TAHAP-TAHAP REPRODUKSI VIRUS
Ada beberapa tahap-tahap Reproduksi virus. Karena virus tidak memiliki
sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan
reproduksi sendiri. Untuk berkembang biak, mereka harus menginfeksi sel inang.
Inang virus berupa makhluk hidup lain yaitu bakteri, sel tumbuhan, maupun sel
hewan/ sel manusia (Irianto, 2006).
Menurut Irianto, 2006 bahwa berdasarkan tahapannya, daur hidup virus dapat
dibedakan menjadi daur litik dan daur lisogenik.
Daur litik
Fase adsorpsi
Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel bakteri.
Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki
reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan
enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri
atau sel inang.
Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam
nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada
di luar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid terlepas dan tidak berfungsi
lagi.
Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan
mesin biosintetik inang untuk melakukan kehidupannya. Karena itu, pengendali
mesin biosintetik bakteri yakni DNA bakteri harus dihancurkan. Untuk itu DNA
virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan menghancurkan DNA
bakteri, tapi tidak menghancurkan DNA virus. Dengan demikian, bakteri tidak
mampu mengendalikan mesin biosintetiknya sendiri.
Sekarang, DNA virus yang berperan. DNA virus mereplikasi diri berulang
kali dengan jalan mengkopi diri membentuk DNA virus dalam jumlah banyak.
Selanjutnya DNA virus tersebut melakukan sintesis protein virus yang akan
dijadikan kapsid dengan menggunakan ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri. Di
dalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis DNA virus dan protein yang
akan dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
Fase perakitan
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara Bagian kepala,
ekor dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi kapsid virus
yang utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus
yang utuh. Jumlah virus yang terbentuk 100-200 buah.
Fase lisis
Ketika perakian virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim
lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri.
Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah), dan
virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan
fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.
Daur lisogenik
Fase adsorpsi
Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel bakteri.
Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki
reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan
enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri
atau sel inang.
Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam
nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada
di luar sel bakteri. Jika telah kosong, kapsid terlepas dan tidak berfungsi
lagi.
Fase penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk ke dalam tubuh bakteri.
Selanjutnya, DNA virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau melakukan
penggabungan. DNA bakteri berbentuk sirkuler, yakni seperti kalung yang tidak
berujung dan berpangkal. DNA tersebut berupa benang ganda yang berpilin.
Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus, menggabungkan diri
diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru
yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terkandung
materi genetik virus.
Fase pembelahan
Dalam keadaan tersambung itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai
profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri
melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Terbentuklah dua sel
bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalam setiap sel anak bakteri terkandung
profag yang identik. Demikian seterusnya hingga proses pembelahan bakteri
berlangsung berulang kali sehingga setiap sel bakteri yang terbentuk didalamnya
terkandung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah sel bakteri
yang ditumpanginya.
Fase sintesis
Oleh karena suatu hal, misal karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu,
profag tiba-tiba aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri,
kemudian menghancurkan DNA bakteri. Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis,
yakni mensintesis protein untuk digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru
dan juga melakukan replikasi DNA, sehingga DNA virus menjadi banyak.
Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi
sebagai selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid
baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk kedalam guna membentuk virus-virus
baru.
Fase lisis
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Ketika perakitan
virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim
penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah),
dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini
merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase
penghamburan virus. Virus-virus yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri
guna menyerang bakteri baru. Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur
litik atau lisogenik. Demikian seterusnya (Irianto, 2006).