ANALISIS KOMPOSISI BATUBARA MUTURENDAH TERHADAP PEMBENTUKAN SLAGGING DAN FOULING PADA BOILER

Abstract: Efektifitas penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga bergantung dari kemampuan peralatan pembangkit uap untuk mengakomodasi sisa pembakaran tak aktif yang umumnya disebut ash (abu). Kuantitas dan karakteristik dari ash tidak dapat dipisahkan dari bahan bakar yang merupakan perhatian utama dari desain dan operasi dari peralatan pembangkit listrik. PT. Semen Tonasa saat ini telah menggunakan batubara mutu tinggi dan campuran batubara mutu tinggi dan rendah, namun karena cadangan batu bara kualitas tinggi semakin berkurang maka perlu dilakukan pengkajian tentang karakteristik kualitas batubara campuran sebagai bahan bakar pembangkit tenaga dan bagaimana efek dari ash (abu) yang dihasilkan terhadap potensi timbulnya slagging & fouling dari pembakaran batubara campuran tersebut. Metode yang dilakukan adalah Menganalisa karakteristik batubara campuran melalui analisis proksimasi (kadar air, zat terbang & kadar abu), pengujian nilai kalor, ketergerusan (HGI), titik leleh abu, dan analisis ultimasi (C, H, S, N, Cl dan O), serta analisis komposisi ash batubara (SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O, TiO2, MnO2 & LOI), pengujian ini menggunakan peralatan Gas Chromatography Mass Spectrophotometer (GCMS), kemudian mengklasifikasikan jenis ash untuk menentukan indeks slagging dan fouling, kemudian menganalisa performa boiler dengan menggunakan Btu-Method. Dari analisis kualitas batu bara, setelah dilakukan coal blending (pencampuran) maka kualitas batu bara campuran menjadi sub bituminous dengan hasil analisis proksimasi : nilai kalor (11,160 Btu/lb), kandungan zat terbang (44.61%), karbon padat (31.16%), kadar air (19.23%), kandungan ash (5.0%) serta hasil analisis ultimasi : Sulfur (0.7%), Karbon (49.38%), Nitrogen (1.40%), Hidrogen (5.12%) dan Oksigen (19.17%). Dari analisis komposis ash dan Ash Fusion Temperature (AFT), terlihat bahwa batu bara Tonasa diklasifikasikan sebagai ash lignit dengan potensi slagging yang sedang (Rs * = 2735.6) dan potensi fouling yang rendah - sedang (Rf = 0.25). Berdasarkan perhitungan performa furnace, fraksi absorbsi sesudah dilakukan pembersihan (sootblowing) mengalami peningkatan dari 46.4 % menjadi 49.1 %. Hal ini menunjukkan bahwa potensi munculnya slagging terbukti terjadi pada daerah furnace. Berdasarkan perhitungan efisiensi dengan Btu method, absorbsi panas pada tiap komponen mengalami kenaikan setelah dilakukan sootblowing, sehingga efisiensinya menjadi semakin meningkat dari 80.68 % menjadi 83.46 %.
Keywords: Batubara; Mutu rendah; Boiler
Penulis: Novriany Amaliyah, Muhammad Fachry
Kode Jurnal: jptmesindd110127

Artikel Terkait :