TEORI SUKU BUNGA
Ada beberapa Teori Suku Bunga. Menurut kaum Klasik tingkat bunga
merupakan hasil interaksi antara tabungan
(S) dan investasi (I). Teori Klasik menyatakan bahwa tabungan adalah fungsi
dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi,
masyarakat akan lebih terdorong untuk pengorbankan/ mengurangi pengeluaran unuk
konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat
bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga
makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat bunga, keinginan untuk melakukan
investasi juga makin besar (Nopirin, 1992).
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya,
tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan
dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi tingkat ekonomi (GNP), sepanjang uang
ini akan mempen garuhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan
mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan demikian akan
mempengaruhi GNP (Nopirin, 1992).
Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan
orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan
uang unuk tujuan spekulasi: permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan
permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. Untuk berspekulasi di pasar
surat berharga seperti yang digambarkan oleh teori Keynes orang perlu memegang
uang tunai, dan ka rena kegiatan spekulasi tersebut bisa menghasilkan
keuntungan, maka orang bersedia membayar harga tertentu untuk memegang uang
tunai untuk tujuan tersebut. Kemungkinan keuntungan tersebut timbul karena
adanya ketidakpastian mengenai perkembangan tingkat bunga atau harga obligasi
di masa depan. Hanya dalam suasana ketidakpastian, orang bisa berspekulasi
(Boediono, 1994).