KARAKTERISTIK ANAK USIA SEKOLAH
Karakteristik Anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik
mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan norma.
Variasi individu mulai lebih mudah dikenali di sini seperti pertumbuhan dan
perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian,
serta asupan makanan (Yatim, 2005). Ada beberapa karakteristik lain anak usia
ini, yaitu anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah, aktivitas fisik anak semakin
meningkat, dan pada usia sekolah anak akan mencari jati dirinya.
Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam.
Aktivitas fisik anak meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan
teman, meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi
sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi
kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Khomsan,
2010).
Pada usia sekolah dasar anak mencari jati diri dan akan sangat mudah
terpengaruh lingkungan, terutama teman sebaya yang pengaruhnya sangat kuat
seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan temannya, termasuk perubahan
kebiasaan makan. Peranan orang tua sangat penting. Selama pertengahan tahun
masa kanak-kanak, dasar-dasar peran dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan
interaksi sosial terbentuk. Negara-negara industri periode ini dimulai saat
anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12
tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Tugas perkembangan pada
masa anak usia sekolah berfokus pada kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial
(Potter& Perry, 2005).
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan
transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke kehidupan belajar,
dan bekerja terstruktur. Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak
harus belajar menghadapi peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan
teman sebaya. Orang tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan menerima tanggung
jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan (Potter& Perry, 2005).
Selama tahap primer (6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain
bersama, bergantung pada siapa yang bersedia dan siapa yang tertarik. Sekitar
usia 8 tahun, kelompok sosial dengan teman sebaya berjenis kelamin sama mulai
terbentuk. “Kelompok” ini menyatakan kemandirian mereka dari peran orang tua,
dan membuat kode atau bahasa rahasia dan perilaku mereka sendiri. Periode
seringkali mengarah pada masyarakat rahasia dimasa kanak-kanak. Persahabatan
adolesense (10-12 tahun) dikarakterisasi dengan memiliki sahabat dengan jenis kelamin
yang sama. Hubungan ini mungkin sementara, tetapi hubungan mereka sangat erat
dan tercipta diskusi yang menyangkut seluruh area kehidupannya (Potter&
Perry, 2005).