TATA CARA PEMELIHARAAN ANAK SAPI BALI
Tata Cara Pemeliharaan Anak Sapi Bali (Pedet) harus
diperhatikan. Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan.
Selama 3-4 hari setelah lahir pedet harus mendapatkan kolostrum dari induknya,
karena pedet belum mempunyai anti bodi untuk resistensi terhadap penyakit.
Setelah dipisahkan dari induk sapi, barulah pedet dilatih mengkonsumsi suplemen
makanan sedikit demi sedikit sehingga pertumbuhanya optimal (Sanuri,
2010). Pada saat lahir pedet memiliki
ukuran tubuh yang kecil, tetapi dengan ukuran kepala yang relatif besar dengan kaki yang panjang. Hal
ini disebabkan oleh karena proses pertumbuhan bagian tubuh yang memang
berbeda-beda. Pada saat pedet lahir pencapaian berat badan baru mencapai
sekitar 8%. Secara berurutan yang tumbuh atau terbentuk setelah lahir
adalah saraf, kerangka, dan otot yang menyelubungi seluruh kerangka. Semua itu sudah terbentuk sejak dalam
kandungan. Kepala dan kaki merupakan
bagian tubuh yang tumbuh paling awal daripada bagan tubuh yang lain, sedangkan bagian
punggung pinggang dan paha baru tumbuh kemudian. Jika dibandingkan dengan ternak sapi dewasa,
pedet relatif kakinya lebih tinggi dan dadanya lebih sempit. Kaki belakang
lebih panjang daripada kaki depan
Badannya lebih pendek atau dangkal dan tipis (krempeng) serta ukuran
kepalanya lebih pendek. Semakin bertambah umurnya semakin memanjang ukuran
kepalanya (Dunia Sapi 2011).
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian
dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat
diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai
usia sapih/dara. Penanganan pedet pada
saat lahir : semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan
demikian pula yang ada pada tubuhnya menggunakan handuk yang bersih. Buat
pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Potong tali pusarnya
sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodium untuk mencegah infeksi lalu diikat.
Berikan jerami kering sebagai alas. Beri
kolostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir (Sanuri, 2010). Setelah lahir pedet harus segera mendapatkan
kolostrum dari induknya, karena tingkat kematian dapat mencapai 16-20%, 3-4
hari setalah lahir pedet perlu mendapatkan perhatian tata cara
pemeliharaan. Khusus pada periode
kolostrum pedet belum bisa mengasilkan antibodi (Imonoglubulin) di minggu
pertama setelah kelahiran dan harus mendapatkan dari kolostrum agar tahan
terhadap serangan penyakit. Kolostrum
juga berfungsi sebagai laxative (urus-urus) untuk mengeluarkan kotoran
sisa-sisa metabolisnme. Pemeliharaan
pedet secara alami dapat dilakukan dengan membiarkan pedet selalu bersama
induknya sampai dengan pedet disapih umur 6 – 8 bulan, baik saat digembalakan
maupun didalam kandang (Dunia Sapi 2011).
Balai Embrio Ternak (2011) melaporkan bahwa. untuk dapat
melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus
memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan
alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian
pakan yang benar.
Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut,
yaitu : rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), omasum (perut buku) dan
abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang
telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya
telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat
dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu melalui oesophageal
groove yaitu langsung dari krongkongan (oesophagus) ke abomasum sedikit demi
sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter
(konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan
bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput. Pada saat kecil,
alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik.
Pada saat pedet air susu yang diminum akan langsung
disalurkan ke abomasum, berkat adanya saluran yang disebut “Oesophageal
groove”. Saluran ini akan menutup bila pedet meminum air susu, sehingga susu
tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan
baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka,
sehingga pakan padat jatuh ke rumen. Proses membuka dan menutupnya saluran ini
mengikuti pergerakan refleks. Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini
semakin menghilang. Selama 4 minggu pertama sebenarnya pedet hanya mampu
mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair.
Zat-zat makanan atau makanan yang dapat dicerna pada
saat pedet adalah : protein air susu casein, lemak susu atau lemak hewan
lainnya, gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan mineral. Ia mampu
memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun
kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau kedelai.
Sejak umur 2 minggu pedet dapat mencerna
pati-patian, setelah itu secara cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna
karbohidrat lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen). Vitamin
yang dibutuhkan pada saat pedet adalah vitamin A, D dan E. Pada saat lahir
vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam
kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir.
Dalam kondisi normal, perkembangan alat pencernaan
dimulai sejak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah
pedet mengkonsumsi pakan kering dan menjilat-jilat tubuh induknya. Semakin
besar pedet maka pedet tersebut akan mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan
dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi
fungsi. Anak sapi / pedet dibuat sedikit
lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf starter). Pedet yang
baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian
pakan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet
menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak
mengalami cekaman.
Tahap mencapai alat pencernaan sapi dewasa umunya pada
umur 8 minggu, namu pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga
pedet belum dapat mencerna rumput atau pakan kasar lainnya secara maksimal.
Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya (yaitu berapa
lama dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan
kering). Setelah disapih, pedet akan mampu memanfaatkan protein hijauan dan
setelah penyapihan perkembangan alat pencernaan sangat cepat.
Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu: pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer,
dan pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter). Agar pemberian setiap pakan tepat waktu dan
tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet perlu
diketahui sebelumnya. Penggunaan makanan
produksi pabrik sebagai pengganti susu bisa dimulai sejak sapi berusia 10 hari,
kemudian diganti setelah mencapai umur 4 minggu (Murtidjo, 1990).
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing
sapi induk yang baru melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental
daripada air susu normal. Komposisi kolostrum dibandingkan susu sapi biasa,
kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya,
100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal.
Juga mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet
supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan). Kolostrum
mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Juga pada
kolostrum mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam
bentuk protein. Kolostrum kaya akan zat
antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi.
Kolostrum dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet
(karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama (Balai Embrio Ternak,
2011). Murtidjo (1990) menyatakan
kolostrum mengandung antibody yang membentuk kekebalan anak sapi terhadap
infeksi atau terhadap penyakit dan kolostrum juga mengandung lebih banyak
protein daripada susu normal.
Balai Embrio Ternak (2011) melaporkan nutrisi yang baik
saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi
bibit yang prima, sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai. Pedet yang
lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat disatukan dalam kandang bersama
dengan induk dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas. Praktik ini bertujuan agar pedet mendapat susu secara ad libitum,
sehingga nutrisinya terpenuhi. Selain
itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya
pedet tersebut setelah lepas sapih atau juga melatih pedet agar perlahan-lahan
bisa makan pakan pedet. Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik
sehingga dapat mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk.
Pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam
perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap kembali disatukan dengan induk atau
induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan
oleh petugas sesuai dengan umur dan berat badan.