasti Han, ajaran
Rujiao juga diserap oleh bangsa Jepang, bangsa Korea, dan bangsa Vietnam sampai
dengan sekarang. Bangsa-bangsa tersebut menyerap ajaran Rujiao menurut
keperluan mereka. Di Jepang untuk keperluan pemerintahan mereka mengambil
ajaran Xun Zi, untuk keperluan rakyat banyak digunakan ajaran Meng Zi. Di
Korea, ajaran Meng Zi lebih banyak diambil dari pada ajaran Xun Zi. Di Vietnam,
ajaran Xun Zi lebih banyak dimanfaatkan dari pada ajaran Meng Zi. Di Tiongkok
sekarang, untuk pemerintahan lebih banyak diambil ajaran Xun Zi, namun rakyat
lebih banyak mengenal ajaran Meng Zi.
Pada
xaman dinasti Han (206 SM) Agama Khongcu atau Ru Jiao ditetapkan sebagai agama
negara, dan semua pejabat negara harus lulus ujian negara dengan materi ujian
ajaran Ru Jiao, yang bersumber dari Kitab Klasik, kitab ini ditulis berdasaekan
ajaran Nabi Khongcu oleh para murid-Nya. Namun pada waktu itu banyak orang
dengan aliran lain mengaku sebagai pembawa ajaran Khongcu, tujuannya supaya
diterima sebagai pejabat.
Pada
tahun 97 M, diadakan seminar di Gua Macan Putih (nama sebush gedung di Istana),
untuk menetapkan ajaran Nabi Khongcu yang asli dan dipisahkan dari ajaran
Khongcu yang palsu. Pemisahahan ini mempunyai dampak positip, tetapi juga
mempunyai dampak negatif. Dampak positifnya ajaran Nabi Khongcu yang murni
sudah ditetapkan. Dampak negatifnya, banyak buku tulisan pemikir Rujiao yang
ikut tersingkirkan atau tidak diakui sebagai ajaran Rujiao. Perlu dijelaskan di
sini bahwa pasa zaman itu terjadi pepecahan antara Kelompok teks baru dan teks
lama. Tampaknya yang menentukan putusan dalam seminar itu dari kelompok teks baru.
Tulisan Yang Xiong ( kelompok teks lama) yang berjudul Tai Xuan Jing (Kitab
Rahasia Besar) tidak dimasukkan dalam ajaran Rujiao. Tulisan Yang Xiong justru
dimanfaatkan oleh agama Tao sebagai kitab yang amat penting.
Semula
agama Konghucu adalah untuk semua rakyat Tiongkok atau bangsa Tionghoa, ajaran
agama Khonghuci itu diajarkan melalui sekolah dan para orang tua. Lembaga
agamanya adalah negara itu sendiri. Setiap raja yang naik tahta wajib membuat
rumah ibadah Khonghucu (Bio atau Miao atau kelenteng) sebanyak tujuh buah,
setiap gubernur lima buah, dan residen tiga buah.
Pada
akhir dinasti Han (210 M) di Tiongkok muncul agama Tao. Agama Tao ini mengambil
berbagai unsur, a.l. ajaran Taoisme, kitab Yi Jing, kitab Tai Xuan Jing, ilmu
Kedewataan Tiongkok kuna, dan konsep Reinkarnasi. Agama Tao ini bukan agama
negara, mereka lebih bebas menyebarkan ajarannya dengan mendirikan tempat
ibadah yang lebih kecil. Perhatian mereka adalah pada ajaran spititual dan
ritual, termasuk ilmu magis dan mistik. Mereka mempunyai pendeta yang
menyucikan diri dari urusan duniawi. Umat mereka khusus, yaitu yang mempelajari
ajaran dari pendeta mereka, bukan di sekolah seperti agama Khonghucu.
Agama
Khonghucu pada waktu itu juga mempunyai lembaga khusus yang mempelajari agama,
tetapi tidak banyak jumlahnya. Para muridnya setelah lulus juga mengikuti ujian
menjadi pejabat negara. Kedudukan agama Khonghucu yang sangat istimewa di
Tiongkok saat itu telah menjadikan tokoh agama Khonghucu lupa membina umatnya
secara intensif, mereka kurang menekankan pada ajaran spiritual, tetapi lebih
menekankan pada pengabdian masyarakat.
Pada
abad V, agama Buddha Mahayana mulai berkembang di Tiongkok, akibatnya terjadi
persaingan dalam memperebutkan umat dengan agama Tao. Persaingan itu berlanjut
menjadi konflik fisik yang melibatkan para pengikutnya. Kaisar dinasti Tang
saat itu melerai konflik dengan menyatukan tigs lembaga agama menjadi San Jiao
atau Tiga Agama (di Indonesia disebut Tri Darma). Sejak itu di Tiongkok tidak
ada konflik umat beragama, karena mereka mempunyai tempat ibadah yang sama.
Masing-masing umat mempelajari ajaran agamanya sendiri dan tetap rukun dengan
umat lain.
Tentang
konsep Tri Darma ini masih ada perbedaan pendapat antara pengikutnya, yaitu ada
yang memahami Tri Darma sebagai koalisi, ada yang memahaminya sebagai
sinkritisme. Menurut kami, kedua pendapat itu terserah masing-masing.
Biarkanlah masing-masing pengikut Tri Darma memilih caranya sendiri untuk
konsep itu.
Dengan
adanya Tri Darma tidak berarti agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana Tiongkok melebur
menjadi satu. Maisng-masing agama masih berdiri sendiri-sendiri, namun mereka
mengakui bahwa ada sebagian umat mereka
merupakan umat bersama yang perlu dibina bersama. Untuk itu, rohaniwan
Khonghucu mendapat kesempatan untuk menguraikan ajaran agama Khonghucu di
kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), di samping di tempat Ibadah
Untuk agama Khonghucu ( Khongcu Bio)
Hari-hari
besar agama Khonghucu dirayakan bersama di TITD maupun di Khongcu Bio, dan juga
di rumah-rumah penduduk. Tangal satu bulan satu tahun Imlik (yin li) adalah
haru Besar agama Khonghucu ( termasuk Tri Darma). Pada hari-hari menjelang
tanggal satu sampai dengan tanggal 15 bulan satu dilakukan berbagai kegiatan
upacar keagamaan. Namun, masih banyak orang Tionghoa yang sudah tidak memeluk
agama Khonghucu atau Tri Darma masih merayakan hari Sin Tjia itu sebagai
tradisi menyambut musim semi (sayangnya di Indonesia tidak ada musim semi). Hal
itu adalah hak mereka untuk merayakan hari itu sebagai apa yang dipahaminya,
namun jangan mengatakan bahwa hari Tahun Baru Imlik itu bukan hari besar agama.
Nagi mereka bukan hari besar agama, tetapi bagi umat Khonghcu dan umat Tri
Darma adalah hari besar agama.
Bagi
umat Khonghucu dan Tri Darma, kue kranjang adalah kue yang dipersembahkan
kepada Tuhan pada awal tahun, kue Bulan ( Tiong Ciu Pia) pada pertengan bulan
delapan, wedang ronde pada hari Tangcik
(21Desember), dan kuecang bakcang untuk sembahyang tanggal lima bulan lima
Imlik. Apakah orang tidak boleh makan ronde atau bakcang pada hari biasa? Tentu
boleh, namun bukan untuk upacara suci, hanya sebagai makanan biasa.
Sumbangan
ajaran Rujiao, dari Kong Zi, Meng Zi, dan Xun Zi yang dapat dimanfaatkan oleh
umat agama Khonghucu antara lain sebagai berikut:
- Manusia lahir ke dunia ini untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, yaitu membangun dunia ini lebih baik agar manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih nyaman dan sejahtera. Untuk itu generasi tua harus mendidik generasi muda dengan bekal keimanan, moralitas, keahlian, dan keberanian untuk menghadapi kehidupan.
- Manusia haeus membina diri agar semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang dapat dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian yang berguna bagi orang lain, masyarakat, dan negara.
- Setiap umat Khonghucu harus memberikan karyanya yang terbaik kepada bangsa dan negara di mana dia dilahirkan.
Wujud
awal dari keimanan manusia adalah bakti kepada orang tua. Keluarga adalah
tempat dimulainya perjalanan hidup manusia, oleh karena itu setiap manusia
harus menyiapkan diri untuk memiliki kekuarga yang sejahtera dan bahagia.
Penulis:
Ws Dr Oesman Arif, MPd ( Liem Liang Gie )