KESAKSIAN SEJARAH G 30 S: SURAT ISTRI SOEKARNO KEPADA SOEHARTO
Surat yang di tulis oleh Ratna Sarti Dewi (Istri
Soekarno) kepada Soharto, merupakan salah satu kesaksian sejarah seputar Gerakan
G 30 S (Gerakan 30 September), yang oleh resim ORBA biasa di sebut dengan G 30
S/PKI. Apakah benar PKI yang melakukan aksi G 30 S? Apakah ada data dan bukti
akurat yang bisa membuktikan itu? Atau G 30 S hanyalah murni perpecahan di
dalam tubuh ABRI? Atau, benar Soeharto sudah mempolitisir keadaan, untuk
kepentingan tertentu (berkuasa), dengan mendiskreditkan sebuah golongan?
Silakan disimak, Surat Ratna Sari Dewi Kepada
Soeharto, tertanggal 16 April 1970, sebagai salah satu sumber kesaksian sejarah
seputar G 30 S.
Tuan Presiden Suharto
Bersama ini saya ingin mengingatkan
Tuan terhadap segala sesuatu yang nampaknya oleh Tuan akan dilupakan. Hal hal
yang akan dikemukakan ini saya anggap sebagai kewajiban bagi saya untuk
menjelaskannya secara benar karena saya justru mengikuti peristiwa-peristiwa di
Indonesia itu dari dekat.
Barangkali sementara orang akan
berpendapat akan lebih baik kalau saya diam seribu bahasa seperti Sphinks (arca
batu di Mesir) daiam hal ini. Akan tetapi karena saya tanggung jawab maka saya
harus melakukan hal ini biar membawa resiko betapapun besrnya terhadap diri
saya. Inipun karena makin lama di seluruh dunia maupun di Indonesia sendiri
banyak tersebar cerita-cerita palsu yang disebarkan tentang peristiwa-peristiwa
di Indonesia itu sehingga membeberkan keadaan yang sebenarnya itu merupakan
kewajiban saya.
Karena itulah saya kirimkan surat
terbuka ini kepada Tuan dalam kedudukan saya sebagai warga negara Indonesia.
Selain itu surat terbuka yang saya kirimkan kepada tuan ini termasuk segala
isinya adalah sepenuhnya tanggung jawab saya dan tidak ada sangkut pautnya
dengan Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang terdahulu.
Sebenarnya agaknya sudah terlambat
untuk mempersoalkan kembali tentang para Perwira yang telah dinyatakan sebagai
“kontra revolusi” atau pemberontak pemberontak terhadap Negara dimana mereka
telah sama dihukum mati.
Selama ini saya selalu berpendirian
tidak sependapat dengan adanya dalil bahwa ” yang berkuasa itu selalu benar”
(power can do no wrong). Sikap inipun sama sewaktu Presiden Soekarno berkuasa
Saya berpendapat bahwa seorang Kepala Negara itu mesti dikerumuni oleh orang
orang yang mendukungnya. Begitu juga halnya dengan Tuan bahwa di sekeliling
Tuan itu banyak orang-orang berkerumun yang pada umumnya tidak berani membuka
mulutnya berpura-pura taat dan tunduk bahkan ada yang menjilat yang pada
hakekatnya mereka bertujuan untuk mendapatkan kesempatan berkuasa lebih banyak
Karena itulah apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Tuan sulit akan terungkap.
Pertama-tama dalam surat terbuka
saya ini saya ingin mengemukakan apa yang disebut “proses” dimana banyak orang
telah dibunuh karena dituduh melakukan kejahatan terhadap Negara. “proses” ini
yang sebenamya terjadi di luar norma-norma Hukum dan Keadilan lebih tepat untuk
disebut “teror dan kekerasan”
Dan mereka orang-orang yang tidak
puas dan tidak mau bicara sewaktu kekuasaan Soekarno maka setelah situasi
berubah lalu bersikap tidak bertanggung jawab dan turut serta melakukan
pembunuhan dan teror. Dalam hal ini Tuan telah membiarkahnya. Andai kata nanti
pada suatu ketika kedudukan Tuan diganti oleh orang lain sudah tentu akan
terjadi hal yang sama dimana pembantu-pembantu Tuan yang penting sipil maupun
militer termasuk mungkin Tuan sendiri akan mendapat perlakuan yang sama di mana
mereka dituduh dan dituntut dengan hukuman mati dengan berbagai dalih misal
“karena melakukan korupsi”
Dalam hubungan ini saya ingin
bertanya kepada Tuan : “Mengapa Tuan membiarkan dan memberi kesempatan semua
itu berlalu yang dapat menjadi contoh (preseden) jelek bagi suatu Negara yang
masih muda dan rakyatnya sedang berkembang yaitu Indonesia?”
Bukan maksud saya untuk mencela
kebijaksanaan politik yang Tuan lakukan. Akan tetapi perhatian tertumpah kepada
mereka yang dibunuh dan diteror dengan memakai dalih “pembersihan terhadap
golongan merah” sejak peristiwa G 30 S itu terjadi. Padahal kebanyakan dari
mereka itu hanyalah pengikut-pengikut Soekarno yang tidak tahu menahu tentang
peristiwa G 30 S.
Bahkan saya memperoleh berita bahwa
tidak kurang dari 800.000 Rakyat Indonesia yang telah terbunuh diantaranya
trdapat kaum wanita dan anak-anak karena hanya sebagai simpatisan PKI.
Harian”London Times” membuat berita
pada Januari 1966 sebagai berikut “Bahkan sejak pecahnya peristiwa G 30 S itu
dalam 3 bulan telah ratusan ribu kaum komunis yang dibunuh jumlah mana menurut
para diplomat barat angka tersebut masih terlalu rendah.
Sementara itu menurut sementara
pengusaha-pengusaha dan turis-turis dari Eropa yang pulang dari Indonesia
mengatakan bahwa pembunuhan dan teror itu begitu hebatnya sehingga mereka
melihat sementara di sungai-sungai penuh dengan hanyutnya mayat- mayat tanpa
kepala dan sementara anak-anak di desa-desa katanya bermain sepak bola dengan
kepala-kepala manusia yang terbunuh. Pokoknya dalam tempo 3 bulan sesudah
peristiwa G 30 S itu situasi di Indonesia dicekam dengan ketakutan dan
ketegangan dimana banyak darah mengalir yang belum pernah terjadi dalam sejarah
bangsa Indonesia.
Seorang wartawan dari “Washington
Post” memberitakan dari Jakarta bahwa di Jawa Timur saja telah terbunuh 250.000
orang, demikian menurut sumber dari golongan Islam. Lebih lanjut “Washington
Post” memberitakan bahwa puncak pembunuhan dan teror itu pada bulan November
1965. Kepala-kepala manusia telah dijadikan hiasan (decorasi) pada suatu
jembatan. Di tempat lain orang melihat bahwa mayat-mayat tanpa kepala dihanyutkan
di sungai-sungai di atas rakit dalam deretan yang panjang. Sungai bengawan Solo
yang indah permai ketika itu penuh dengan mayat-mayat sehingga di sementara
tempat kadang-kadang airnya tidak terlihat tertutup oleh mayat-mayat itu.
Sungai-sungai itu airnya menjadi merah karena darah Rakyat.Pokoknya ketika itu
Indonesia seperti neraka demikian tulis Washington Post.
Sementara itu harian Inggris
“Economist” memperkirakan bahwa korban yang jatuh karena pembunuhan dan teror
itu mencapai 1.000.000 orang.
Saya ingin bertanya kepada Tuan:
mengapa pertumpahan darah itu sampai terjadi atas mereka yang belum tentu
berdosa? Dan mengapa masyarakat dunia diam seribu bahasa? Padahal dipihak lain
kalau seorang manusia terbunuh di sepanjang tembok Berlin saja, maka seluruh
dunia Barat ramai dan geger. Tapi mengapa dunia Barat itu diam dimana 800.000
Bangsa Asia (Indonesia) telah dibunuh dan diteror dengan darah dingin, bahkanan
dalam situasi Dunia sedang damai??
Saya tahu pasti bahwa diantara yang
terbunuh itu ada orang komunis. Tapi apa artinya kemerdekaan dan hak azasi
manusia kalau Tuan membenarkan pembunuhan besar-besaran itu sekedar karena
mereka melakukan gerakan di bawah tan ah yang tidak diketahui oleh Pemerintah
Tuan ?
Sebenamya Tuan akan lebih bijaksana
kalau Tuan mengambil langkah-langkah pencegahan terjadinya pembunuhan
besar-besaran itu sebelunm PK.I dinyatakan dilarang oleh undang-undang.
Akan tetapi Tuan ternyata tidak
berbuat demikian dan hal ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap hal-hal
azasi manusia dan Tuan tidak mendapatkan respek. Lepas dari ideologi apa yang
sudah terjadi itu merupakan “kejahatan nasional”
Tuan Suharto
Meskipun Tuan akan menolak dengan
berbagai dalih untuk bertindak dan mencegah terhadap “kejahtan nasional” yang
telah berlangsung itu – dimana telah ratusan ribu orang tak berdaya telah
dibantai- bagaimanapun saya juga bersikap tidak membenarkan bahkan mengutuk
peristiwa itu. Bukankah telah menjadi kenyataan bahwa pemerintah Orde Baru yang
Tuan pimpin memakai slogan demi “penumpasan terhadap PKI”? Ataukah Tuan amat
kuatir kalau kekuasaan Soekarno bangkit kembali beserta pendukung- pendukungnya
karena Tuan tahu pasti bahwa lebih dari 50 % Rakyat Indonesia itu masih setia
pada Soekano? Hal ini pasti Tuan tidak lupa bukan ? Ataukah barangkali Tuan
berpendapat bahwa peristiwa G 30 S itu sudah lampau dan harus dilupakan? Bagi
saya hal itu bukan soal. Akan tetapi yang menjadi masalah: masih terlalu banyak
hal-hal dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dan bahkan sengaja disembunyikan
walaupun begitu saya masih merasa beruntung dan bangga bahwa saya dalam
peristiwa 1965 itu tahu dari dekat dan mendapat pelajaran yang bermanfaat.
Bahwa fakta-fakta yang benar dalam sejarah itu kadang-kadang memang diputar
balikkan oleh karena mereka yang berkuasa dengan maksud untuk kepentingan atau
keuntungan tujuan politknya. Begitu juga dengan berita-berita dalam pers
(koran-koran) telah dibuat demikian rupa oleh penguasa sebagai suatu Propaganda
untuk kepentingan politik pemerintah.
Sebagai misal yang paling mudah
kita ambil contoh peristiwa G 30 S. Peristiwa ini sebenamya trjadi pada tanggal
l Oktober 1965 dinihari yang didukung oleh dewan revolusi dengan dipimpin oleh
salah seorang perwira penanggung jawab pengawal istana Presiden Soekarno yaitu
Letnan Kolonel Untung. Pengumuman dewan revolusi itu berbunyi sebagai berikut:
“Sekelompok (grup) Jenderal
merencanakan untuk mengambil oper kekuasaan (coup) dari Pemerintah Presiden
Soekarno dan beliau akan dibunuh. Mereka membentuk dewan Jenderal dengan tujuan
untuk membentuk kekuasaan Militer. Rencana coup tersebut akan dilakukan pada
HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965 yang akan datang. Untuk mencegah itu maka dewan
revolusi mendahului mengambil langkah dengan menangkap 6 Jenderal diantaranya
Jenderal A Yani,
Dalam hal ini Tuan temyata telah
meyakinkan orang banyak (menfitnah) dengan melancarkan berita bahwa G 30 S itu
dilakukan oleh PKI. Hal ini jelas tidak benar. Bukankah yang melakukan gerakan
ini adalah orang-orang militer? Dan saya meragukan kalau mereka yang melakukan
gerakan itu orang komunis.
Saya ingin bertanya kepada Tuan
lalu siapakali yang berbuat menyebarkan isyu sehingga timbul situasi dimana
masa dibakar dan digerakkan. dengan menuduh G 30 S itu didalangi oleh PKI ?
Menteri Pertahanan sendiri yaitu
Jenderal Nasution sebagai salah seorang anggauta Dewan Jenderal yang menunrt
rencana seharusnya juga ditangkap oleh gerakan G 30 S telah berkata pada
upacara penguburan 6 Jenderal yang terbunuh itu pada HUT ABRI tanggai 5 Oktber
1965 sebagai berikut:
“Sampai hari ini pun HUT ABRI kita
masih tetap penuh khitmat dan kebanggaan meskipun ditandai oleh peristiwa yang
merupakan noda bagi kita ABRI. Yaitu bahwa telah terjadi suatu fitnah dan
pengkhianatan serta kekejaman atas perwira-perwira tinggi kita. Walaupun bagitu
saudara saudara kita yang menjadi korban itu adalah tetap merupakan
pahlawan-pahlawan di hati kita Bangsa Indonesia. Yang pada akhirnya nanti
kebenaran pasti akan menang meskipun kita telah diftnah oleh
pengkhianat-pengkhinat int. Hal mana pada waktunya nanti kita akan
memperhitungkannya.”
Dalam pidato Jenderal Nasution itu
sama sekali tidak nampak ada kesan bahwa terbunuhnya 6 Jenderal itu telah
didukung apalagi dilakukan oleh PKI. Bahkan sebaliknya dari kalimat-kalimat yg
diucapkan oleh Jenderal Nasution itu jelas, bahwa peristiwa G 30S itu adalah
akibat pertentangan yg ada di kalangan ABRI sendiri.
Tuan Suharto – dapatkah saya
bertanya kepada Tuan, siapakan yang dimaksud dengan kata-kata Nasution “fitnah
dan pengkhianat pengkhianat” itu dan apakah yang dimaksud dengan kalimat “kita
akan memperhitungkan mereka”.
Sebenarnya yang penting
diperhitungkan dalam peristiwa itu adaiah: siapa dan apa tujuan dari 50 orang
“yang bersegam seperti pengawal Presiden Soekarno” itu. Dan ketika mereka
menyerbu rumah dan kediaman Jenderal Nasution dengan senjata lengkap diketahui
jelas oleh beliau bahwa mereka itu (penyerbu) adalah mereka yang dikenal
sebagai orang-orang yang anti komunis. Justru karena mereka tidak kenal
Jenderal itulah maka mereka menyangka Letnan Tendean sebagai Komandan Jaga
dikira Jenderal Nasution dan terus menembaknya.
Dari fakta ini jelas menurut
penilaian saya bahwa andaikata para penyerbu itu benar-benar pengawal Presidcn
Soekarno pasti mereka akan tahu dan kenal betul pada Jenderal Nasution. Jadi
tidak masuk akal pula kalau para penyerbu itu adalah orang-orang komunis yang
mendapat tugas khusus tidak akan kenal pada Jenderal Nasution sehingga terjadi
kegagalan itu.
Apakah Tuan tahu – bahwa banyak
orang di Indonesia ini telah membicarakan bahwa timbul tanda tanya yang besar
yang penuh prasangka kepada Tuan.
Yalah: mengapa Tuan sebagai komandan
tertinggi pada Kostrad justru malah tidak diserbu untuk dibnnuh dengan dalih
katanya”karena mereka (penyerbu) tidak tahu alamat Tuan”? Dan yang menarik
perhatian lagi – justru Tuanlah yang pada tanggal l Oktober 1965 pada dinihari
sudah memainkan peranan dan ambil oper pimpinan ABRI dengan memberikan
perintah-perintah sehingga dengan mudah sekali Tuan telah bisa menguasai dan
menumpas Dewan Revolusi dalam waktu yang singkat.
Setelah Presiden Soekarno
kehilangan Jenderal A. Yani maka beliau terus mengangkat Tuan sebagai Menteri
Hankam, sekaligus sebagai Pangab ABRI. Ini terjadi pada tanggai 14 Oktober 1965
dimana Presiden Soekarno pada pengangkatan Tuan itu telah berpesan sebagai
berikut:
“Adalah mendesak sekali agar
keamanan dan ketertibann harus segera dipulihkan agar terciptanya keadaan,
dimana emosi dari golongan kiri maupun golongan kanan dapat ditenangkan dan
dikendalikan, sehingga peristiwa G 30 S itu dapat diselesaikan sambil kita
mempelajari segala sesuatunya yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Kejadian itu tidak akan menenangkan saya sebelum segala sesuatunya jelas siapa
yg bertanggung jawab entah dari pihak manapun, entah merah, hijau ataupun
kuning”
Dengan demikian menjadi jelas bahwa
Tuan memikul tugas yang diberikan olch Presiden Soekarno untuk menghimpun
segala data sekitar peristiwa G 30 S itu dan seharusnya Tuan segera memulai
dengan penyelidikan dan pengusutan yang harus dilaporkan pada Presiden
Soekarno. Akan tetapi Tuan ternyata tidak mentaati perintah-perintah itu bahkan
Tuan telah memberikan tafsiran sendiri dan berkata:: “Sekarang saya sudah
memperoleh kepercayaan dari Presiden Soekarno. Dan saya akan terus menumpas
sisa-sisa kekuatan dari peristiwa tersebut ” Pernyataan Tuan jelas mempunyai
arti tersendiri.
Sebenarnya Presiden Soekarno
mengharapkan dan mempercayakan pada Tuan agar Tuan tetap setia dan loyal untuk
melaksanakan perintah-perintahnya. Dengan tujuan selanjutnya akan diambil
tindakan-tindakan hukum oleh Presiden Soekarno terhadap siapa yang bersalah
tanpa pandang bulu – apakah PKI atau pihak Militer. Akan tetapi Tuan ternyata
tidak memberikan laporan apa- apa pada Presiden Soekarno. Bahkan Tuan telah
menggerakkan ABRI tanpa persetujuan Presiden bersama-sama dengan beberapa
Jenderal antara lain Sarwo Edhie. Dan sejak inilah dimulai pengejaran dan
pembunuhan terhadap mereka yang belum tentu bersalah yaitu kaum komunis. Yang
kemudian telah terkenal luas di seluruh negeri bahwa TNI di bawah pimpinan Tuan
telah melakukan penganiayaan, pembakaran, perarnpokan dan pembunuhan terhadap
orang PKI. TNI telah melakukan teror yang berselubung di bawah pimpinan Tuan
Rakyat yang hidup tenang dihasut/dibangkitkan untuk membenci dan mengamuk
dengan dalih karena adanya kejadian terbunuhnya para Jenderal tersebut. Rakyat
telah dihasut untuk anti PKI yang dikaitkan dengan negeri Cina yang dituduh
memberikan dukungan terhadap G 30 S tersebut. Dan rakyat telah dibikin rupa
sehingga tidak percaya bahwa “Dewan Revolusi” itu ada.
Selanjutnya Presiden Soekarno
dipaksakan untuk menyatakan PKI dilarang dan di luar hukum karena dianggap
partai itu terlibat pada G 30 S. Selama setahun lamanya mahasiswa-mahasiswa dan
kelompok-kelompok yang tidak puas diorganisasi untuk melakukan
demonstrasi-demonstrasi terhadap Soekarno dengan tuntutan-tuntutan termaksud.
Akan tetapi Presiden Soekarno menolak untuk membubarkan PKI sebab tidak ada
data-data dan bukti-bukti yang menyakinkan yang sudah dilaporkan pada Presiden.
Yang menarik perhatain ialah, bahwa
“pemimpin-pemimpin” demonstrasi tersebut yang katanya adalah
“mahasiswa-mahasiswa” kenyataannya umumya kebanyakan lebih dari 30 tahun dan
bahkan pengikut-pengikutnya demonstrasi iru memakai pakaian seragam para troops
(tentara payung) yang masih baru-baru. Sehingga perlu dipertanyakan apakah
benar mereka itu mahasiswa-mahasiswa betul ? Dan dari mana dana (keuangan) yang
didapat untuk mengorganisasi demonstrasi-demnstrasi itu? Dan mengapa ternyata
sekarang, bahwa mereka yang menjadi pemimpin-pemirnpin” demonstrasi itu kini
menempati kedudukan-kedudukan penting dalam Pemerintahan Tuan ?
Semua kekacauan dan tidak tenang
yang nampaknya dibikin (artificial) telah berlangsung se-lama satu tahun.
Sementara itu telah dilancarkan Propaganda secara luas bahwa segala kesulitan
dan keburukan diberbagai bidang itu ditimpakan pada PKI? Dan hal ini sampai
hari inipun masih berlangsung walaupun peristiwa G 30 S itu telah 4 tahun
berlalu.
Akan tetapi tentang hal ini
sebenarnya dapat dimengerti sebab dalam politik yang berkuasa itu harus membuat
Rakyat yang tidak tahu apa-apa itu sedemikian rupa sehingga rakyat merasa tidak
tenteram dan aman dengan menimpakan kesalahan dan ancaman itu pada PKI. yang
kemudian diarahkan bahwa penguasa (pemerintah) itu adalah satu-satunya
pelindung rakyat yang sebenarnya.
Kalau demikian halnya maka jelas
bahwa Tuan telah mengabaikan perintah dan peringatan Presiden Soekarno pada
sidang kabinet tanggal 2 Januari 1966 di Bogor yang meminta kepada Tuan agar
situasi yang tidak menentu itu harus segera diakhiri dan dipulihkan sehingga
rasa kesatuan dan persatuan bangsa lIndonesia dapat tercipta kembali. Bukan
saling membunuh diantara sebangsa dan setanah air. Apabila pembunuhan
besar-besaran itu berlangsung terus menerus maka perjuangan kita selama ini
akan sia-sia, karena dalam hai ini Tuan ternyata telah menempuh jalan sendiri.
Saya tidak akan mengatakan bahwa G
30 S itu baik. Tapi saya tidak akan menyalahkan siapa-pun dan belum memberikan
penilaian terhadap peristiwa itu.
Andaikata sebagai orang komunis
atau simpatisan. maka yang pertama-tama menjadi pertanyaan dan yang tidak masuk
akal apa perlunya dan apa keuntungannya PKI itu melibatkan diri dalam G 30 S
itu. Padahal PKI itu merupakan partai yang besar? Selain itu kalau memang benar
PKI itu adalah pengacau? Mengapa TNI tidak mengetahui atau mencegah bahkan yang
membakar Markas CG PKI itu dibiarkan untuk selanjutnya diselidiki kalau-kalau
bisa diperoleh data yang penting? Dan kalau benar PK1 itu terlibat apakah tidak
lebih baik kalau para pemimpinnya yang bertanggung jawab diadili di depan umum
untuk diketahui oleh seluruh Rakyat Indonesia? Dan mengapa Tentara yang
menangkap DN Aidit itu justru telah membunuhnya dengan diam-diam baru kemudian
melapor pada Presiden Soekarno. Dan apa pula sebabnya ketua I dan wakil ketua
II PKI. yaitu Sdr. Nyoto dan Lukman juga diperlakukan yang sama dengan cara
dibunuh dengan diam-diam dan tanpa proses hukum?
Kata orang bahwa NU itu mempunyai
anggota sebanyak 6 juta. Tapi mengapa orang-orang di kalangan partai tersebut
terlaiu takut kepada PKI. yang jumlah angggotanya lebih kecil hanya 3 juta
orang ? Memang terlalu banyak soal-soal dan pertanyaan- pertanyaan yang tidak
bisa terjawab bahkan sengaja ditutup disembunyikan.
Komunisme yang begitu Tuan takutkan
itu sebenarnya akan tidak berdaya. apabila kesengsaraan dapat ditiadakan.
Hakekat ideologi PKI di bawah pimpinan DN Aidit sebenarnya berdasarkan
Pancasila (Soekarnoisme). Dan PKI telah memainkan peranan yang penting dalam
kebangkitan dan kebangunan Bangsa Indonesia serta berjuang untuk sosialisme
Indonesia.
Juga Nasution pimpinan MPRS. telah
menyalahkan PKI karena telah melakukan aksi-aksi di bidang ekonomi. Dia juga
menyalahkan PKI bahwa sebab terjadinya inflasi dewasa ini karena adanya hutang
pada luar negeri sebanyak $ 2.5 milyard dan diantaranya berupa pembelian
sen-jata-senjata seharga $ l milyard pada Uni Sovyet. Yang aneh dalam hal ini
justru hutang-hutang pada Uni Sovyet ini bukankah Jenderal Nasution sendiri
yang menandatangani kontrak-kontraknya ? Bahkan dia sendiri sudah 2 kali berkunjung
ke Moskow. Apakah dengan begitu ucapan Jenderal Nasution itu dapat
dipertanggung jawabkan ?
Tuan Suharto
Saya ingin mengajukan banyak
data-data yang Tuan sendiri berharap akan menjadikan data-dala itu sebagai
bukti terlibatnya PKI. Tapi mengapa Tuan tidak membuka penyelidikan untuk
menghimpun sesungguhnya ? Sudah tentu bukan data-data yang bersifat sepihak.
Saya kira seluruh Negri dan rakyat Indonesia berhak untuk tahu dan mengerti
yang sebenarnya. Sekali biar seluruh rakyat tahu juga bagaimana pendapat Tuan
tentang peristiwa tersebut. Hal ini penting sekali karena telah diisukan bahwa
bukan hanya PKI yang terlibat tapi juga Presiden Soekarno yang ikut dituduh
merestui ” dewan revolusi.”
Selain itu juga dikatakan bahwa
beberapa ribu orang PKI sebelum peristiwa G 30 S itu telah dipersiapkan dengan
mengadakan latihan militer di daerah lapangan udara Halim. Dimana Presiden
Soekarno pada tengah malam ketika peristiwa itu terjadi juga diamankan disitu.
Dengan adanya berita-berita itu orang pada bertanya bagaimana hal ini bisa
terjadi adnya suatu latihan militer yang diikuti oleh ribuan orang dapat
dilakukan secara sembunyi-sembunyi ? Dan apa perlunya Presiden Soekarno itu
mencari perlindungan di tempat yang tidak menguntungkan baginya?
Kenyataan berita-berita lain yang
saya peroleh dari lapangan udara Halim adalah bahwa : peristiwa G 30 S itu
adaiah cetusan dari suatu konflik dalam angkatan Darat. Oleh karena itu mereka
menggunakan dalih”pribadi Soekarno itu dibawa kesana karena saya sebagai istri
merasa khawatir akan keselamatan suami saya. Sampai di Halim saya malah jadi
bingung karena ketika saya tanyakan pada sementara orang tenyata tak seorang
pun yang tahu apa yang telah terjadi. Bahkan ketika itu kita tidak tahu bahwa
Jenderal A.Yani telah terbunuh. Pokoknya ketika itu kita tidak tahu siapa kawan
dan siapa lawan. Hampir semuanya dalam kebingungan dan tidak tahu apa yang akan
diperbuat. Tidak seorang pun tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan
terjadi berikutnya.
Dalam mengenang peristiwa G 30 S
itu kembali saya kira persoalannya akan lain andaikata Jenderal A.Yani masih
hidup. Presiden Soekarno sendiri sangat sedih bagaimana sampai terjadi dia jadi
korban dan bagaimana tempat tinggalnya sampai diketahui.
Selain hal diatas dengan ini saya
ingin mengajukan pertanyaan yang penting kepada Tuan yang kiranya Tuan perlu
perhatikan.Yalah tentang adanya ” dewan jenderal” yang Tuan telah tentang keras
tidak mengetahuinya. Orang hanya tahu bahwa Jenderal A. Yani dan
jenderal-jenderal lain yang terbunuh itu yang hanya mengetahui tentang
persoalan “dewan jenderal1′ tersebut.
Akan tetapi 2 minggu sebelum
peristiwa tersebut Presiden Soekarno bertanya kepada Jenderal A. Yani: bagaimna
sebenamya duduk persoalan dewan jenderal tersebut. Yang dijawab oleh Jenderal
A. Yani dengan tegas: Bapak Presiden serahkan kepada saya saja segala hal yang
bersangkutan dengan anak buah saya tersebut” (maksudnya D.D.)
Dari dialog tersebut bagi saya
timbul pertanyaan yang besar: bagaimana bisa terjadi Jenderal A. Yani itu ikut
terbunuh? (jelas karena justru ada kontradiksi dalam ABRI sendiri=penyalin).
Jadi andai kata Tuan benar-benar
obyektif maka pasti Tuan akan yakin bahwa Soekarno itu benar-benar tidak
terlibat dan tidak tahu apa-apa tentang G 30 S tersebut.
Tuan Suharto
Dengan mengetahui tentang hal-hal
di atas maka lalu timbul pertanyaan saya: apakah kiranya jawaban Tuan ada
seluruh rakyat Indonesia yang menduga bahwa dengan adanya tindakan cepat dari
Tuan untuk membentuk kekuasaan “orde baru” dalam situasi yang kacau balau itu
bukankah justru sebenarnya Tuanlah yang mempunyai semua rencana dan
melaksanakan rencana “dewan jenderal”
Bukti-bukti kemudian menunjukkan
bahwa dalam situasi yang kacau di Indonesia itu, Tuan telah membangun tentara
yang berorientasi ke kanan, bergandengan tangan dengan sementara
mahasiswa-mahasiswa (yang tidak puas) yang kemudian didorong dan bekerja sama
dengan pimpinan-pimpinan partai islam serta politisi yang kanan untuk
menghancurkan PKI. Yang selanjutnya terjadilah pembunuhan dan pertumpahan darah
yang terencana. Bagaimana hal ini sampai terjadi bahwa sikap ABRI malah lebih
dekat dengan Pentagon (markas Besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat)
dimana hampir semua kegiatan militer didunia dikendalikan dari sana? Apakah
dalam situasi demikian itu orang bisa mengharapkan lain kecuali PKI itu menjadi
hancur beranakan karenanya dan hubungan dengan RRC dengan sendirinya putus.
Presiden Soekarno telah berulang
kali mengatakan bahwa tidak benar untuk hanya menyalahkan PKI. Beliau berkata:
“Kita jangan melemparkan semua kesalahan itu kepada PKI saja. Tapi persoalannya
terletak pada hal-hal lain.”
Saya sangat menghargai akan sikap
Bung Karno yang begitu tegas itu meskipun beliau harus mengorbankan nasibnya
sendiri. Beliau telah menolak untuk tunduk pada tekanan pihak ABRI untuk
menyatakan PKI itu dilarang dan di luar hukum. Ideenya meskipun telah mengalami
tekanan yang berat dari pihak ABRI. Andaikata Bung Karno itu tidak bersikap
teguh sedemikian rupa, barangkali situasi dan posisi beliau tidak akan seburuk
seperti sekarang, apalagi kalau beliau melakukan langkah-langkah kompromis.
Tapi beliau tidak demikian dan tetap berpegang teguh pada kebenaran dan
keadilan.
Adam Malik, Menteri Luar Negri
Republik Indonesia pada tahun 1966 telah berbicara di depan mahasiswa-mahasiswa
di Tokyo dengan penuh kebohongan dan kebodohan. la menerangkan bahwa
Soekarnolah yang bertanggung jawab atas terjadinya pembunuhan massal terhadap
kaum komunis di Indonesia itu. Andaikata Soekarno tepat pada waktunya
menentukan sikapnya terhadap PKI maka pembunuhan massal itu dapat dihindari.
Dengan pidatonya Adam Malik itu
maka orang-orang yang tidak tahu tentang apa sebenarnya yang telah terjadi di
Indonesia itu akan menanggapinya dengan benar. Sementara itu Bung Karno masih
terus secara terbuka berbicara dan menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya
tentang PKI itu. Hal ini pun telah ditafsirkan oleh sementara mereka itu, bahwa
Presiden Soekarno telah merestui tindakan-tindakan lebih lanjut dari PKI yang
ternyata kemudian berakibat terjadinya pembunuhan yang lebih kejam.
Seperti kata pepatah Latin”Cui
Bono” yang artinya: yang penting bukan siapa yang benar akan tetapi siapa yang
memperoleh keuntungan. Bukankah kemudian ternyata terbukti, bahwa Amerika
Serikatlah yang memperoleh keuntungan dengan peristiwa G 30 S itu. Kini
terbukti bahwa Jakarta telah dibanjiri oleh Investor-Investor asing (penanam
modal) yaitu Amerika Serikat. Tentang inipun tidak menjadi soal andaikan dengan
kegiatan-kegiatan ekonomi itu Indonesia dan rakyatnya yang pertama-tama
memperoleh keuntungan. Bung Karno sejak semula sebenarnya selalu menolak untuk
dibuatkan patung untuk dirinya. Baru setelah 22 tahun kemudian beliau mengabdi
kepada Revolusi Indonesia dengan enggan beliau baru menerima untuk dituliskan autobiografinya
(riwayat hidupnya).
Akan tetapi bagi Tuan Suharto
sendiri segera setelah tidak lama memegang kekuasaan telah dibuatkan buku
riwayat hidup Tuan dengan memakai judul “The Smiling General” (Jenderal yang
suka senyum). Selain itu Tuan telah mengabadikan potret Tuan pada uang kertas
Republik Indonesia yang sudah tentu agar Tuan cepat dikenal. Semua itu tentunya
dengan advis (pertimbangan) para pembantu yang mengelilingi Tuan.
Tetapi sebaliknya – Tuan sama
sekali telah meniadakan foto-foto Bung Karno pada kedutaan-kedutaan di Luar
Negeri yang mempunyai kebiasaan memancangkan foto tokoh-tokoh dari bangsa di
Dunia. Dalam hal ini tidak satu gambar Presiden Soekarno Nampak.
Tuan Suharto
Tuan yang pernah mengkritik tentang
kediktatoran Presiden Soekarno dan bahkan Tuan telah berjanji akan memulihkan
demokrasi di Indonesia, ternyata sekarang Tuan telah berbuat melebih apa yang
diperbuat oleh bung Kanio. Langkah pertama yang seharusnya Tuan lakukan untuk
men demokratisir keadaan/ situasi antara lain tentang pemilihan Presiden.
Temyata tentang halin inipun oleh Tuan selalu ditunda-tunda. Selain itu Tuan
telah melarang untuk mencantumkan nama Bung Karno dalam buku-buku sejarah
Indonesia yang harus diterbitkan. Sementara itu Tuan telah menahan Bung Karno dengan
dalih untuk melindungi keselamatannya yang hakekatnya Tuan telah mengisolir
beliau dari dunia luar. Tindakan Tuan yang tidak benar dan tidak adil inilah
yang menyebabkan Bung Karno itu menjadi sakit. Beliau tidak mendapat perawatan
sebagaimana mestinya. Dokter-dokter yang disediakan hanya proforma saja. Malah
dokter gigi yang sangat diperlukan oleh beliau Tuan tidak berikannya. Bahkan
pernah ada orang yang mengingatkannya agar Bung Karno itu jangan selalu diberi
obat-obat injeksi sebab ada kemungkinan obat-obat in justru membahayakan
kesehatannya.
Disamping itu saya juga berharap
mudah-mudahan makanan yang dibuat dan dikirm oleh Putra/Putri Bung Soekarno itu
benar-benar akan sampai ke tangan beliau selama beliau dalam isolas dalam
tahanan benar-benar dalam keadaan sangat berat dalam hidupnya. Bahkan hak-hak
ke manusiannya yang paling azasipun beliau tidak memperolehnya. Satu-satunya
kesempatan yang diberikan kepada beliau selama beliau untuk meninggalkan
isolasinya ialah ketika menghadir-perkawinan salah satu putrinya. Untuk itu
mobil Bung Karno dikawal dengan ketat dengan kendaraan panser dan tidak boleh
didekati oleh siapapun. Ketika beliau berdiri dan mendekati putrinya yang
sedang menjadi temanten guna memberikan ciuman selamat dari seorang ayah pada anaknya
inipun teiah dicegah oleh Polisi Militer yang mengawalnya dan beliau didorong
secara kasar sehingga terjatuh duduk di atas sofa. Selain itu wajah beliau
ditutupi dan dihalang-halangi agar tidak dapat diambil fotonya.
Andaikata saya yang mendapat perlakuan
demikian mungkin pasti jiwa saya akan terpukul keras. Akan tetapi karena Bung
Soekarno itu mempunyai jiwa yang besar dan mentalnya kuat perlakuan demikian
itu dianggapnya sebagai pengorbanan yang harus dideritanya. Saya benar-benar
sangat khawatir bahwa mungkin perlakuan alat-alat kekuasaan Tuan kepada Bung
Karno itu kalau sedang sendirian lebih kasar karena di depan umurn pun
alat-alat kekuasaan Tuan itu sampai berani berbuat demikian terhadap beliau.
Tuan dapat saja menghancurkan jasmani Bung Karno tetapi Tuan tak akan pernah
berhasil menghancurkan semangat dan jiwanya dalam membela keadilan dan
kebenaran Jiwa dan semangat Bung Karno itu tak akan pernah mati!
Bung Karno telah berjasa
membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda yang 350 tahun lamanya. Setelalh
13 tahun di penjara dan dibuang pemerintah Belanda dan memimpin perjuangan
bersenjata untuk kemerdekaan Indonesia selama tahun 1945 sampai tahun 1949. Bung
Karno itu pasti tahu apa yang harus diperbuat untuk mengisi kemerdekaan
negerinya.
Tanpa kepemimpinan Bung Soekarno
Tuan pasti tidak akan punya kedudukan sebagai Presiden seperti sekarang ini.
Bung Soekarno itu telah meletakkan Undang-undang dasar yang demokratis untuk
Indonesia dan telah mendirikan “Lingua Franca”.
Dibidang seni dan budaya beliau
adalah promotor. Beliaulah orangnya yang telah meletakkan dasar untuk
pembangunan Bangsa Indonesia. Apakah dengan jasa-jasanya itu tidakkah pantas
beliau mendapatkan imbalan?!.
Andaikan Bung Soekarno tahu bahwa
akan terjadi suatu pengkhianatan yang berakibat pembunuhan antar sesama Bangsa
seperti peristiwa G 30 S itu pasti beliau tidak akan menyetujuinya.
Dan sayapun tidak akan tinggal diam
apabila sampai suami saya terlibat dalam tindakan kekerasan itu. Didepan mata
saya Bung Karno itu sangat terpuji dengan sifat-sifatnya yang luhur! Saya
sangat yakin bahwa kalau ada seseorang yang berbuat dengan cara sadar dan
sistematis membunuh sesama manusia maka perbuatan itu adalah yang paling keji
dan tak beradab. Saya kenal pepatah Jepang yang berbunyi “mencekek seseorang
dengan kain sutra: Sehubungan dengan inilah Tuan Suharto. Tuan telah
memperkenankan Bung Karno itu diperlakukan sedemikian rupa tersiksa baik lahir maupun
batinnya.
Selama ini saya belum pernah
mengeluarkan suara atau pernyataan apa-apa karena saya sadar bahwa Tuan sedang
menghadapi persoalan-persoalan yang cukup gawat. Tapi kali ini saya harus
berbicara secara terbuka kepada Tuan karena: pertama-pertama untuk menjaga
keselarnatan dan nama baik Presiden Soekarno.
Ketika Presiden Soekarno
menyerahkan wewenangnya kepada Tuan sebagai pejabat Presiden pada tanggal 7
Märet 1967 telah diberikan 3 syarat oleh beliau kepada Tuan. Salah satu
diantaranya yalah: bahwa Tuan harus menjaga keselamatan keluarga Presiden
Soekarno. Ternyata Tuan tidak memperhatikan permintaan beliau itu.
Sewaktu Tuan diwawancarai oleh
wartawan Jepang tentang banyaknya korupsi di Indonesia dewasa ini. Tuan telah
memberikan keterangan sebagai berikut: “Tentang masalah korupsi itu saya kira
selamanya akan ada. Dan soal korupsi ini sebenarnya adalah sisa-sisa dari
pemerintah Soekarno dulu. Sementara ini akan tetap demikian karena memang
sedemikian sejak semula”
Kalau ucapan Tuan itu benar maka
ucapan Tuan itu seakan-akan ucapan seorang yang üdak bertanggung jawab. Sikap
Tuan itu adalah licik dan tidak jantan karena Tuan ternyata berlindung
dibelakang nama Soekarno tentang apa yang sekarang terjadi. Ketika Tuan
berbicara demikian didepan wartawan itu maka habislah segala rasa hormat saya
pada Tuan sampai yang terakhirpun!
Memang selama masih disebut manusia
biasanya siapa yang menang akan selalu menganggap dirinya benar dan sebaliknya
mereka yang kalah pasti segala sesuatunya akan ditimpakan kepadanya
Apabila Tuan memang bersedia dan
benar-benar mau menyelidiki serta memberantas korupsi sebagai seorang warga
negara Indonesia saya sepenuhnya bersedia untuk menjadi saksi dan hadir pada
setiap sidang-sidang pengadilan yang dilakukan secara terbuka. Sudah tentu
pelaksanaanya harus sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku dan tidak
ditutup-tutup serta tidak boleh (…?? Sambungan kalimat tidak jelas, oleh
penyebar, Enje).
Bung Karno adalah Pahlawan Revolusi
Indonesia. Dengan kerendahan hati ingin saya katakan bahwa beliau memang belum
tentu bisa menjadi pemimpin diwaktu damai. Akan tetapi saya kira andaikata Bung
Karno itu sewaktu menjadi mahasiswa sempat belajar di luar negeri beliau pasti
akan lebih banyak mengenal masalah-masalah ekonomi yang akan melengkapi
kepemimpinanya. Saya katakan demikian karena mungkin “Nasionalisasi” perusahaan
– perusahaan asing di Indonesia yang telah dilakukanya itu sebagai suatu
kekhilafan.
Selain itu Bung Karno itu
sebenarnya tak pernah mengalami dan berada dalam kehidupan keluarga yang
stabil. (Sebagai seorang pejuang pasti tidak mungkin ! penyalin). Andaikata
beliau lebih lama mengenal kehidupan rumah-tangga yang harmonis seperti halnya
kebanyakan orang mungkin beliau ini akan menjadi Presiden yang lebih baik dalam
suatu pemerintahan yang terpimpin dan sosiaiis dinegeri ini. Sayangnya tidak
memungkinkan sehingga beliau itu lebih cenderung pada sifat-sifat seorang
kaisar. Dan beliau jadi korban dari kekuasaan yang dikuasainya sendirian
secara-penuh.
Saya dapat mengatakan demikian
kepada Tuan karena saya memang menganggap dan menghomati Soekarno itu sebagai
orang besar. Akan tetapi kiranya Tuan tahu, bahwa saya tidak selalu menyetujui
setiap pendapatnya.
Sebagai misal terhadap Pancasila
yang beliau gali dan ciptakan itu, menunrt pendapat saya adalah sepenuhnya
terlalu idealistis. Meskipun idealisme itu perlu akan tetapi dalam abad ke 21
ini tidak sepenuhnya idealisme itu dapat dilaksanakan dalam praktek.
Indonesia sebenarnya belum matang
untuk dibawa pada sistem demokrasi ala barat. Oleh karena itulah maka Bung
Karno memberikan konsep pemikiran: “Demokrasi Terpirnpin”. Lebih-lebih karena
Rakyat Indonesia kebanyakan masih banyak yang buta humf dan taraf pendidikan
maupun kemampuan ekonominya tidak sama. Dalam hal ini saya sependapat dengan
Bung Karno.
Akan tetapi dipihak lain beliau itu
telah meletakan dasar politik yang terlalu tinggi dan terlalu ideal. Karena itu
dapatlah dimengerti kalau beliau mendapat kritik yang begitu keras terutama
dengan cita-citanya untuk mengadakan perbaikan atas nasib seluruh rakyat
Indonesia secara rnasal dan serentak. Beliau sebetulnya harus lebih realistis
dengan ide-idenya itu. Pada saat-saat beliau mempunyai posisi yang cukup kuat
sebagai penguasa tertinggi mestinya bliau akan mendapatkan dukungan dari
pembantu-pembantunya atas ide-idenya tersebut. Akan tetapi kebanyakan dari
Rakyat Indonesia itu hanya mengharapkan perubahan-perubahn dalam kebutuhan
hidup sehari-harinya. Rakyat hanya menginginkan pemenuhan material yang nyata
dan mereka sudah mulai jenuh dengan idealisme yang sering dipidatokan. Bung
Karno itu mengemukakan bahwa dunia ini dikuasai oleh 2 blok kekuasaan adi
kuasa. Dan ide beliau ingin membentuk kekuatan ke 3 sebagai imbangan. Dalam
perjuangan mewujudkan cita-cita ini Indonesia dapat mempengaruhi dan
menggerakkan dunia ke 3 seperti negara- negar di Asia, Afrika dan Amerika
Latin. Ini berarti bahwa Indonesia sekaligus harus bisa berdikari disegala
bidang. Demikian yang dicita-citakan oleh Bung Karno.
Kalau kemerdekan penuh dapat
diberikan kepada semua negeri dan bangsa-bangsa yang terjajah. Akan sikap
politik Indonesia yang mengisolasi diri itu menyebabkan Indonesia menarik diri
dari keanggotaan P.B.B, dari Bank Dunia tidak ikut dalam Olympiade di Tokyo.
Hal ini terjadi dalam rangka ketegangan dan perjuangan pembebasan Irian Barat
dan konfrontasi dengan Malaysia.
Bung Karno berpendapat bahwa P.B.B
telah bersikap tidak adil terhadap anggota-anggotanya. Indonesia yang belum
pernah mendapat pinjaman dari Bank Dunia (Yang dikuasai oleh Amerika Serikat)
telah menolak bantuan itu, kalau memakai syarat-syarat politik. Sebelum
olympiade Tokyo dimulai Indonesia telah dituduh mempolitisir olah-raga seluruh
bangsa-bangsa Asia-Afrika di Jakarta (Ganefo). Karena Indonesia lalu ditolak
untuk ikut dalam Olympiade Tokyo itu. Dalam hal ini Bung Karno menolak tuduhan
tersebut kerena ternyata pertandingan-pertandingan Olympiade selama inipun juga
tidak mengikut sertakan semua negeri khususnya negara-negara komunis.
Tuan Suharto
Apabila Tuan juga mencoba
memikirkan tentang hari depan Indonesia pada hari-hari yang gawat itu tuan pun
akan pasti mempunyai pendapat-pendapat lain mengenai ide-ide Bung Karno itu,
yang mempunyai akibat tantangan angin taufan. Saya sendiripun ikut prihatin
dengan hati yang berdebar-debar memperhatikan bahwa diplomasi Indonesia itu
makin hari makin bergeser kekiri.
Memang tak ada orang yang sempurna!
Begitu juga dengan diri Bung Karno menurut saya apa yang dikerjakan oleh beliau
itu sama sekali tidak terselip untuk keuntungan diri sendiri tetapi sepenuhnya
segala sesuatunya itu diabdikan pada Indonesia dan rakyatnya satu-satunya yang
dicintainya dan hendak diabdinya. Dalam perjalanan hidupnya Bung Karno itu selalu
berusaha untuk mencegah dan menghindari ada pertentangan dalam negeri yang bisa
berakibat adanya korban-korban.
Dibanding dengan sikap Tuan dan
pembantu-pembantu Tuan ternyata jauh berbeda dimana Tuan atau pembantu-pembantu
Tuan telah memerintah Indonesia dengan perampokan dan pertum-pahan darah. Tuan
dan pembantu-pembantu Tuan kelak akan dituntut dengan tuduhan telah
melaksanakan pembunuhan yang disengaja terhadap ratusan ribu orang PKI yang
tidak bersalah, dengan dalih “penumpasan PKI sampai ke akar-akarnya”
Siapa dapat percaya bahwa Tuan
percaya kepada Tuhan ? Dalam hal ini Indonesia seharusnya tidak memerlukan
Presiden dimana tangannya penuh berlumuran darah.
Tuan Suharto
Bung Karno itu saya tahu
benar-benar sangat mencintai Indonesia dengan Rakyatnya. Sebagai bukti bahwa
meskipun ada lawannya yang berkali-kali hendak menteror beliau beliau pun masih
mau memberikan pengampunan kalau yang bersangkutan itu mau mengakui
kesalahannya. Dibanding dengan Bung Karno maka dibalik senyuman Tuan itu, Tuan mempunyai
hati yang kejam. Tuan telah membiarkan ratusan ribu orang orang PKI dibantai.
Kalau saya boleh bertanya : apakah Tuan tidak mampu dan tidak berkuasa untuk
mencegah dan melindungi mereka agar tidak terjadi pertumpahan darah?
Mungkin Tuan kelupaan bahwa ketika
peristiwa tahun 1965 itu berlangsung Bung Karno tidak juga Tuan suruh bunuh
pula. Tuan pasti mudah amat untuk mempersalahkan dan menuduh PKI itu bersalah
sehingga terjadinya tragedi tersebut. Kalau Tuan mau berbuat demikian maka
pasti rakyat banyak yang menjadi pengagum dan menganut Bung Karno itu akan
tetap hidup tenang. Tidak seperti sekarang dimana mereka tidak dapat berbuat
apa-apa sementara mereka tidak tahu bagai-mana nasib pemimpinnya.
Semestinya Tuan tidak perlu
memperlakukan Bung Karno itu sedemikian rupa, yang rnungkin karena perasaan
kerdil Tuan. Sebenarnya Tuan akan lebih terhormat apabila Bung Karno itu
sebagai Pemimpin Besar Revolusi dapat meninggal secara wajar bukan karena
tersiksa dalam tahanan. Adalah suatu kerugian besar sekali bagi Indonesia bahwa
Bung Karno itu telah mendapat perilakuan yang tidak wajar seperti itu setelah
beliau mengabdi selama hidupnya untuk Negara Indonesia dan bangsanya.
Pada akhir surat terbuka ini saya
akan tutup surat ini dengan mengenang kembali akan kecintaan dan kemesraan saya
terhadap Bung Karno dengan seruan!!!