FASE–FASE PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA

Terdapat fase-fase perkembangan pada masa remaja, yaitu sebagai berikut:
Fase Pueral
Ciri-ciri fase ini antara lain:
  1. Mereka tidak mau lagi disebut anak. Sebutan anak dirasakan sebagai merendahkan diri mereka. Tetapi juga, tidak bersedia dikatakan dewasa. Sebutan dewasa, dirasakan terlalu tua.
  2. Mereka mulai memisahkan diri dari orang tuanya atau orang-orang dewasa lain yang ada disekitarnya.
  3. Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, juga antar anggota kelompok sendiri berebut unggul.
  4. Mereka memiliki sifat mendewakan tokoh-tokoh yang dipandang sebagai memiliki kelebihan.
  5. Mereka adalah pengembara-pengembara ulung dimana terjadi sesuatu peristiwa, metreka itulah pengunjung yang paling banyak jumlahnya.
  6. Pandangannya lebih banyak diarahkan keluar (ekstravert) dan kurang bersedia untuk melihat dan mempercayai dirinya sendiri.
  7. Mereka itu adalah pemberani yang kadang-kadang kurang perhitungan dan agak melupakan tata susila.
Fase Negatif
Ciri-ciri fase ini antara lain:
  1. Terhadap segala sesuatu, si anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya.
  2. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya.
  3. Sering melamun tak menentu dan kadang berputus asa.
Terhadap sikap seperti ini, orang tua sering bersikap jengkel, marah atau berputus asa, bingung dan bertanya-tanya tanpa mengetahui apa sebabnya, tetapi bagi orang tua yang mengerti akan bersikap membiarkan keadaan itu berlalu untuk beberapa bulan sebab sikap itu menunjukkan bahwa anaknya telah melalui suatu fase yang biasa dilalui semua orang. Suatu tanda bahwa anaknya adalah anak normal yang sebantar lagi akan mencapai kedewasaannya.
Fase Puber
Masa ini berlangsung paling lama diantara kedua fase yang lain. Ciri-cirinya:
  1. Bersifat statis; artinya tidak banyak lagi mengalami perkembangan terutama tubuhnya. Yang dimaksud perkembangan adalah perkembangan yang menyebabkan bertambahnya fungsi tubuh baru.
  2. Tertutup; maksudnya jiwanya telah tidak lagi mudah terpengaruh oleh siapapun sekalipun terpengaruh, namun pengaruh itu tidak diterimanya begitu saja, melainkan dipilih, diseleksi. Manakah yang kiranya meningkatkan kemampuannya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Namun demikian, penerima pengaruh itu adalah tanggung jawabnya sendiri. Ia tidak dapat lagi melemparkan tanggung jawab itu kepada orang lain. Apapun yang terjadi atas dirinya, baik itu oleh karena perbuatannya sendiri maupun karena perbuatan orang lain, yang bertanggung jawab adalah tetap ia sendiri. 

Artikel Terkait :