Struktur Histologis Hepar
Struktur Histologis Hepar terdiri atas beberapa bagian. Hepar adalah
organ pencernaan terbesar
dalam tubuh dengan berat
antara 1,2 -
1,8 kg atau
kurang lebih 25%
berat badan orang dewasa. Hepar merupakan kelenjar
terbesar dalam tubuh. Hepar terletak di
rongga perut di
bawah diafragma dan
menempati sebagian besar kuadran
kanan atas abdomen.
Hepar merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks, dimana fungsi hepar
dalam sistem sirkulasi adalah
untuk menampung, mengubah,
menimbun metabolit,
menetralisasi dan mengeluarkan
substansi toksik yang terbawa
oleh aliran darah.
Sebagian besar darah
yang menuju ke
hepar dipasok dari vena
porta, dan sebagian
kecil dipasok dari
arteri hepatika (Amirudin,
2007; Junqueira et al ., 1995 ).
Secara makroskopis, hepar
tebagi atas beberapa
lobus dan tiap lobus
hepar terbagi menjadi
struktur yang dinamakan
lobulus, yang merupakan unit
mikroskopis dan fungsional organ. Secara mikroskopis, di dalam
hati manusia terdapat
50.000-100.000 lobuli. Setiap
lobulus berbentuk heksagonal yang
terdiri atas lembaran
sel hepar berbentuk kubus yang
tersusun radial mengelilingi
vena sentralis. Diantara lembaran sel hepar terdapat
kapiler -kapiler yang disebut
sinusoid, sinusoid merupakan cabang
vena porta dan
arteri hepatika. Selain cabang - cabang vena
porta dan arteri
hepatika yang melingkari
bagian perifer lobulus hepar,
juga terdapat saluran
empedu yang membentuk kapiler empedu,
dinamakan ka nalikuli empedu
yang berjalan diantara lembaran sel hati ( Amirudin,
2007; Price dan Wilson, 1994).
Lobulus Hepar
Secara fungsional, lobulus hepar dibagi dalam tiga zona:
- Zona 1: zona aktif, sel -sel paling dekat pembuluh darah, akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh perubahan darah yang masuk.
- Zona 2: zona intermedia, sel -selnya memberi respon kedua terhadap darah.
- Zona 3: zona pasif, aktivitas sel -selnya rendah dan tampak aktif bila kebutuhan meningkat (Leeson et al ., 1996).
Lobulus hepar berbentuk
poligonal dengan ukuran
0,7 x 2 mm. Lobulus-lobulus
ini dipisahkan oleh jaringan pengikat dan pembuluh darah. Daerah
ini disebut trigonum
portae yang berisi
cabang arteri hepatika, cabang
vena porta, cabang duktus
biliferus, dan anyaman pembuluh limfe (Junqueira et al .,
1995).
Parenkim Hepar
Parenkim hepar terdiri
atas sel -sel hepar
(hepatosit). Hepatosit
tersusun berderet secara
radier dalam lobulus
hepar. Lempeng -lempeng
hepatosit ini secara
radial bermula dari
tepian lobu lus menuju ke
vena sentralis sebagai
pusatnya. Lembaran-lembaran ini
bercabang-cabang dan beranastomose
secara bebas sehingga diantara
lempeng -lempeng tersebut terdapat
ruangan sinusoid. Sel hepar
berbentuk poligonal dengan
6 atau lebih permukaan, berukura n
sekitar 20 -35 um,
dengan membran sel
yang jelas, inti bulat atau lonjong dengan permukaan teratur dan
besarnya bervariasi. Permukaan sel
hepar berkontak dengan
dinding sinusoid melalui celah
Disse dan juga
kontak dengan permukaan
hepatosit lain (Junqueir a et al
., 1995; Lesson et al ., 1996).
Sinusoid Hepar
Sinusoid terdapat diantara
lempeng -lempeng sel hepar
dan mengikuti percabangannya (Eroschenko, 2000). Sinusoid merupakan pembuluh
yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri dari satu lapis endotel yang
tidak kontinyu. Sinusoid
mempunyai pembatas yang tidak
sempurna dan memungkinkan
pengaliran makromolekul dengan
mudah dari lumen ke sel-sel hepar dan sebaliknya. Sinusoid dikelilingi dan
disokong oleh selubung
serabut retikuler halus
yang penting untuk mempertahankan bentuknya.
Sel -sel endotel dipisahkan da ri
hepatosit yang berdekatan
oleh celah subendotel yang disebut
celah Disse. Sinusoid
juga mengandung sel-sel
fagosit dari
retikuloendotelial yang dikenal
sebagai sel Kupffer,
berbentuk stelat dengan sifat
histologis seperti vakuola
jernih, lisosom dan retikuloendoplasma granular
tersebar di seluruh
sitoplasma. Ini membedakan sel -sel
Kupffer dan sel-sel
endotel (Junqueira et al
., 1995). Ruang- ruang sinusoid
berbeda dengan kapiler
yaitu garis tengahnya lebih
besar (9-12 um)
dan sel pembatasnya
tidak seperti endotel biasa.
Lamina basal sinusoid
terputus -putus (Lesson et al
., 1996).