KARAKTERISTIK SAPI BALI
Karateristik Sapi Bali berbeda dengan sampai lainnya
yang ada di nusantara. Bangsa (breed)) sapi adalah sekumpulan ternak yang
memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut,
ternak-ternak tersebut dapat dibedakan dengan ternak lainnya meskipun masih
dalam jenis hewan (species) yang sama. Karakteristik yang dimiliki dapat
diturunkan ke generasi berikutnya.
Menurut Blakely dan
Bade (1992), Romans et al. (1994) sapi bali mempunyai klasifikasi taksonomi
sebagai berikut:
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Class: Mamalia
Sub class: Theria
Infra class: Eutheria
Ordo: Artiodactyla
Sub ordo: Ruminantia
Infra ordo: Pecora
Famili: Bovidae
Genus : Bos (cattle)
Group: Taurinae
Spesies: Bos sondaicus (banteng/sapi Bali)
Dinamakan Sapi Bali karena memang penyebaran populasi
bangsa sapi ini terdapat di pulau bali. Sapi bali (Bos sondaicus) adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni
Indonesia, yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah
mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM, sapi bali asli
mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali dikenal juga
dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos
javanicus, meskipun sapi bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus
atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi
Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus
bos. Payne dan Rollinson (1973)
menyatakan bahwa bangsa sapi ini diduga berasal dari pulau Bali, karena pulau
ini sekarang merupakan pusat penyebaran/distribusi sapi untuk Indonesia, karena
itu dinamakan sapi bali dan tampaknya telah didomestikasi sejak jaman
prasejarah 3500 SM.
Ditinjau dari
sejarahnya, sapi merupakan hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat petani di Bali. Sapi bali sudah dipelihara secara turun
menurun oleh masyarakat petani Bali sejak zaman dahulu. Petani memeliharanya
untuk membajak sawah dan tegalan, serta menghasilkan pupuk kandang yang berguna
untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian
Secara fisik, sapi bali mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
- Warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimoprhism-sex. Pada saat masih “pedet”, bulu badannya berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa sapi bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi bali betina. Warna bulu sapi bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata kembali apabila sapi bali jantan itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone.
- Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulatio carpo metacarpeae) dan persendian telapak kaki belakang (articulatio tarco metatarseae) berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada bibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang coklat (merupakan bintik-bintik putih) yang merupakan kekecualian atau penyimpangan yang ditemukan sekitar kurang daripada 1% . Bulu sapi bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.
- Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
- Badan padat dengan dada yang dalam.
- Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak bergelambir
- Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
- Pada tengah-tengah (median) punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
- Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam
- Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam
Ditinjau dari karakteristik karkas dan bentuk badan yang
kompak dan serasi, sapi bali digolongkan sapi pedaging ideal, bahkan nilai mutu
dagingnya lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa seperti Hereford, Shortorn
(Murtidjo, 1990). Oleh karena itu
dianggap lebih baik sebagai ternak pada iklim tropik yang lembab karena
memperlihatkan kemampuan tubuh yang baik dengan pemberian makanan yang bernilai
gizi tinggi (Williamson dan Payne, 1993). Sedangkan Saka et.al (2005)
melaporkan untuk karkas sapi bali jantan (beef) tidak ideal karena perempatan
karkas depan (nilai ekonominya lebih rendah) lebih besar (52%) daripada
perempatan karkas belakang (48%), kecuali kalau dikastrasi ketika masih pedet.
Variasi merupakan ciri-ciri umum yang terdapat di dalam
suatu populasi. Keragaman terjadi tidak hanya antar bangsa tetapi juga di dalam
satu bangsa yang sama, antar populasi maupun di dalam populasi, di antara
individu tersebut. Keragaman pada sapi bali dapat dilihat dari ciri-ciri
fenotipe yang dapat diamati atau terlihat secara langsung, seperti tinggi,
berat, tekstur dan panjang bulu, warna dan pola warna tubuh, perkembangan
tanduk, dan sebagainya.
Sapi bali mempunyai ciri-ciri fisik yang seragam, dan
hanya mengalami perubahan kecil dibandingkan dengan leluhur liarnya (Banteng).
Warna sapi betina dan anak atau muda biasanya coklat muda dengan garis hitam
tipis terdapat di sepanjang tengah punggung. Warna sapi jantan adalah coklat
ketika muda tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12-18 bulan
sampai mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi
akan tetap berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada
bagian belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white
stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir
atas. (Hardjosubroto dan Astuti, 1993)
Di samping pola warna yang umum dan standar, pada sapi bali juga
ditemukan beberapa pola warna yang menyimpang seperti dikemukakan Hardjosubroto
dan Astuti (1993), yaitu:
- Sapi injin adalah sapi bali yang warna bulu tubuhnya hitam sejak kecil, warna bulu telinga bagian dalam juga hitam, pada yang jantan sekalipun dikebiri tidak terjadi perubahan warna.
- Sapi mores adalah sapi bali yang semestinya pada bagian bawah tubuh berwarna putih tetapi ada warna hitam atau merah pada bagian bawah tersebut.
- Sapi tutul adalah sapi bali yang bertutul-tutul putih pada bagian tubuhnya.
- Sapi bang adalah sapi bali yang kaos putih pada kakinya berwarna merah.
- Sapi panjut adalah sapi bali yang ujung ekornya berwarna putih.
- Sapi cundang adalah sapi bali yang di dahinya berwarna putih.
Abidin (2008) menyatakan bahwa kemampuan reproduksi sapi
bali adalah terbaik di antara sapi-sapi lokal di Indonesia, karena sapi bali
bisa beranak setiap tahun. Dengan
manajemen yang baik penambahan berat badan harian bisa mencapai 0,7 kg per
hari. Keunggulan yang lain bahwa sapi bali mudah beradaptasi dengan lingkungan
yang baru, sehingga sering disebut ternak perintis.