FAKTOR PENYEBAB KETOMBE
Faktor penyebab ketombe bermacam-macam. Ketombe disebabkan oleh kurangnya
kebersihan rambut dan kulit kepala atau adanya infeksi jamur, seperti P.ovale
yang mengiritasi dan memicu sekresi sel kulit kepala yang abnormal, sehingga
mudah mengelupas. P.ovale termasuk varian dari Malassezia sp, dimana jamur ini
termasuk penyebab mikosis superfisialis yang mengenai stratum korneum pada
lapisan epidermis. P.ovale adalah flora normal kulit kepala, namun pada kondisi
yang tidak sesuai dapat berubah menjadi patogen, yaitu dengan menggunakan
penguraian enzim lipase secara progresif pada sebum menghidrolisa trigliserid
menjadi asam-asam lemak, sehingga mengakibatkan iritan pada kulit kepala dan
hiperproliferasi sel-sel dermisnya.
Walaupun banyak faktor yang diketahui sebagai penyebab ketombe, namun hanya
didapatkan 3 faktor utama yang berperan penting pada ketombe, yaitu sekresi
glandula sebasea (seborrhea), efek mikrobial, dan kerentanan individu (sensitivitas
individu terhadap metabolit jamur malassezia).
Seborrhea
Sekresi sebum dipengaruhi oleh hormone androgen. Selain itu, sekresi sebum
juga dipengaruhi oleh stress, kehamilan dan menyusui yang meningkatkannya,
serta keadaan kelaparan dan obat-obatan (seperti estrogen, glukokortikoid,
siproteron asetat, spironolakton, dan isotretionin) yang menurunkannya. Sebum
terdiri dari kompleks trigliserida, asam lemak, sterol ester, cholesterol,
cholesterol ester dan skualen. Pada saat disekresi secara primer, kandungan
sebum terdiri dari trigliresida dan ester yang oleh mikroba komensal di kulit
akan di pecah menjadi digliserida, monogliserida dan asam lemak bebas dengan
bantuan enzim lipase. Adanya asam lemak spesifik yang dihasilkan sebum,baru
terlihat setelah dimetabolisme oleh jamur Malassezia.
Mikrobial
P. ovale merupakan mikroflora normal kulit kepala bersama sama dengan Propionibacterium
acnes anaerob dan bakteri kokus aerob. Pada kulit kepala normal P. ovale
merupakan 45% dari populasi mikroflora total, sedangkan pada kulit kepala yang
berketombe proporsinya meningkat menjadi 75%, tidak demikian pada bakteri kokus
dan P.acnes, dimana pada keadaan berketombe jumlahnya semakin menurun.
Populasi P.ovale yang besar (frekuensi pertumbuhan hampir dua kali lipat)
pada ketombe, didukung oleh kepustakaan Shuster yang menyatakan bahwa P. ovale
tidak diragukan sebagai penyebab primer ketombe, karena memenuhi Postulat Koch,
yaitu pertumbuhan berlebih dari P. ovale yang di dapati pada ketombe,
pengobatan dengan berbagai agen hanya mempunyai efek antijamur dapat mengontrol
penyakit, serta reinfeksi dengan P. ovale dapat menyebabkan rekurensi.
P. ovale membutuhkan lipid sebagai sumber makanan untuk tumbuh dan berproliferasi.
P. ovale mendegradasi sebum dengan bantuan enzim lipase menjadi berbagai asam
lemak terutama dari trigleserida, namun P. ovale hanya mengkonsumsi asam lemak
yang sangat spesifik, yaitu saturated fatty acid untuk pertumbuhannya,
sedangkan unsaturated fatty acid ditinggalkan di permukaan kulit. Bentuk
metabolit unsaturated fatty acid yang paling banyak dijumpai adalah asam oleat,
dan metabolit inilah yang diduga berperan pada pembentukan skuama dari ketombe.
Asam oleat merupakan salah satu komponen utama dari fatty acid yang diketahui
dapat mengindukdi deskuamasi pada dandruff.
Kerentanan individu
Kerentanan individu terhadap ketombe disebabkan oleh perbedaan skin barrier
untuk mencegah fatty acid melakukan penetrasi. Adanya defisiensi permeabilitas
barier kulit akibat penetrasi bahan – bahan yang diekresi glandula sebasea
(khususnya asam oleat ) akan mengakibatkan rusaknya fungsi barier kulit sehingga
terjadi inflamasi, iritasi dan munculnya skuama. Toksin yang dihasilkan oleh
jamur malassezia (P. ovale) ini dapat menembus barrier stratum korneum karena
memiliki berat molekul rendah dan larut dalam lemak.
Faktor–faktor lain penyebab ketombe:
Hiperproliferasi epidermis
Pada kebanyakan orang, seluruh
kulit kepala akan berganti setiap sekali per bulan, tetapi pada penderita
ketombe proses ini akan berlangsung lebih cepat menjadi 10-15 hari. Hal ini
menyebabkan retensi nucleus dalam sel-sel stratum korneum yang tidak mempunyai
cukup waktu untuk menjadi matur (pada kulit kepala normal didapati sekitar
3.700 sel berinti/cm2 sedangkan pada yang berketombe didapatkan
sekitar 25.000 sel berinti/cm2) serta peningkatan deskuamasi sel
keratin.15 Hiperproliferasi epidermis merupakan hasil dari FFAs (free fatty
acid) yang menginduksi rusaknya scalp barrier.
P. ovale adalah lipid-dependent fungi, jamur tersebut membutuhkan FFAs (free
fatty acid) yang dihasilkan oleh trigliserida dari glandula sebasea. Lipase malassezia yang non spesifik
menghasilkan FFAs dari sebum. P. ovale mengambil fatty acid yang dibutuhkan,
lalu FFAs melakukan penetrasi pada stratum korneum dan merusak scalp skin
barrier. Skin barrier yang rusak ditunjukkan dengan peningkatan trans epidermal
water loss pada penderita. Barrier yang rusak berperan penting secara langsung
terhadap gambaran klinis ketombe seperti timbulnya gatal, skuama dan eritema.