MACAM-MACAM BUNUH DIRI
Ada beberapa Macam-macam Bunuh Diri. Durkheim (dalam Pancasiwi, 2004),
berpendapat bahwa pada titik ekstrim, perubahan sosial (atau tanpa ada
perubahan samasekali) akan membawa efek bagi perubahan perilaku individu. Perubahan
sosial yang sangat cepat akan bisa membawa efek yang kurang baik bagi individu
tertentu. Mereka akan berada dalam situasi anomic karena perubahan ini tidak
serta merta dibarengi dengan norma-norma yang mengatur masyarakat. Akibatnya,
masyarakat cenderung menjadi chaotic karena ketiadaan norma-norma (normlessness)
baru yang bisa mengatur masyarakat yang berubah cepat. Keadaan seperti ini bisa
menggiring individu menjadi stres, depresif dan pada gilirannya dorongan untuk
bunuh diri muncul. Bunuh diri seperti ini disebut anomic suicide.
Pada titik ekstrim sebaliknya, jika masyarakat mengalami stagnasi yang
nyaris sempurna, artinya hampir tidak ada perubahan sama sekali dalam
masyarakat, maka individu akan mengalami efek kurang lebih sama, yaitu stres,
depresi, dan lain-lain. Keadaan seperti ini dianggap fatalistic dan juga bisa
mendorong orang untuk melakukan bunuh diri. Jenis bunuh diri ini disebut
fatalistic suicide.
Durkheim (dalam Pancasiwi, 2004), juga berpendapat bahwa solidaritas
sosial pada titik-titik ekstrim memiliki pengaruh yangcukup signifikan terhadap
angka bunuh diri. Ketika seseorang merasa tidak memiliki (atau sangat lemah)
ikatan dengan komunitasnya, dia akan merasa terisolasi dan terasing yang pada
gilirannya bisa menyebabkan stres dan depresif. Tidak mustahil orang semacam
ini akan terdorong melakukan bunuh diri yang oleh Durkheim disebutegoistic
suicide.
Pada titik ekstrim lain, jika seseorang terlalu kuat terintegrasi kedalam
kelompoknya, maka orang seperti itu tidak akan segan-segan relamengorbankan
dirinya demi kebaikan kelompoknya tersebut. Tindakanbunuh diri semacam ini
disebut sebagai altruistic suicide.
Berbagai penelitian menggambarkan (Hadriami, 2004), bahwa pelaku bunuh
diri mengalami depresi menjelang mereka melaksanakan keputusannya. Depresi
tidak dapat dikatakan sebagai penyebab bunuh diri karena meskipun sangat
berkaitan namun banyak orang depresi tetapi tidak melakukan bunuh diri. Orang
depresi pada umumnya memiliki ide bunuh diri (suicidal ideation) dan ini
berbeda dengan tindakan percobaan bunuh diri (suicidal attempt). Pada orang depresi
berat, mereka akan mengalami kemalasan motorik dan merosotnya energi sehingga
mereka tidak akan mampu melakukan percobaan maupun tindakan bunuh diri. Pada
umumnya setelah muncul kembali semangatnya, pada saat secara fisik mereka pulih
kembali,maka sering diambil keputusan untuk bunuh diri.