PENGERTIAN SEMIOTIK
Ada beberapa Pengertian Semiotik. Pada umumnya, Karya
sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium
bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra juga sudah merupakan sistem semiotik
atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti, misalnya ketika
mengkaji dan memahami puisi tidak lepas dari analisis semiotik. Puisi seperti
telah dikemukakan merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan bermakna.
Memahami puisi tidak lain memahami makna puisi. Menganalisis puisi adalah usaha
untuk menangkap makna yang ada dalam puisi tersebut. Makna puisi adalah arti
yang timbul dari susunan bahasa berdasarkan struktur kesusastraannya, yaitu
arti yang tidak hanya mempunyai arti bahasa melainkan berisi arti tambahan berdasarkan
kesusastraan yang bersangkutan. Dengan demikian dalam mengkaji dan memahami sebuah puisi diperlukan
analisis struktural atau semiotik mengingat puisi merupakan struktur tanda-tanda
yang bermakna.
Ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda itu adalah
semiotik. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiontik itu mempelajari sistem-sistem,
aturan-aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Semiotik berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu semeion yang berarti tanda
atau sign dalam bahasa Inggris. Semiotik
juga merupakan ilmu yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan
ekspresi. Dalam penelitian sastra, pendekatan semiotik khusus meneliti sastra
yang dipandang memiliki sistem sendiri,
sedangkan dalam sistem tersebut berurusan dengan masalah teknik, mekanisme
penciptaan, masalah ekspresi, dan komunikasi.
Menurut Eagleton, Semiotik atau semiologi berarti ilmu
tanda-tanda (sign) secara sistematik. Semiotik menunjukkan bidang kajian
khusus, yaitu sistem yang secara umum dipandang sebagai tanda, seperti puisi,
rambu-rambu lalu lintas dan nyanyian burung.
Tokoh yang dianggap sebagai pendiri semiotik adalah dua
orang yang tidak saling mengenal dan mempengaruhi, yaitu; Ferdinand de Saussure (1857-1913)
seorang ahli linguistik dan Charles Sander Pierce (1839-1914) seorang ahli filsafat.
Kedua sarjana tersebut menggunakan istilah yang berbeda. Saussure menggunakan
istilah semiologi sedangkan Pierce menggunakan istilah semiotika, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya istilah semiotikalah yang populer. Pierce mengatakan
bahwa semiotik merupakan paduan atau
sinonim kata logika.
Menurut Pierce, logika harus mempelajari bagaimana orang
menalar, dan penalara itu dilakukan melalui tanda-tanda. Menurutnya tanda-tanda
tersebut memungkinkan manusia untuk berpikir,
berhubungan dengan orang lain, dan memberikan makna. Sedangkan menurut Saussure bahwa semiotik
atau semiologi adalah ilmu yang mempelajari apa yang membentuk tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.
Menurut Abarams (1981), bahwa pengertian semiologi
adalah ilmu yang mempelajari tanda beserta fungsi secara umum pada seluruh bidang kehidupan.
Bagi Abarams cakupan semiologi sangat luas. Semiologi tidak hanya berhubungan
dengan sistem komunikasi seperti bahasa, huruf morse, atau rambu-rambu
lalulintas, namun menurut beliau
semiologi juga berhubungna dengan aneka ragam perilaku manusia, seperti gerak tubuh, cara berpakaian, ciri khas makanan,
bentuk bangunan yang seluruhnya itu memiliki arti di dalam kemasyarakataan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas semiotik adalah
ilmu tentang tanda-tanda, dan tanda tersebut memiliki dua aspek, yaitu; penanda
(signifier) dan petanda (signified).
Penanda adalah bentuk formal dari yang menandai sesuatu yang disebut
petanda, sedangkan petanda adalah
sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya. Contohnya kata “ibu” yang
merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti : ”sebutan bagi orang
yang telah melahirkan kita”.
Tanda tersebut tidak hanya satu
macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda
dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama
adalah:
- Ikon ini ada kemiripan dengan tanda. Tanda tersebut memang mirip dengan ikon atau merupakan gambar atau arti langsung dari petanda. Misalnya foto merupakan gambaran langsung dari orang yang difoto. Ikon dibedakan menjadi tiga macam yaitu ikon tipologis, kemiripan yang tampak di sini adalah relasional, jadi, di dalam tanda tampak juga hubungan antaraunsur-unsur yang di acu, contohnya susunan kata dalam kalimat. Ikon metaforis adalah ikon yang tidak ada kemiripan antara tanda dengan acuan melainkan antara dua acuan oleh tanda yang sama, seperti kata kancil yang mempunyai acuan ‘binatang kancil’ dan sekaligus pula ‘kecerdikkan’, dan ikon diagramatis berdasarkan persamaan struktur, misalnya diagram.
- Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kasual (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api. Contoh lain: mendung merupakan tanda bagi hari akan hujan, panah menjadi tanda petunjuk jalan. Dalam sastra, gambaran suasan muram biasanya merupakan indeks bahwa tokoh sedang bersusah hati.
- Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau-maunya), contohnya bahasa merupakan simbol yang paling lengkap, terbentuk secara konvesional, hubungan kata dengan artinya dan sebagainya.
Ada tiga macam symbol yang dikenal, yakni (a) symbol
pribadi, misalnya seorang menangis bila mendengar lagu gembira karena lagu itu
telah menjadi lambing pribadi ketika orang yang dicintainya meninggal dunia,
(b) simbol pemufakatan, misalnya Jepang = Negara Matahari terbit, Yamato Nadeshiko = Gadis
Jepang, (c) simbol universal, misalnya kembang adalah lambing cinta, dan laut
adalah lambang kehidupan yang dinamis. Arti sebuah simbol juga ditentukan oleh
masyarakat. Misalnya kata ibu berarti ‘orang yang melahirkan kita’ itu terjadi
aataskonvensi atau perjanjian masyarakat bahasa Indonesia, masyarakat Jepang
menyebutnya haha atau Okaasan, masyarakat Inggris: mother, Perancis:
la mere.