PROSES ATTACHMENT IBU-ANAK
Proses Attachment Ibu-Anak merupakan sebuah proses dalam
psikologi perkembangan. Interaksi yang intens antara ibu dan anak biasanya
dimulai saat proses pemberian ASI (Air Susu Ibu). Melalui proses pemberian ASI diharapkan
akan berkembang attachment karena dalam proses ini terjadi kontak fisik yang
disertai upaya untuk membangun hubungan psikologis antara ibu dan anak.
Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan ibu, maka anak
akan mengembangkan konstruksi mental atau internal working model mengenai diri
(self) dan orang lain (others) yang akan menjadi prototip dalam hubungan
sosial. Bowlby (dalam Desmita, 2011) menyatakan bahwa tidak ada orang di usia
berapapun secara sempurna bebas dari ketergantungan dengan orang lain secara
nyata dan bahwa sistem attachment akan tetap aktif dalam seluruh rentang
kehidupan.
Mc Cartney & Dearing (dalam Desmita, 2011)
menyatakan bahwa pengalaman awal akan menggiring dan menentukan perilaku dan perasaan
melalui internal working model. Adapun penjelasan mengenai konsep ini adalah,
internal, karena disimpan dalam pikiran, working karena membimbing persepsi dan
perilaku, dan model karena mencerminkan representasi kognitif dari pengalaman
dalam membina hubungan. Anak akan menyimpan pengetahuannya mengenai suatu hubungan,
khususnya pengetahuan mengenai keamanan dan bahaya.
Model ini selanjutnya akan menggiring mereka dalam
interaksi di masa yang akan datang. Interaksi interpersonal dihasilkan dan
diinterpretasikan berdasarkan gambaran mental yang dimiliki seorang anak.
Konsep working model selanjutnya dikembangkan oleh Collins dan Read
(dalam Ervika, 2005) yang terdiri dari empat komponen yang saling berhubungan,
yaitu:
- Memori tentang kelekatan yang dihubungkan dengan pengalaman
- Kepercayaan, sikap, dan harapan mengenai diri dan orang lain yang dihubungkan dengan attachment
- Attachment dihubungkan dengan tujuan dan kebutuhan (goal and needs)
- Strategi dan rencana yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan attachment.
Model ini diasumsikan bekerja di luar pengalaman sadar
(Mc Cartney & Dearing dalam Desmita, 2011). Pengetahuan anak didapatkannya
dari interaksi dengan ibu. Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan
dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan yang positif yang
didasarkan pada rasa percaya (trust). Selanjutnya secara simultan anak akan
mengembangkan model yang paralel dalam dirinya. Anak dengan orang tua yang
mencintai akan memandang dirinya berharga. Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan
anak dari orang tua pada orang lain. Sebaliknya anak yang memiliki ibu yang
tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan (mistrust) dan tumbuh sebagai
anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan sosial.
Menurut Bowlby (dalam Desmita, 2011) internal working
model dan figur lekat saling melengkapi serta saling menggambarkan dua sisi hubungan
tersebut. Anak yang diasuh dengan kehangatan, sensitifitas, dan responsifitas
akan mengembangkan internal working model yang positif pada orang tua dan diri
sendiri. Internal working model merupakan hasil interpretasi pengalaman secara
terus-menerus dan interaksinya dengan figur lekat.
Ada dua faktor yang dapat meningkatkan kestabilan internal working model,
yaitu:
- Familiar, yaitu pola interaksi yang berulang, cenderung akan menjadi kebiasaan yang terjadi secara otomatis
- Dyadic Pattern, merupakan pola yang timbal balik dan cenderung akan mengubah pola individual karena harapan yang timbal balik memerintahkan masing-masing pasangan untuk mengartikan perilaku pihak lainnya.
Bowlby juga menjelaskan pentingnya perbedaan individu
dalam keberfungsian sistem attachment bergantung pada availability, responsiveness,
dan supportiveness dari figur lekat pada waktu yang dibutuhkan. Interaksi
dengan figur lekat yang available dan responsiveness dapat memudahkan sistem
attachment berfungsi optimal dan mengembangkan perasaan bahwa dunia pada
dasarnya merupakan tempat yang aman, figur lekat pada umumnya membantu dan
berguna saat dibutuhkan, dan memungkinkan menjelajahi lingkungan dan menjalin
hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, jika figur lekat tidak dipercaya
available dan suportif, rasa aman menjadi tidak diperoleh. Individu mengalami
keraguan dengan self efficacy dan tujuan orang lain.
Working model diri dan orang lain dilihat oleh Bowlby
sebagai faktor penyebab utama kelancaran antara pengalaman attachment awal dengan
kognitif, perasaan, dan perilaku dalam hubungan selanjutnya. Memberi sebuah
pola yang hampir konsisten dari interaksi dengan figur attachment selama masa
kanak-kanak dan remaja, sebagian besar representatif atau bentuk dasar working
models dari interaksi ini mengeras dan menjadi bagian pengetahuan individu yang
harus diikuti kemudian. Seperti skema mental lainnya, sebagian besar working
model yang diperoleh secara kronis menjadi inti dari karakteristik kepribadian,
cenderung diaplikasikan dalam situasi dan hubungan baru, dan mempengaruhi
fungsi sistem attachment pada umumnya dan rangkaian interaksi sosial serta
close relationship berikutnya.
Berdasarkan uraian tersebut, proses attachment ibu-anak
dimulai semenjak ibu memberikan ASI kepada anak dan menurut Bowlby (dalam Desmita,
2011) attachment akan tetap aktif dalam seluruh rentang kehidupan. Anak dengan
orang tua yang mencintai akan memandang dirinya berharga. Model ini selanjutnya
akan digeneralisasikan anak dari orang tua pada orang lain. Sebaliknya anak
yang memiliki ibu yang tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan
(mistrust) dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin
hubungan sosial.