KOMPOS BERBAHAN ORGANIK LOKAL SEBAGAI AMELIORAN ALTERNATIF SUBTITUSI ABU DI LAHAN GAMBUT

Abstract: Besik-bakar untuk memperoleh abu sebagai amelioran yang selama ini dipraktekkan oleh petani lokal di lahan gambut perlu segera dicarikan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan di tiga desa yang mewakili beberapa tipologi lahan gambut (Desa Mantaren II, Desa Tumbangnusa dan Kelurahan Kalampangan, Provinsi Kalimantan Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak negatif praktek besik-bakar dan prospek kompos berbahan organik lokal sebagai substitusi abu untuk amelioran di lahan gambut. Analisis dampak negatif besik-bakar dilakukan dengan mengukur ketebalan dan berat gambut yang terbawa. Amelioran alternatif yang ditawarkan pada penelitian ini adalah kompos hasil dekomposisi bahan organik lokal. Abu hasil besik-bakar dan kompos dianalisis secara laboratorium untuk mengetahui kandungan haranya. Kandungan hara keduanya selanjutnya dibandingkan dengan SNI untuk kompos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara besik-bakar menyebabkan terjadinya penurunan permukaan gambut. Hal ini dibuktikan dengan ketebalan gambut yang diukur dari bongkahan hasil pembesikan yang berkisar antara 1,84 – 8,45 cm. Banyaknya gambut yang terbawa sebanyak 159,15 ton/ha pada kondisi lahan basah dan 214,8 ton/ha pada saat kondisi lahan gambut kering. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kompos berbahan organik lokal mempunyai kandungan hara yang memenuhi SNI sehingga dapat digunakan untuk mensubtitusi abu sebagai bahan amelioran di lahan gambut.
Kata kunci: kompos, abu, amelioran, gambut, amblesan, kering tak balik
Penulis: Marinus Kristiadi Harun
Kode Jurnal: jpkehutanandd130036

Artikel Terkait :