PERKEMBANGAN CITRA RAGA

Perkembangan Citra Raga adalah sebuah proses perkembangan. Citra raga merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan dipengaruhi oleh konsep tentang apa yang dimaksud dengan kecantikan dan keburukan (Hardy dan Heyes, 1988). Burns (1979) mengatakan bahwa konsep diri bukan bawaan namun berkembang dari pengalaman diri. Piaget (dalam Hardy dan Heyes, 1988) mengatakan bahwa pada mulanya bayi yang baru saja dilahirkan tidak dapat membedakan antara dirinya sendiri dengan objek-objek fisik lain. Namun pada bulan pertama, sementara ia mengembangkan pikiran mengenai objek-objek yang ada, dia juga mulai melihat bahwa (Jirinya berbeda dari keadaan lingkungannya.
Anak mengembangkan beberapa karakteristik pada usia awal perkembangan yang akan menetap dengan baik meskipun dapat berubah pada tahun-tahun berikutnya. Salah satu dari karakteristik tersebut adalah citra raga. Citra raga menunjuk pada kesan yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya. Kesan tersebut berkembang seiring dengan sensitivitas persepsi, pengalaman, dsb. Citra raga yang dimiliki oleh seseorang tersebut sangat berkaitan dengan keterlibatan pada aktivitas tertentu dan kemungkinan sukses (Singer, 1980).
Perkembangan citra raga yang ideal merupakan hasil interpretasi diri terhadap perilaku dan penampakan diri, dan juga umpan balik dari lingkungan. Perkembangan citra raga diawali dari diferensiasi pada anak, yaitu pada saat anak mulai membedakan diri dengan lingkungan dan antara tubuh dengan sekelilingnya. Proses tersebut diharapkan akan memunculkan kesadaran terhadap potensi dan keterbatasan tubuh. Perkembangan yang gagal pada masa ini akan mengarahkan pada gangguan kepribadian dan gangguan belajar (Singer, 1980).
William (dalam Singer, 1980) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen pokok dalam perkembangan citra raga individu, yaitu komponen sensorimotorik, konsep konseptual, dan komponen perasaan. Kesadaran tubuh pada awalnva berangkat dari umpan balik yang diterima anak dari aktivitas yang dilakukannya. Indera memberikan input atau masukan yang membantu anak untuk belajar secara lebih banyak tentang tubuhnya. Perkembangan yang ada membuat anak mulai belajar untuk memverbalisasi dan mengkonseptualisasi tentang diri, pengalaman diri, dan lingkungan dirinya. Pada saat yang sama sikap tubuh mulai berkembang.
Bermacam-macam pengalaman yang dipelajari anak-anak untuk diterima dan menerima kenyataan akan meningkatkan citra raga secara lebih akurat. Pengalaman yang menyenangkan seperti kepekaan dan kualitas pengasuhan akan membawa pada citra raga yang positif. Citra raga menggambarkan perasaan yang dimiliki individu tentang keadaan fisik dirinya. Hal itu bahwa gambaran yang lebih positif mencerminkan bahwa individu yang lebih puas terhadap dirinya akan cenderung berhasil dalam perbuatan atau aktivitas yang dilakukan (Singer, 1980).
Schilder (dalam Eysenk dkk., 1972) mengatakan bahwa perkembangan citra raga tergantung pada hubungan sosial, dan menurut Meddinus (1976) perkembangan citra raga merupakan proses yang panjang dan seringkali tidak menyenangkan. 

Artikel Terkait :