ALIRAN POKOK KESENIAN MASA MODERN (ABAD 19)
Berikut ini aliran-aliran pokok kesenian masa modern
(abad 19):
Sekitar Idealisme Jerman
Titik pangkal idealisme Jerman ialah filsafat
Immanuel Kant, estetika dipakainya dalam arti yang sesuai dengan cara kerjanya
dalam bidang transedental, tentang keindahan dan citarasa. Kant memeriksa
syarat-syarat manakah kiranya yang perlu dipenuhi supaya manusia dapat
mengucapkan suatu putusan tentang keindahan. Syarat-syarat itu khususnya
dipenuhi dalam pengalaman tentang yang “sublim” (luhur) sebagai puncak segala
kategori keindahan.
Seperti halnya secara umum dalam idealisme Jeman
filsafat Kant dilanjutkan dengan mengubah ‘benda pada dirinya sendiri’ yang
dianggap sebagai kenyataan tetapi tidak dapat dikenal, menjadi hasil buah
perkembangan idea semata-mata. Yang kemudian dikemukakan dalam filsafat
keindahan karya Friedrich Hegel (1770-1831) bahwa seluruh bidang keindahan
merupakan suatu “moment” (unsur dialektis) dalam perkembangan roh (spirit)
menuju kesempurnaan, moment itu dapat ditemukan dalam pengalaman manusia.
Romantik
Dalam aliran romantik rasa, emosi dan selera si
subyek lebih diperhatikan. Malahan sampai menjadi agak individualis. Salah
seorang tokoh terkenal ialah Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832) yang
menekankan pentingnya emosi pribadi pencipta karya seni. Fridrich Nietzche
(1844-1900) berkenaan dengan estetika, selanjutnya dengan membedakan sikap
“dionisian” dan “apollonian”. Yang pertama menekankan unsur pengalaman yang
meluap-luap berasal dari emosi dan penghendakan, yang kedua menekankan unsur
keteraturan dan menahan diri asalnya lebih dari perencanaan dan pengenalan akal
budi.
Suatu catatan tambahan tentang Soren Kierkegaard
(1813-1855) membagi tingkatan perkembangan manusia dengan mempergunakan istilah
estetika didalamnya menjadi tiga tingkatan. Tahap pertama dan terendah karena
dangkal ialah tahap estetis, yaitu manusia yang suka akan segala pengalaman dan
kenikmatan lahiriah, yang sebenarnya fana, tetapi menyenagkan dan cenderung
menahan manusia di sana. Sewajarnya manusia itu rela bertobat dan meloncat ke
tahap lebih tinggi dan lebih pantas yakni tahap etis, di mana ia rela berpegang
pada patokan etika, meskipun tidak selalu menyenangkan secara lahiriah. Tetapi
tahap kedua belum sempurna juga karena manusia menjadi sombong. Ia merasa telah
mengalahkan dan meninggalkan tahap estetis; maka mudah-mudahan manusia rela
bertobat lebih mendalam lagi dan meloncat ke tahap religius, di mana segala
pegangan dari tahap etis pun ditinggalkannya, menyembah kepada Tuhan. Manusia
religius tetap terbuka akan kemungkinan dan godaan jatuh kembali ke tahap etis,
malahan sampai pada tahap estetis juga.
Teater aliran romantik muncul dikarenakan
ketidakpuasan sebagian orang terhadap aliran neoklasik. Aliran ini berkembang
antara tahun 1800-1850. ketidak setujuan kaum romantik pada kaum neo klasik
terutama karena menganggap aliran neoklasik terlalu berpijak pada unsur
dituntun oleh insting-insting alamiahnya agar dapat berbuat dan dapat
menggunakan perasaannya secara benar pula. Prinsip kaum romantik adalah
kebebasan dalam berkreativitas untuk memahami manusia dan semesta.
Realisme
Aliran ini berkembang sekitar tahun 1850-an,
terutama di bidang teater Prancis. Ketidak puasan terhadap konsepsi romantik,
merupakan salah satu penyebab mengapa aliran ini berkembang. Idealisme yang
dituntut kaum romatik, oleh kaum realisme dianggap tidak mungkin terwujud. Oleh
sebab itulah penulis-penulis realisme berusaha menggambarkan kenyatan kehidupan
subjektif. Kenyataan hidup sehari-hari sebagaimana adanya mewarnai pementasan
realisme.
Tokoh-tokoh teater relisme dalam dunia teater dapat
disebutkan antar lain Dumus JR, Augier, Ibsen (Prancis); Nikolai Gogol, Anton
Chekov (Rusia), Jones, galsworthy dan shaw (Inggris) yang perlu dicatat adalah,
relisme di Rusia berbeda dengan realisme Eropa. Di Rusia realisme berkembang
karena dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan budayanya sendiri.
Di Eropa, pada masa berkembangnya aliran realisme
muncul pula aliran yang lebih spesifik – yang masih sejalan dengan realisme –
yang disebut aliran naturalis, atau bisa disebut Naturalisme. Dalam menampilkan kenyataan di masyarakat aliran
ini tidak lebih khas dan spesifik. Namun begitu, aliran ini tidak berlangsung
lama, hanya bertahan sampai tahun 1990-an. Drama-drama naturalisme seringkali
menampilkan kebobrokan dan kebusukan masyarakat. Tokohnya seperti, Emilia Zola,
yang harus disajikan kepada penonton bukalah drama, tetapi kehipuan itu
sendiri.
Sosialitas
Mulai sekitar pertengahan abad 19 timbullah suatu
reaksi melawan pengaruh idealisme maupun romantik dalam bidang kesenian. Reaksi
itu memperjuangkan peranan social dari kegiatan dan pengalaman tentang
keindahan; melawan idealisme yang dingin dan jauh dari pengalaman hidup apalagi
abstrak dan teoritis; melawan romantik dengan “l’
art pour l’art” nya yang
memisahkan seniman maupun karya seninya dari masyarakat.
Pandangan-pandangan itu dirintis oleh bapak ilmu
sosiologi yaitu Auguste Comte (1798-1857) dengan mengemukakan bahwa pengalaman
tentang keindahan dan seluruh bidang kesenian tidak boleh merupakan suatu
tujuan pada dirinya sendiri. Sebaliknya, seni harus lahir dari masyarakat demi
masyarakat.
Sikap seperti itu lama kelamaan muncul juga yang
bersal dari Karl Marx dan Friedrich Engels (1820-1895). Mereka sendiri pada
permulaan hampir tidak memperhatikan bidang kesenian dan kesenian yang kiranya
dikembangkan kaum kapitalis yang bersifat borjouis. Apalagi hampir tidak ada
sumbangan yang berarti dalam seni dan kegiatan para seniman kalau maju tidaknya
masyarakat dinilai berdasarkan kemajuan ekonomis.
Impresionisme dan Ekspresionisme
Sebenarnya
impresionisme pada permulaan dipakai sebagai suatu sindiran atau penghinaan
terhadap mereka yang kurang patuh pada peraturan-peraturan dan patokan-patokan
yang dianggap perlu diindahkan agar suatu karya seni dapat terlaksana. Kesan
yang datangnya dari luar yang ingin diabadikan oleh impresionis ini, seumpama
Claude Monet (1840-1926) yang dilajutkan oleh da Vinci, Michelangelo sampai
pada Rembrandt.
Aliran ekspresionsme lebih terbatas pada karya yang
memang tidak terlepas sama sekali dari apa yang di lihat dan menjadi alasan
suatu karya, yang paling mencolok adalah apa yang ingin disampaikan. Hasrat
untuk mengucapkan dan seakan akan mewujudkan apa yang ada dalam pengalaman dan
hati menandai dan mewarnai karya seni yang bersangkutan. Yang paling terkenal
adalah dari Vincent van Gogh (1853-1890).
Kedua aliran cukup berjasa dalam membangkitkan
teori-teori tentang hakikat seni dan peranannya dalam masyarakat serta tentang
tugas seorang seniman, hanya harus diakui bahwa mereka membangkitkan juga suatu
“elitisme” lingkungan para seniman.
Meskipun aliran impresionisme dan ekspresionisme
berasal dari lingkungan para pelukis, di kemudian hari istilah itu dipakai juga
untuk menunjukan perkembangan-perkembangan dan pandangan serupa dalam konteks
seni lainnya seperti seni pahat, arsitektur, pun pula sastra prosa maupun
puisi, drama dan musik serta tarian.