KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA
Kepercayaan Diri pada Remaja merupakan sebuah proses
perkembangan. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,
ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada
tubuh reinaja itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku,
kesehatan, serta kepribadian remaja. Memang masa remaja mempunyai tempat
kedudukan yang tidak jelas, bahkan secara sosial, pengakuan atas masa remaja
dapat berdiri sendiri sebagai posisi yang marginal baru terjadi pada abad ke
18.
Ausubel (Majalah Kognisia, Nomer 2 September 2000),
salah seorang pakar psikologi, mendudukkan orang dewasa dengan status primer,
status yang didapatkan dari usaha mereka sendiri. Anak-anak mendapat status
diperoleh (derived) yang mereka dapatkan dari orang tua, sedangkan bagi remaja
statusnya didapat sebagian dari orang tua dan sebagian lagi harus mereka
dapatkan sendiri.
Proses pencarian diri tersebut berawal dari umur 12-2 1
tahun. Pada umur itulah remaja menemukan pengalaman atau informasi nilai-nilai
yang menarik yang ingin dimiliki. Penentuan seseorang telah remaja atau belum,
tergantung kepada penerimaan masyarakat terhadap remaja tersebut, masyarakat
yang paling sederhana yang hidup secara alami, tidak mengenal masa remaja, lain
halnya dengan masyarakat maju. Remaja membutuhkan rasa diterima oleh
orang-orang dalam lingkungannya, dirumah, sekolah, atau dalam masyarakat di
mana dia linggal, dengan penerimaan sosial menjamin rasa aman dan rasa percaya
diri bagi remaja. Karena remaja merasa ada dukungan dan perhatian dari
lingkungan sekitarnya.
Kelompok sebaya (peer group) mempunyai peranan penting
dalam penyesuaian diri dan pembentukan kepercayaan diri {self-confidence) pada remaja,
biasanya kelompok remaja sebaya mempunyai lambang, kebiasaan, dan falsafah
khusus. Remaja bukan kanak-kanak dan juga bukan orang dewasa, tidak mengerti
dirinya dan juga tidak mengerti ciri-ciri masa yang dilaluinya.
Afiatin dan Andayani (1997) mengemukakan bahwa adanya
rasa percaya diri yang memadai akan menyebabkan seseorang tidak mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru, punya filsafat
hidup sendiri, dan mampu mengembangkan motivasinya.
Redenbach (dalam Rosmawary, 2000) menyatakan lingkungan
sangat mempengaruhi seseorang, dengan siapa orang itu bergaul, apa yang dibaca,
didengar, dan diperhatikan yang secara terus-menerus akan menyerap data dari lingkungan,
dan sebagai makhluk yang beradaptasi serta berevolusi akan mulai untuk
merefleksikan apa yang diserap.
Monks,dkk. (1994) menyatakan bahwa masa remaja merupakan
suatu fase saat di mana individu memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
penampilan diri. Sebagai sosok pribadi yang akan menjalani kehidupan ini,
remaja harus menemukan dirinya sendiri dengan segala aspeknya, mempunyai
kemampuan untuk berkomitmen dan bertanggung jawab terhadap ideologi nilai yang
dianut, atau pekerjaan yang dilakukan, serta dapat melakukan hubungan
interpersonal yang baik, dan mampu menghargai apa yang dimiliki, baik kelebihan
maupun kekurangan yang ada pada dirinya, guna mewujudkan manusia yang
berkualitas untuk menghadapi tantangan masa depan.