PENULARAN HIV/AIDS MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
Penularan melalui hubungan seksual merupakan mayoritas infeksi HIV,
ketika berhubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang salah satunya
terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia.
Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan
vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau
membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung
lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung. Risiko
masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang yang belum terinfeksi
melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan
seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui
seks oral reseptif maupun insertif. Risiko transmisi HIV dari air liur jauh
lebih kecil daripada risiko dari air mani. Bertentangan dengan kepercayaan
umum, seseorang harus menelan segalon air liur dari individu HIV positif untuk
membuat risiko signifikan terinfeksi.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat
menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat
kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit
dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari
Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar
empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin
seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Risiko tersebut juga
meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual
seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan
pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap
dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan
bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban
virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus
kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah
RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.
Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi
serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap
penyakit seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis
virus lain yang lebih mematikan.