MEMUPUK RASA PERCAYA DIRI
Memupuk Rasa Percaya Diri adaah hal yang mesti
dilakukan. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu
harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat
bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya
diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi
pertimbangan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.
Evaluasi Diri Secara Obyektif
Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah
daftar "kekayaan" pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih,
sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang
belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung
kemajuan diri. Sadari semua aset-aset berharga anda dan temukan aset yang belum
dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri
anda, seperti: pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah,
kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada
bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan
pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Obstacles and Threats) diri, kemudian
digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih
realistik.
Beri Penghargaan yang Jujur
Terhadap Diri
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan
potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses
belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini.
Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti
mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu anda menemukan jalan
yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong
munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan, contoh: ingin cepat
kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika
ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang
kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri
hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.
Positive Thinking
Cobalah
memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam
benak anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody is perfect dan it's
okay if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena
tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin
besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan
pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan anda. Hati-hatilah agar masa
depan anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran
keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di review
kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa
pikiran itu ternyata tidak benar.
Gunakan Self Affirmation
Untuk memerangi negative thinking,
gunakan self affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya
diri. Contohnya:
- Saya pasti bisa !!!
- Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya !
- Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan.
- Sayalah yang memegang kendali hidup ini.
- Saya bangga pada diri sendiri.
Berani Mengambil Risiko
Berdasarkan
pemahaman diri yang obyektif, anda bisa memprediksi risiko setiap tantangan
yang dihadapi. Dengan demikian, anda tidak perlu menghindari setiap risiko,
melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah ataupun
mengatasi risikonya. Contohnya, anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk
menghindari risiko ditolak. Jika anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri
seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada risiko dan tantangannya. Namun, lebih
buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil
risiko. Ingat: No Risk, No Gain.
Belajar Mensyukuri dan Menikmati
Rahmat Tuhan
Ada
pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah
orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam
hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari
kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak
dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas
semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian,
uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia
adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah
melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati
dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan.
Dengan "beban" seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati
hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya ? Tidak heran jika
dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu
membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat "cemburu" hatinya.
Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang anda alami dan percayalah
bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup anda.
Menetapkan Tujuan yang Realistik
Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang anda tetapkan
selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak.
Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam
mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri
dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan,
sambil mencegah terjadinya risiko yang tidak diinginkan.