KEKERASAN GENG MOTOR DI BANDUNG DALAM PERSPEKTIF TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Abstraksi: Fenomena  kekerasan  yang  kerapkali  dilakukan  oleh : para  gangster  motor  di  Bandung  telah  memprihatinkan berbagai  pihak.  Mereka  bukan  hanya  gemar  melakukan tawuran antar sesama anggota geng motor, tetapi mereka juga  sudah  melakukan  perbuatan  yang  mengarah  kepada tindakan  kriminalitas  yang  merugikan  masyarakat  umum, seperti  melakukan  penodongan,  penjambretan,  maupun perampasan  kendaraan  bermotor  secara  paksa.  Mereka juga  tidak  segan-segan  untuk  melukai  atau  bahkan membunuh  korbannya  jika  melakukan  perlawanan. Disamping  hasil  kejahatannya  dinikmati  untuk mengkonsumsi  minuman  keras,  narkoba,  atau  untuk  hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya, tidak jarang mereka juga  tidak  bersedia  menikmati  hasil  kejahatannya tersebut.  Pasalnya  mereka  memang  mayoritas  berasal dari  lingkungan  keluarga  yang  “berada”.  Apa  motif mereka gemar melakukan tindakan kekerasan tersebut ?. Padahal  hukum  agama,  hukum  negara,  dan  norma masyarakat  sangat  mengecam  tindakan  mereka. Interaksionisme  simbolik,  sebagai  salah  satu  teori dalam  sosiologi  menganggap  fenomena  tersebut  muncul bersumber dari hasil rekayasa individu secara personal setelah  mempertimbangkan  ekspektasi  dari  teman-temannya sesama anggota geng motor yang menjadi mitra interaksinya.  Artinya  individu  dalam  geng  motor bertindak  hanya  berdasarkan  definisi  atau  penafsiran mereka sendiri atas objek-objek di sekeliling mereka. Dengan  kata  lain,  individu  dalam  geng  motor menginterpretasikan  dunia  di  sekeliling  mereka,  dan tidak  mengakui  bahwa  tindakan  kekerasan  yang  selama ini  mereka  lakukan  berasal  dari  proses  pembelajaran atau  ditentukan  oleh  aturan-aturan  yang  sengaja diciptakan.
Keywords:  Kekerasan,  Geng  Motor  di  Bandung, Interaksionisme Simbolik
Penulis: Muchlis
Kode Jurnal: jpkomunikasidd110009

Artikel Terkait :