SEBAB DAN AKIBAT INFERIORITAS
Sebab dan akibat inferioritas bermacam-macam. Keminderan
itu dapat menghambat keinginan kita untuk berprestasi ke tingkat yang kita
inginkan. Seringkali keminderan itulah yang menghambat upaya kita untuk menjadi
sosok yang kita inginkan. Semua orang menginginkan kesuksesan, tetapi sayangnya
hanya sedikit orang yang sanggup mengalahkan ketakutannya untuk menjadi sukses.
Bentuk ketakutan kita itu antara lain: takut adanya
risiko-risiko yang belum tentu terjadi, takut dengan "jangan-jangan",
tidak pede dalam mengambil keputusan atau melangkah, rakus pada orang lain,
berjiwa kerdil, mudah kalut menghadapi realitas karena tidak yakin dengan hukum
pembalasan, dan lain-lain.
Secara umum, efek keminderan itu terkait dengan tiga hal berikut ini:
- Menghambat kemampuan kita dalam mengembangkan pontensi atau dalam merealisasikan keinginan (visi).
- Menghambat kemampuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Menghambat kemampuan kita dalam menghadapi realitas (hidup).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar keminderan kita, berarti semakin buruk
kemampuan kita di dalam tiga hal itu. Sebaliknya, semakin rendah kadar
keminderan kita, berarti kemampuan kita di dalam merealisasikan potensi, kemampuan
kita dalam bergaul, dan kemampuan kita dalam menghadapi realitas pun semakin
bagus. Kalau melihat kerangka kerja kecerdasan emosional (The Bar on Model of
EQ), munculnya keminderan itu merupakan bukti adanya hubungan Intrapersonal yang
perlu diperbaiki di beberapa bagian.
Tanda-tanda orang yang punya Intrapersonal bagus itu antara lain adalah:
- Self-Regard: punya persepsi, punya pemahaman, dan punya penerimaan-diri yang akurat.
- Emotion Self Awareness: punya kesadaran terhadap berbagai emosi yang muncul di dalam dirinya.
- Assertiveness: punya kemampuan mengekspresikan perasaan secara konstruktif dan efektif.
- Independence: punya kematangan dan keberlimpahan emosi, bahagia dengan dirinya sendiri, mandiri.
- Self Actualization: punya tujuan yang terus direalisasikan dengan mengembangkan potensinya.
Apa sajakah yang menjadi peyebab kita menjadi orang yang inferior
terhadap diri kita? Untuk inferioritas yang sifatnya general, primer atau
mental, sebab-sebab yang umum itu antara lain:
- Pola asuh dan pola perlakuan keluarga yang kita terima sewaktu masih kecil. Keluarga yang banyak menanamkan opini negatif, penilaian negatif, atau pikiran negatif bisa menjadi salah satu sumber inferioritas.
- Koreksi, evaluasi, peringatan atau pola mendidik yang cenderung menghakimi saat kita kecil juga bisa menjadi sumber keminderan.
- Kecacatan fisik.
- Pembatasan mental, baik yang kita lakukan sendiri atau yang dilakukan keluarga dan lingkungan. Ini misalnya kita selalu dibandingkan dengan orang lain yang bukan bandingannya atau diberi target yang melebihi ukuran proporsional sampai kita sering merasa putus asa.
- Hukum kehidupan sosial yang berlaku di masyarakat tempat kita hidup. Misalnya saja terkait dengan perbedaan jender, kaya-miskin, darah biru-darah tidak biru, dan lain-lain.
Bagaimana dengan keminderan sekunder atau yang sifatnya
kondisional spesial. Sebagian besar, itu berangkat dari opini kita sendiri atau
penilaian kita terhadap diri kita. Semua orang punya kebebasan untuk
menciptakan opini apapun atau penilaian apapun terhadap dirinya. Yang membedakan
adalah: ada penilaian yang sifatnya mencerahkan atau mendorong kemajuan dan ada
penilaian yang sifatnya menggelapkan atau menghambat kemajuan kita.