ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM LASKAR PELANGI
ABSTRACT: Film Laskar Pelangi
terinspirasi dari kisah nyata perjuangan anak-anak Belitung yang ingin sekolah,
tekad yang kuat untuk belajar serta pengabdian guru ditengah keterbatasan.
Potret pendidikan Indonesia saat ini, berbeda dengan apa yang ada dalam film
Laskar Pelangi. Banyak pelajar yang tawuran dan bolos sekolah. Maka itu, sangat
penting untuk mengetahui tanda-tanda (makna) dari film Laskar Pelangi agar
masyarakat bisa mengetahui film-film yang mendidik dan lewat film ini, bisa
memberikan inspirasi bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya semangat
dan tekad yang kuat untuk belajar serta untuk para pendidik, dapat memiliki
karakter yang mau mengabdi.
Semiotika adalah berupaya untuk menemukan tanda-tanda yang memiliki arti
serta mengetahui sistem tanda seperti bahasa, gerak, musik, gambar dan lain
sebagainya. Film adalah gambar-hidup juga sering disebut movie. Film secara
kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata
kinematik atau gerak.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif. Dimana peneliti
akan menjelaskan analisis semiotika dengan menggunakan teori dari Ferdinand De
Saussure serta menganalisis data berdasarkan Kamus, Ideologi, Frame Work Budaya
dan Interpretan Kelompok. Setelah menganalisis dan melakukan wawancara dengan
informan (Interpretan Kelompok) maka dapat diketahui bahwa film Laskar Pelangi
memiliki makna pesan yang positif untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.
Dalam film ini, terdapat makna tentang semangat dan tekad yang kuat untuk
belajar ditengah keterbatasan serta mencerikatakan tentang pengabdian guru
meski hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan memiliki semangat, tekad yang kuat
serta dididik oleh guru yang benar-benar ingin mengabdi maka siswa-siswa SD
Muhamadiah bisa mencapai impian mereka.
Lewat makna pesan dalam film Laskar Pelangi kita bisa mengetahui bahwa
sebagai generasi penerus bangsa kita harus terus belajar, jangan pernah menyerah
dan kalah dengan kesulitan dan sebagai pendidik milikilah karakter yang mau
mengabdi untuk bangsa Indonesia. Jangan pengabdian diukur karena materi saja.
Serta bagi masyarakat Indonesia harus bisa memilih film mana yang pantas
ditonton dan yang tidak. Untuk produser, sutradara dan rumah produksi film
buatlah film yang mencerdaskan kehidupan anak bangsa, agar bangsa kita memiliki
generasi penerus yang luar biasa.
Penulis: Lidya Ivana Rawung
Kode Jurnal: jpkomunikasidd130029