SEJARAH ORIGAMI
Sejarah Origami sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Origami
merupakan seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Kata origami berasal
dari bahasa Jepang, yakni gabungan dari kata ori yang berarti melipat dan kami
yang berarti kertas. Ketika kedua kata itu digabungkan, ada perubahan sedikit
namun tidak mengubah artinya yakni dari kata kami menjadi gami sehingga yang
terjadi bukan orikami melainkan origami, maksudnya melipat kertas. Saat ini kata
origami telah dikenal dan digunakan di seluruh penjuru dunia untuk menyebut seni
melipat kertas. Menurut M. Amanuma dalam Danandjaja (1997), origami adalah seni
melipat kertas menjadi berbagai bentuk.
Sejarah origami dipercaya bermula sejak manusia mulai
memproduksi kertas. Kertas pertama kali diproduksi di Tiongkok (Cina) pada abad
pertama tepatnya 105 M dan diperkenalkan oleh Ts’ai Lun. Kemudian pada abad
keenam, cara pembuatan kertas itu dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab dan
ke Jepang (610 M) oleh seorang biksu Budha bernama Doncho (Dokyo) yang berasal
dari Goguryeo (semenanjung Korea). Dia memperkenalkan kertas dan tinta di
Jepang pada masa pemerintahan Kaisar wanita Suiko. Sejak saat itu, origami
menjadi populer di kalangan orang Jepang sejak turun-temurun. Origami menjadi
satu kebudayaan orang Jepang dalam keagamaan Shinto.
Sejak zaman Heian (741-1191), di kalangan kaum biksu
Shinto origami dipercaya telah ada sebagai penutup botol sake (arak) pada saat
upacara penyembahan, wanita dan kanak-kanak. Pada saat itu, origami masih
dikenal dengan istilah orikata/origata,
orisui, ataupun orimino. Ketika itu, memotong kertas dengan menggunakan
pisau diperbolehkan.
Pada zaman Kamakura (1185-1333), bentuk yang dikenal
adalah noshi. Noshi adalah singkatan dari kata
noshi-awabi, yaitu daging tiram tipis yang dijemur dan dianggap
sebagai hidangan istimewa orang-orang
Jepang. Noshi dianggap sebagai pembawa keberuntungan bagi siapa saja yang
menerimanya. Sejak zaman Muromachi (1338-1573) penggunaan pisau untuk memotong kertas
telah dihentikan. Origami kemudian berkembang menjadi suatu cara memisahkan
masyarakat golongan kelas atas dan kelas bawah. Samurai mengikuti ajaran Ise,
sementara masyarakat biasa mengikuti ajaran Ogasawara.
Dalam perkembangannya origami telah menjadi begitu
identik dengan budaya Jepang yang diwariskan secara turun-temurun dari masa ke
masa. Origami terutama berkembang dengan menggunakan kertas
asli Jepang yang disebut washi. Saat ini
origami telah menjadi sesuatu yang tidak
terpisahkan dari budaya orang Jepang. Terutama dalam upacara adat keagamaan
Shinto yang tetap dipertahankan hingga sekarang.
Dalam tradisi Shinto, kertas segi empat dipotong dan
dilipat menjadi lambang simbolik Dewata dan digantung di Kotai Jingu (Kuil
Agung Imperial) di Ise sebagai sembahan. Pada upacara perkawinan Shinto, kertas
membentuk burung bangau jantan (o-cho) dan burung bangau betina (me-cho),
membalut botol sake (arak) sebagai lambang pengantin pria dan wanita. Selain
itu origami juga digunakan untuk upacara
keagamaan yang lain.
Pada mulanya, origami hanya diajarkan secara lisan.
Panduan tertulis membuat origami terdapat dalam buku berjudul Senbazuru Orikata
(Bagaimana Melipat Seribu Burung Bangau) pada tahun 1797 yang ditulis oleh
pendeta Rokoan (Akasito Rito). Ketika itu origami masih dikenal dengan sebutan
orikata. Buku ini dianggap buku origami tertua di dunia dan memuat 49 metode
melipat burung bangau kertas sehingga saling berhubungan, serta Kyo-Ka (puisi
pendek yang lucu). Pada tahun yang sama, Akisato Rito mengeluarkan buku yang
berjudul Chushingura Orikata yang memuat lipatan bentuk manusia.
Pada tahun 1819, buku yang berjudul Sekejap Mata
Menghasilkan Burung Kertas memperlihatkan bagaimana burung dihasilkan dari
kertas. Kemudian pada tahun 1845, kumpulan lengkap bentuk lipatan tradisi
Jepang ditulis dan diterbitkan dalam buku Kan no Mado. Buku tersebut berisi
lebih kurang seratus lima puluh contoh origami termasuk model katak. Pada tahun
1850, suatu naskah tulisan lain berjudul Kayaragusa diterbitkan. Naskah ini
berisi dua bagian origami, yaitu hiburan dan keagamaan.
Pada zaman Edo (1600-1868) produksi kertas yang
berlimpah menjadikan kertas mudah diperoleh. Hal ini menjadikan origami
berkembang lebih pesat. Pada akhir zaman Edo hampir tujuh puluh bentuk
dihasilkan termasuk burung bangau (tsuru), katak, kapal, dan balon yang masih
tetap dikenal hingga saat ini.
Pada zaman Meiji (1868-1912), origami digunakan sebagai
alat mengajar di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Hal tersebut berkat
pengaruh dari ahli pendidikan Friedrich Wilhelm August Fröbel (1782-1852).
Beliau adalah seorang pendidik Jerman pada abad ke-19. Beliau menggunakan
origami tradisional Eropa untuk menghasilkan bentuk geometrik. Kemudian, konsep
ini dipakai secara meluas di Taman Kanak-kanak di Jepang.
Pada tahun 1880, seni melipat kertas itu mulai dikenal
dengan origami. Kata origami berasal
dari bahasa Jepang, oru (melipat) dan
kami (kertas). Kata origami kemudian mulai menggantikan istilah
orikata/origata, orisui ataupun orimono.
Pada zaman Showa (1926-1989) origami
kurang diminati dan hanya noshi yang masih populer digunakan untuk
pertukaran hadiah antarsamurai. Waktu itu kertas merah dan putih digunakan
untuk membalut kepingan tipis daging, tiram atau ikan.
Seiring berkembangnya zaman, muncul lah origami
modern yang mulai diperkenalkan oleh Akira Yoshizawa di Jepang. Origami
modern ini mengenal bentuk lipatan baru yang berbeda dengan bentuk lipatan
klasik/tradisional dengan mengambil berbagai model realistik dari binatang,
benda atau bentuk-bentuk dekoratif. Dia memperkenalkan bentuk awal hewan
berkaki empat dengan mengabungkan dua keping kertas yang berlipat.
Selain itu, Akira Yoshizawa juga member sumbangan besar
bagi perkembangan origami dengan memperkenalkan teknik lipatan basah.
Lipatan basah merupakan teknik baru dalam melipat kertas dengan cara membasahi
kertas tebal lebih dulu agar lentur sehingga mudah dibentuk. Dengan demikian
diperoleh model 3 dimensi dengan sudut lipatan lembut.
Kemudian Akira Yoshizawa bersama Sam Randlett
memperkenalkan diagram Yoshizawa-Randlett. Diagram Yoshizawa-Randlett merupakan
diagram tentang cara penulisan instruksi cara pembuatan model origami
dengan menggunakan simbol-simbol seperti panah dan garis. Diagram
Yoshizawa-Randlett memudahkan kalangan penggemar origami
di seluruh dunia dalam memahami instruksi cara pembuatan origami sehingga sekarang telah diterima dan
digunakan di seluruh dunia sebagai diagram baku dalam penulisan instruksi cara
pembuatan model origami.
Pada saat ini, telah dikenal berbagai model origami
mengagumkan yang diciptakan oleh para pakar origami di seluruh dunia. Padahal, pada
zaman dulu bentuk badan dan kaki hanya bisa dibayangkan saja. Namun, sekarang
bentuk anatomi yang tepat telah berhasil dihasilkan.